Imbas PPKM Darurat, OJK Turunkan Proyeksi Penyaluran Kredit 2021

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurunkan proyeksi sektor jasa keuangan, salah satunya pertumbuhan kredit

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Jul 2021, 12:20 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2021, 12:20 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso saat menggelar jumpa pers tutup tahun 2018 di Gedung OJK, Jakarta, Rabu (19/12). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menurunkan proyeksi sektor jasa keuangan sejalan dengan diterapkannya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Darurat Jawa-Bali pada 3 -20 Juli 2021.

Tercermin dari perubahan proyeksi pertumbuhan kredit yang turun menjadi 6 persen plus minus 1 persen dari sebelumnya optimis di angka 7 persen.

"Kita tetap punya proyeksi yang tentunya tidak seoptimis sebelumnya. Kredit tetap tumbuh di tahun 2021 sekitar 6 persen dari sebelumnya 7 persen," kata Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso dalam Webinar Prospek Ekonomi Indonesia Pasca Stimulus dan Vaksinasi, Jakarta, Selasa (6/7/2021).

Dalam kondisi saat ini Wimboh menilai perbaikan ekonomi masih bisa dikejar dengan skenario ekstra. Ini perlu disusun segera agar ketika PPKM Darurat telah dicabut, perekonomian segera bergerak kembali.

"Setelah ini kita bisa bangkit lebih tinggi, apalagi jika turis suda bisa kembali berdatangan ke Indonesia untuk berwisata," kata dia

Dana Pihak Ketiga (DPK) diperkirakan masih akan tumbuh direntang 11 persen secara tahunan pada 2021. Lalu piutang pembiayaan masih harus terkontraksi di kisaran angka - 1 persen sampai dengan - 5 persen secara tahunan.

 

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Peluang Pertumbuhan Kredit

Presiden Jokowi kumpulkan para pemimpin bank
Kepala OJK Wimboh Santoso menyampaikan paparan dalam pertemuan dengan pimpinan bank umum Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3). Para pimpinan bank umum Indonesia tersebut dikumpulkan oleh Presiden Jokowi. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Pertumbuhan kredit masih bisa ditingkatkan seiring dengan adanya kebijakan diskon PPnBM kendaraan bermotor dan pembelian properti. Hanya saja, milenial saat ini memiliki banyak uang, sehingga khusus pembelian kendaraan mereka lebih suka membeli dengan uang tunai.

"Milenial ini tabungannya banyak jadi kalau beli kendaraan bermotor mereka lebih suka membeli dengan uang tunai," kata Wimboh.

Sementara itu dari sisi Pasar Modal, dia memproyeksikan penghimpunan dana tahun ini meningkat. Sampai akhir tahun diperkirakan bisa mencapai Rp 150 triliun sampai Rp 180 triliun. Hal ini tidak terlepas dari menjamurnya para investor baru ritel yang berasal dari kalangan milenial. Generasi ini mengalihkan belanja konsumsinya untuk membeli saham.

"Ini sebuah kemajuan yang bagus yang patut diapresiasi," kata dia mengakhiri.

reporter: Anisyah Al Faqir

Sumber:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya