Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tengah menaruh perhatian secara serius dalam menurunkan emisi karbon di sektor hulu minyak dan gas bumi.
Kendati begitu, target peningkatan produksi minyak dan gas (migas) tetap menjadi prioritas demi menjaga ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan impor.
Baca Juga
"Kami mencari upaya keseimbangan antara penambahan produksi migas dengan pengurangan emisi karbon," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji dalam keterangan tertulis, Kamis (14/10/2021).
Advertisement
Tutuka menyampaikan, pemerintah tengah menyasar peningkatan produksi minyak bumi menjadi 1 juta barel per hari (bopd) dan 12 miliar standar kaki kubik per hari (MMscfd) gas di 2030.
"Demi memperhitungkan perubahan iklim melalui emisi karbon, kami akan melakukan Carbon Capture, Utilization, and Storage (CCUS) di lapangan (migas) yang memiliki kandungan CO2 tinggi," tegasnya.
Di Indonesia, kapasitas penampungan CO2 mencapai total 1,5 Giga Ton CO2 di depleted minyak dan gas reservoir yang diidentifikasi. Untuk itu, pemerintah telah memetakan lokasi-lokasi yang dimaksud untuk penerapan CCUS.
"Sudah ada beberapa data untuk kapasitas dan studi implementasi awal yang dilakukan oleh industri migas," terang Tutuka.
Dia melaporkan, terdapat enam proyek CCUS potensial yang tengah dalam tahap kajian. Pertama, proyek di Gundih yang merupakan pengembangan antara ITB, J-Power, dan Janus.
Ada juga proyek CO2-EOR Sukowati oleh PT Pertamina EP juga tengah dikembangkan dengan menggandeng Japex dan Lemigas. Penerapan CCSU dan EOR lainnya tengah dikaji di lapangan Limau Biru oleh Japex dan Lemigas yang juga terlibat dalam proyek MRV methodology.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2 Proyek
Dua proyek lainnya yakni proyek Sink Match oleh ITB dan Janus, serta proyek CCUS di Tangguh oleh BP Berau Ltd dan ITB. "Dari tiga proyek CCUS di Gundih, Sukowati, dan Tangguh diharapkan bisa menyimpan CO2 sebanyak 50 juta ton nantinya," sambung Tutuka.
Strategi selanjutnya, pemerintah akan mengupayakan agar industri hulu migas bisa melakukan efisiensi energi, termasuk mengurangi flaring dan venting. "Kementerian ESDM telah menerbitkan Peraturan Menteri mengenai hal ini baik dari sisi teknis maupun komersial," ungkap Tutuka.
Stretegi lain yang ditempuh adalah mengimplementasikan perdagangan karbon (carbon cap and trade) dan mempromosikan carbon offsetting. "Jadi bisa diperdagangkan, tapi kita harus punya aturannya," pungkas Tutuka.
Advertisement