Pemerintah Terus Jembatani Akses KUR untuk Petani Milenial

Berbeda dengan sektor usaha lainnya, pertumbuhan sektor pertanian di masa pandemi bertahan di angka positif.

oleh Tira Santia diperbarui 23 Sep 2021, 20:31 WIB
Diterbitkan 23 Sep 2021, 19:30 WIB
Mengenal dan Mengendalikan Hama Tanaman Tembakau Memanfaatkan Teknologi Digital
Para petani tembakau di lahan perkebunan mereka di Desa Jatiguwi, Kabupaten Malang (Liputan6.com/Zainul Arifin)

Liputan6.com, Jakarta Sebagai negara agraris, kemajuan Indonesia salah satunya ditentukan oleh keberhasilan pertanian sebagai garda terdepan ketahanan pangan nasional.

Hari Tani Nasional yang diperingati setiap 24 September, adalah momentum untuk mengingat kembali, bahwa untuk kembali bangkit pertanian Indonesia membutuhkan dukungan kolaboratif semua pihak, baik pemerintah maupun pelaku usaha dan masyarakat.

Berbeda dengan sektor usaha lainnya, pertumbuhan sektor pertanian di masa pandemi bertahan di angka positif.

Sekjen Kementerian Pertanian Kasdi Subagyono mengungkapkan hal tersebut dalam Dialog Produktif Kabar Kamis Siang Forum Merdeka Barat 9 (FMB 9) - KPCPEN (23/9/2021).

“Pertanian adalah sektor yang kebal dan tangguh, salah satu atau bahkan satu-satunya sektor yang masih bisa tumbuh positif di masa pandemi. Pertanian cenderung tidak terganggu krisis ekonomi atau imbas pandemi. Produksi unggulan tetap bisa ditanam, bisa dioperasikan, bahkan menanam di pekarangan rumah pun bisa diupayakan,” tutur Kasdi.

Menurut Kasdi, ekspor adalah penyumbang terbesar pada sektor pertanian, dengan angka mencapai 91 persen.

Di dalamnya, komoditas sawit adalah penopang ekspor yang terbesar. Melalui Merdeka Export pada Agustus lalu misalnya, Indonesia dapat melakukan ekspor ke 60 negara dan menghasilkan lebih dari Rp 7 triliun.

Guna mempertahankan momentum positif di sektor pertanian, salah satu bentuk bantuan pemerintah untuk para petani Indonesia adalah penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Pertanian. Diharapkan, bantuan tersebut dapat terserap cepat dan bermanfaat guna mendukung berbagai kegiatan pertanian sekaligus meningkatkan nilai jual produk-produk pertanian.

Kasdi menjelaskan, penyerapan KUR Pertanian sangat baik yakni lebih dari 100 persen pada 2020. “Banyak usaha di bidang pertanian yang terbukti mampu mendatangkan hasil, sehingga bank yakin pinjaman itu pasti kembali,” imbuhnya.

Pemerintah memfasilitasi penyerapan KUR, terutama bagi para petani milenial yang memulai usaha pertanian dari nol, meski tentu saja tidak tertutup kesempatan bagi petani lainnya untuk mendapatkan akses KUR.

Menurut Kasdi, pihaknya menargetkan akan mengangkat 2,5 juta orang petani milenial pada 2024. Kepada mereka, pemerintah melalui Kementerian Pertanian akan memberikan bimbingan, pelatihan, evaluasi, akses KUR, dikawal hingga berhasil, juga pendampingan ekspansi.

“KUR ini sangat efektif, kami dorong untuk diakses semaksimal mungkin. Selain kami fasilitasi untuk akses, juga akan diberikan konsepsi usaha. Kita lihat pasar perlunya apa, itu yang akan diusahakan,” tegas Kasdi.

Terkait hal ini, Kasdi juga menyoroti pentingnya konsep korporasi pertanian, yang akan memotong mata rantai produksi dan distribusi, sehingga mendekatkan petani dengan pasarnya.

 

Jembatani Penyaluran KUR Petani

Jembatani Penyaluran KUR Petani

Petani Milenial Papua Barat Raup Sukses Manfaatkan Kulit Kayu Akway
(Foto:Dok.Kementerian Pertanian RI)

Waktu yang sama, Sekjen Aliansi Petani Indonesia (API) Muhammad Nuruddin atau Gus Din menyebutkan bentuk dukungan advokasi yang diberikan oleh pihaknya dalam penyaluran KUR.

Kepada petani yang mengalami kesulitan akses, API menjembatani petani dengan pemangku kebijakan serta Dinas Pertanian terdekat.

Mereka juga mendorong konsep kewirausahaan petani, agar petani lebih bankable atau memenuhi persyaratan bank dalam mendapatkan kredit usaha.

Regenerasi petani, kata Gus Din, sangat penting dan tengah diupayakan berbagai pihak. Ia mengajak anak-anak petani atau para petani muda menjadi jembatan adaptasi perubahan teknologi pertanian.

Diketahui, teknologi memiliki andil penting dalam pertanian modern, misalnya dalam bidang digitalisasi pemasaran, pengendalian hama, prediksi perubahan iklim, atau perhitungan pola kalender musim.

“Implementasi ini butuh peran anak muda. Kita harus memastikan bahwa solusi setiap kendala pertanian sebetulnya ada di desa,” tegas Gus Din.

Ia menyatakan, pemerintah juga telah bergerak dalam hal pemberdayaan anak-anak muda. “Seperti upaya Kementerian Pertanian dan Kementerian Desa, dalam sebuah pilot project di mana desa merekrut anak-anak muda memetakan lahan-lahan sawah, untuk bantu memperhitungkan luasan panen di suatu kawasan,” tuturnya.

Setelah pengetahuan dan keterampilannya ditingkatkan, Gus Din meyakini, anak muda juga dapat diberdayakan sebagai penyuluh swadaya dan menjadi solusi tingkat awal di lapangan, yang dekat dengan para petani.

Salah satu anak muda yang turun langsung membantu tumbuhnya sektor pertanian adalah CEO Kedai Sayur Indonesia Adrian Hermanto.

Ia menjelaskan, “Kedai Sayur adalah ekosistem kolaborasi semua pihak, dengan misi membawa sektor informal ke tahap digitalisasi dan modernisasi, terutama yang terkait rantai distribusi bahan pangan segar.”

Dengan fokus utama menghubungkan banyak pihak terkait, Kedai Sayur yang dibidani Adrian menggalang bermacam kolaborasi. Pada sisi hulu, Adrian bekerja sama dengan para petani, di sisi hilir dengan para tukang sayur.

Mereka juga bekerja sama dengan Bank Rakyat Indonesia (BRI) Agro dalam hal teknologi finansial, serta Kementerian Pertanian dan universitas untuk membantu pendampingan agronomi para petani.

Menurut Adrian, dengan masuknya semakin banyak petani milenial, maka sumber daya manusia di sektor pertanian akan bertambah.

Ia berharap, para petani milenial mampu membantu mengangkat petani-petani lainnya sehingga kualitas hasil pertanian semakin stabil dan mampu bersaing.

Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya