Liputan6.com, Jakarta - 21 karyawan dan mantan karyawan Blue Origin, milik miliarder Jeff Bezos, menuduh perusahaan luar angkasa tersebut tempat kerja yang "toxic". Hal itu disampaikan dalam sebuah esai tertulis di situs Lioness.
Dipimpin oleh mantan kepala komunikasi karyawan Blue Origin, Alexandra Abrams, esai tersebut mengklaim bahwa perusahaan mendorong pekerja untuk menandatangani perjanjian kerahasiaan yang ketat, menahan umpan balik internal, mengabaikan masalah keamanan, dan menciptakan lingkungan yang diskriminatif bagi perempuan.
Baca Juga
Esai itu ditandatangani oleh Abrams dan didukung oleh 20 karyawan yang saat ini masih bekerja di Blue Origins, termasuk seorang mantan karyawan yang namanya tidak terdaftar. Esai tersebut juga menyebut adanya dugaan kasus pelecehan seksual.
Advertisement
“Saya sudah cukup jauh dari itu sehingga saya tidak cukup takut untuk membiarkan mereka membungkam saya lagi," kata Abrams dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi CBS, seperti dikutip dari laman CNBC, Minggu (3/10/2021).
Menanggapi permintaan komentar dari CNBC, wakil presiden komunikasi Blue Origin, yakni Linda Mills menjelaskan Abrams "diberhentikan karena alasan" pada 2019 "setelah peringatan berulang kali untuk masalah yang melibatkan peraturan kontrol ekspor federal".
Namun dalam tanggapannya, Abrams mengatakan kepada CNBCÂ bahwa dia "tidak pernah menerima peringatan, lisan atau tertulis, dari manajemen mengenai masalah yang melibatkan peraturan kontrol ekspor federal."
Abrams mengakui dalam wawancara CBS bahwa dia diberhentikan oleh Blue Origin.
Dia mengungkapkan kepada "CBS Mornings" bahwa dirinya "terkejut" ketika dia diberhentikan, dan hanya diberitahu oleh manajernya bahwa "Bob dan saya tidak bisa mempercayai Anda lagi," - mengacu pada CEO Blue Origin, Bob Smith.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Klarifikasi dari Wakil Presiden Komunikasi Blue Origin
Sementara itu, Mills, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa "Blue Origin tidak menoleransi diskriminasi atau pelecehan dalam bentuk apa pun."
“Kami menyediakan banyak jalan bagi karyawan, termasuk hotline anonim 24/7, dan akan segera menyelidiki klaim pelanggaran baru," tambahnya.
Blue Origin juga mengintensifkan penggunaan perjanjian kerahasiaan yang ketat, kata esai itu, mendorong semua karyawan untuk menandatangani kontrak baru dengan klausul non-penghinaan pada 2019.
"Budaya kerja perusahaan telah membahayakan kesehatan mental banyak orang," demikian klaim karyawan dan mantan karyawan Blue Origin.
Surat esai tersebut juga mengutip seorang pemimpin program senior dengan pengalaman puluhan tahun di industri kedirgantaraan dan pertahanan yang mengklaim bahwa "bekerja di Blue Origin adalah pengalaman terburuk dalam hidupnya".
Advertisement