Intip Dulu Prediksi Harga Emas Pekan Ini Jelang Pengetatan Kebijakan Moneter AS

Simak perkiraan harga emas pekan ini, di tengah krisis utang Evergrande di China dan pengetatan kebijakan moneter di AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 27 Sep 2021, 06:31 WIB
Diterbitkan 27 Sep 2021, 06:31 WIB
Ilustrasi menabung emas | Pixabay
Ilustrasi menabung emas | Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Pasar emas mungkin menghadapi ujian nyata pada pekan ini sehingga diperkirakan harga emas masih bertahan di level USD 1.700 per ons (sekitar Rp 24,2 juta).

"Posisi ini sangat penting bagi logam mulia, yang sebagian besar berada pada level itu selama 2021," menurut analis dari pasar senior OANDA, Edward Moya.

Bahkan dengan kekhawatiran krisis utang perusahaan Evergrande di China, yang dikhawatirkan pasar, harga emas tidak akan bergerak secara berkelanjutan di atas Rp 24 juta.

"Harga USD 1.700 bertahan sepanjang tahun ini, kecuali untuk sesaat ketika turun ke USD 1.680 beberapa kali tetapi berhasil pulih dengan cepat," kata Moya seperti dikutip dari Kitco, Senin (27/9/2021).

Emas selalu dapat menemukan pembeli di bawah level ini. Namun apakah pasar akan melihat itu terjadi lagi?

"Investor sekarang sedang mempersiapkan The Fed (pemerintah Federal Amerika Serikat) untuk memulai pengetatan kebijakan moneter (tapering) pada November 2021 dan selesai pada tahun depan," beber Moya.

Pekan depan, Pemerintah AS akan menyoroti dampak plafon utang, dengan Menteri Keuangan Janet Yellen dan Ketua Federal Reserve, Jerome Powell yang terus menekankan urgensi masalah ini.

Hambatan apa pun di sekitar dua peristiwa itu dapat membantu mendukung harga emas pekan depan, kata Moya.

"Ada kekhawatiran tidak bisa selesai tepat waktu. Tapi, ujung-ujungnya harus ada kesepakatan plafon utang," ujarnya. 

"Jika hasilnya terus bergerak lebih tinggi, itu adalah kryptonite untuk emas," sebutnya.

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pengamatan Dampak Jangka Panjang

Ilustrasi harga emas (2)
Ilustrasi harga emas (Liputan6.com/Andri Wiranuari)

Pada saat yang sama, menurut Moya, jika ada resolusi yang mudah untuk plafon utang, penutupan dapat dihindari, tagihan infrastruktur disahkan, dan saham AS reli kembali ke wilayah rekor tertinggi, maka emas bisa melihat aksi jual yang lebih signifikan di bawah Rp 24 juta.

Saat ini, ada pendekatan yang sedang dinantikan di ruang emas, dengan beberapa pedagang mengamati dampak jangka panjang dari hambatan pasokan. 

"Kami mendengar dari beberapa perusahaan seperti Nike dan FedEx. Baik itu masalah rantai pasokan atau kekurangan tenaga kerja. Semuanya menjerit tekanan inflasi," kata Moya.

"Ini bisa memicu pergerakan lebih tinggi dalam imbal hasil. Tapi pada akhirnya, akan ada titik balik, di mana emas akan mulai bertindak sebagai lindung nilai inflasi," bebernya.

Sampai emas dapat mulai berperilaku seperti pelindung nilai terhadap kenaikan harga, kemungkinan akan tetap rentan, tambah Moya.

Sementara itu, dengan dimulainya pengetatan kebijakan moneter di AS pada November 2021, risiko emas bisa turun. Ini dikatakan Kepala Strategi Global TD Securities Bart Melek.

Tapi di luar itu, lingkungan yang masih bagus untuk emas dan aksi jual yang signifikan tidak mungkin terjadi, kata Kepala Strategi Global TD Securities, Melek kepada Kitco News.

"Dengan tingkat pertumbuhan global yang melambat, akan semakin sulit bagi ekonomi AS untuk mencatat tingkat pertumbuhan yang mereka miliki. Dan mengingat tujuan kebijakan pemerintah Federal tentang lapangan kerja penuh, mereka akan baik-baik saja dengan inflasi di atas target. mungkin perlu bagi The Fed untuk mempertahankan suku bunga itu untuk jangka waktu yang lama," kata Melek.

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya