Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mencatat, posisi utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir kuartal II 2021 sebesar USD 415,1 miliar, atau setara Rp 5.966,2 triliun (kurs Rp 14.373 per dolar AS). Jumlah ini turun 0,1 persen secara kuartalan (qtq) dibanding posisi utang di triwulan I 2021 sebesar USD 415,3 miliar.
Secara tahunan (year on year/yoy), pertumbuhan utang luar negeri kuartal II 2021 juga melambat, dari 7,2 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 1,9 persen (yoy). Perkembangan tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan utang luar negeri pemerintah dan kontraksi utang luar negeri swasta.
Baca Juga
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan, posisi utang pemerintah pada kuartal II 2021 mencapai USD 205,0 miliar atau tumbuh 4,3 persen (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I 2021 sebesar 12,6 persen (yoy).
Advertisement
"Perkembangan ini disebabkan oleh penurunan posisi pinjaman luar negeri (loan) seiring dengan pelunasan atas pinjaman yang jatuh tempo selama triwulan II 2021. Pelunasan pinjaman luar negeri tersebut menjadi bagian penting dalam menjaga kredibilitas pemerintah dalam mengelola utang luar negeri," kata Erwin, ditulis Selasa (17/8/2021).
Sementara itu, Erwin menyampaikan, aliran modal masuk neto di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik oleh investor non-residen meningkat dibandingkan kuartal sebelumnya, seiring kepercayaan investor yang semakin baik sehingga turut mendukung likuiditas di pasar SBN domestik.
Menurut dia, utang luar negeri Pemerintah tetap dikelola secara hati-hati, kredibel, dan akuntabel untuk mendukung belanja prioritas. Antara lain mencakup sektor administrasi pemerintah, pertahanan, dan jaminan sosial wajib (17,8 persen dari total ULN pemerintah), sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (17,2 persen), sektor jasa pendidikan (16,4 persen).
Kemudian sektor konstruksi (15,4 persen), serta sektor jasa keuangan dan asuransi (12,6 persen). "Posisi utang luar negeri pemerintah triwulan II 2021 relatif aman dan terkendali, mengingat hampir seluruh ULN memiliki tenor jangka panjang dengan pangsa mencapai 99,9 persen dari total ULN pemerintah," terangnya.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Utang Swasta
Sementara utang luar negeri swasta mengalami kontraksi sebesar 0,5 persen (yoy) pada kuartal II 2021, dimana ada kuartal I 2021 lalu tumbuh positif sebesar 2,6 persen (yoy). Erwin menyatakan, ini disebabkan oleh kontraksi pertumbuhan ULN lembaga keuangan sebesar 6,8 persen (yoy), lebih dalam dari kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 6,7 persen (yoy).
Selain itu, dia menambahkan, pertumbuhan utang luar negeri perusahaan bukan lembaga keuangan mengalami perlambatan sebesar 1,3 persen (yoy) dari 5,4 persen (yoy) pada kuartal I 2021. Dengan perkembangan tersebut, posisi ULN swasta pada triwulan II 2021 tercatat sebesar USD 207,2 miliar, atau menurun 0,8 persen (qtq) dibandingkan dengan posisi triwulan sebelumnya.
"Berdasarkan sektornya, utang luar negeri swasta terbesar bersumber dari sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor pengadaan listrik, gas, uap/air panas, dan udara dingin, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor industri pengolahan, dengan pangsa mencapai 76,3 persen dari total ULN swasta. ULN tersebut masih didominasi oleh ULN jangka panjang dengan pangsa mencapai 76,7 persen terhadap total ULN swasta," tuturnya.
Advertisement