Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak ke level tertinggi dalam hampir tiga tahun pada penutupan perdagangan Senin (Selasa pagi waktu Jakarta), setelah pembicaraan antara OPEC+ dan sekutunya ditunda tanpa batas waktu.
Kelompok produsen minyak mentah ini gagal mencapai kesepakatan tentang kebijakan produksi untuk Agustus dan bulan-bulan selanjutnya.
Baca Juga
Mengutip CNBC, Selasa (6/7/2021), harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI), yang menjadi patokan harga minyak AS, naik 1,56 persen atau USD 1,17 menjadi USD 76,33 per barel. Ini adalah level tertinggi sejak Oktober 2018.
Advertisement
Sedangkan harga minyak Brent yang menjadi patokan internasional naik 1,2 persen atau 93 sen menjadi USD 77,10 per barel.
Diskusi antara anggota OPEC dan negara produsen minyak lain atau yang disebut OPEC+ telah dimulai pada minggu lalu. Negara-negara aliansi energi tersebut berusaha untuk menetapkan kebijakan produksi untuk sisa tahun ini.
Beberapa anggota dari kelompok OPEC+ pada Jumat kemarin memberikan proposal untuk mengembalikan produksi 400 ribu barel per hari ke pasar setiap bulan dari Agustus hingga Desember.
Namun ada juga anggota lain yang mengusulkan perpanjangan pemotongan produksi hingga akhir 2022.
Uni Emirat Arab menolak proposal ini. Pembicaraan berlangsung dari Kamis hingga Jumat dan belum mampu mencapai konsensus. Awalnya, diskusi akan dilanjutkan pada hari Senin tetapi akhirnya dibatalkan.
"Tanggal pertemuan berikutnya akan diputuskan pada waktunya," kata Sekretaris Jenderal OPEC Mohammad Barkindo dalam sebuah pernyataan.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Langkah Bersejarah
OPEC+ mengambil langkah bersejarah pada April 2020 dengan menghapus produksi hampir 10 juta barel per hari dalam upaya untuk mendukung harga karena permintaan produk minyak anjlok.
Sejak itu, kelompok tersebut perlahan-lahan mengembalikan jumlah produksi ke pasar. Mereka bertemu hampir setiap bulan untuk membahas kebijakan produksi.
“Bagi kami, itu bukan kesepakatan yang bagus,” kata Menteri Energi dan Infrastruktur UEA Suhail Al Mazrouei kepada CNBC, pada Minggu.
Dia menambahkan bahwa negara itu akan mendukung peningkatan pasokan jangka pendek, tetapi menginginkan persyaratan yang lebih baik jika kebijakan itu diperpanjang hingga 2022.
Reli tarik menarik harga minyak terus terjadi pada tahun ini. WTI telah naik 57 persen selama 2021.
Menjelang pertemuan minggu lalu banyak analis Wall Street memperkirakan kelompok itu akan meningkatkan produksi dalam upaya untuk mengekang lonjakan harga.
“Tanpa peningkatan produksi, pertumbuhan permintaan yang akan datang akan membuat pasar energi global mengetat pada kecepatan yang lebih cepat dari yang diantisipasi,” tulis analis di TD Securities dalam sebuah catatan kepada klien.
Advertisement