Liputan6.com, Jakarta - Amerika Serikat menjadi penyumbang terbesar vaksin COVID-19 secara global – jauh di depan negara ekonomi maju lainnya seperti China, Jepang dan Inggris.Â
Hal itu diungkapkan oleh data publik yang dikumpulkan oleh badan PBB yang bertanggung jawab atas perlindungan dan perkembangan anak, UNICEF, seperti dilansir CNBC, Jumat (10/9/2021).
Baca Juga
UNICEF mengkonsolidasikan data tentang vaksin COVID-19 yang disumbangkan dari informasi yang tersedia untuk umum, yang mungkin tidak menunjukkan seluruh donasi secara global.
Advertisement
Namun, data tersebut memberikan gambaran sekilas tentang aliran sumbangan vaksin ketika negara-negara maju dalam upaya vaksinasi mereka, sementara banyak negara berkembang berjuang untuk menginokulasi populasi mereka.
AS telah menyumbangkan dan mengirimkan lebih dari 114 juta dosis vaksin COVID-19 ke sekitar 80 negara yang sebagian besar di Asia, Afrika dan Amerika Latin, menurut data UNICEF.Â
Jumlah tersebut lebih dari tiga kali lipat 34 juta vaksin yang telah disumbangkan China.
Â
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
China Jadi Negara Penyumbang Vaksin COVID-19 Terbesar Kedua di Dunia
China menjadi negara penyumbang vaksin COVID-19 terbesar kedua di dunia, sementara Jepang berada di urutan ketiga dengan sekitar 23,3 juta sumbangan vaksin, demikian menurut data UNICEF.
Negara-negara Asia termasuk di antara penerima terbesar donasi vaksin COVID-19, yaitu Bangladesh, Filipina, Indonesia, dan Pakistan yang masing-masing menerima sumbangan lebih dari 10 juta dosis vaksin.
Secara keseluruhan, data UNICEF menunjukkan, ada lebih dari 207 juta dosis vaksin COVID-19 yang disumbangkan – secara bilateral atau melalui insiatif COVAX – telah dikirimkan.
Namun, jumlah itu masih kurang dari jumlah dosis yang direkomendasikan oleh panel independen yang dibentuk oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Dalam laporan terakhirnya pada Mei 2021, panel independen WHO merekomendasikan agar negara-negara berpenghasilan tinggi mendistribusikan kembali setidaknya satu miliar dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah pada 1 September 2021, dan satu miliar dosis lainnya pada pertengahan 2022.
Dua ahli epidemiologi WHO pada Selasa (7/9) menyampaikan kecamannya terhadap negara-negara kaya karena menimbun vaksin COVID-19 - salah satunya menyebut tindakan itu bisa memperpanjang pandemi.
Sebuah studi oleh perusahaan analitik, Airfinity menunjukkan bahwa negara-negara kaya telah membeli lebih banyak vaksin COVID-19 daripada yang mereka butuhkan.
Airfinity memproyeksikan bahwa AS, Uni Eropa, Inggris, Kanada, dan Jepang akan memiliki surplus lebih dari 1,2 miliar dosis vaksin pada 2021 setelah memvaksinasi semua orang yang memenuhi syarat dan memberikan suntikan booster.
Advertisement