Harga CPO Meroket, Kinerja Industri Sawit Diprediksi Makin Mentereng

Kenaikan harga CPO lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga pada saat terjadi booming komoditas sekitar 7 tahun lalu.

oleh Liputan6.com diperbarui 12 Okt 2021, 17:30 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2021, 17:30 WIB
Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Liputan6.com, Jakarta - Kenaikan harga CPO terus berlanjut. Saat ini, kenaikan harga CPO lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan harga pada saat terjadi booming komoditas sekitar 7 tahun lalu. Kondisi ini menunjukkan dari sisi kinerja keuangan perkebunan sawit prospektif.

Head of Research Samuel Sekuritas Indonesia, Suria Dharma mengatakan, dari sisi prospek bisnis, umur tanaman sawit di kebun NSS relatif muda sehingga masa produktivitas tinggi masih panjang.

Kondisi ini berbeda dengan emiten sawit yang sudah melakukan listing terlebih dahulu di pasar saham domestik karena banyak yang sudah masuk masa replanting tanaman.

Dari sisi industri, Suria menerangkan, lagi prospek bisnis CPO masih akan sangat besar di masa mendatang.

Sawit adalah tanaman yang bisa memastikan mampu memenuhi kebutuhan minyak sawit dunia karena produktivitas tanaman, dari sisi luas lahan yang digunakan, sangat tinggi, jika dibandingkan tamaman penghasil minyak nabati lain.

Selain itu, tambahnya, hanya segelintir negara di dunia bisa menjadi penghasil minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) karena syarat tumbuh tanaman hanya seuai dengan iklim di beberapa negara, seperti Indonesia dan Malaysia.

Sejalan dengan hal tersebut, rencana PT Nusantara Sawit Sejahtera (NSS) melepas saham ke publik untuk memperluas kapasitas bisnis dinilai tepat di tengah tingginya permintaan minyak nabati dunia, termasuk di dalam negeri.

Suria mengatakan dalam memilih saham yang akan dikoleksi, umumnya investor memiliki tiga alasan.

Pertama, kinerja keuangan perusahaan, Kedua, prospek bisnis dan Ketiga, tim manajemen. Dari sisi kinerja keuangan, dia mengatakan secara umum kinerja keuangan perusahaan perkebunan relatif sangat baik saat ini. Bahkan banyak yang profitnya naik 100 persen hingga 200 persen.

Peningkatan keuntungan ditopang oleh kenaikan harga CPO, serta peningkatan produktivitas tanaman dan pabrik pengolahan sawit.

“Peluang emiten CPO di bursa saham dalam negeri masih sangat besar, meski banyak sentimen dari negara luar kampanye negatif dari negara-negara komoditas pesaing. Namun, dengan profitabilitas yang sebegitu bagus, seharusnya menarik dan sahamnya akan diserap investor dalam negeri,” paparnya dikutip, Selasa (12/10/2021).

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Masa Produktif Sawit

Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 5 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Secarat terpisah, Direktur Utama dan Pendiri Nusantara Sawit Sejahtera, Teguh Patriawan, mengemukakan masa produktif kelapa sawit kebun NSS masih sangat panjang. Dari sisi kualitas, mutu CPO yang dihasilkan premium karena memiliki asam lemak bebas di bawah 3 persen.

Mengenai kampanye hitam terhadap CPO, dia menjelaskan isu negatif dapat dijawab dengan data akurat dan konsisten menerapkan prinsip sustainable development goals (SDGs).

Rencana NSS go public selain untuk meningkatkan kapasitas bisnis, juga untuk memastikan perusahaan menjalankan tata kelola perusahaan yang baik, transparan dan akuntabel. 

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya