Liputan6.com, Jakarta - Indonesia mematok target penggunaan kendaraan listrik dengan tenaga baterai dalam beberapa tahun kedepan. Pemerintah kini juga tengah mendorong agar industri dalam negeri mampu untuk membuat baterai kendaraan listrik di tanah air.
Menanggapi target Indonesia tersebut, Ketua V Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo), Shodiq Wicaksono membeberkan 10 tantangan Indonesia dalam menerapkan kendaraan listrik atau Electric Vehicle.
Baca Juga
Pertama, kendaraan listrik yang tersedia di indonesia saat ini masih relatif mahal. Kedua, penetrasi pasar kendaraan listrik di Indonesia masih relatif rendah bahkan belum mencapai satu persen.
Advertisement
Ketiga, infrastruktur berupa charging station yang masih terbatas. “Ini juga jadi salah satu tantangan kita agar orang bisa membeli EV, dengan ada charging station yang memadai orang juga nyaman membeli sehingga bisa lakukan charging dimanapun dengan cepat dan murah,” katanya dalam webinar Quo Vadis Industri Otomotif Indonesia di Era Elektrifikasi, Jumat (15/10/2021).
Masih Impor
Keempat, kendaraan listrik umumnya masih diimpor dalam keadaan utuh, belum dirakit atau dibuat di Indonesia. kelima, Industri komponen utama baterai masih dalam proses pembangunan diperkirakan baru mulai berproduksi pada 2024.
“BEV memang mulai diperkenalkan, sehingga ini sebagai tantangan kita bagaimana mengisi gap dari sekarang hingga tahun 2024 pada saat baterai tersebut tersedia atau telah siap menyuplai ke industri otomotif,” paparnya.
Keenam, kesiapan masyarakat atau konsumen untuk mengadopsi kendaraan dengan teknologi baru ini. Ketujuh, PDB Indonesia masih di kisaran USD 4.000.
“kita haru edukasi masyarakat mulai dari bagaimana menggunakannya cara merawatnya, tentu juga mengedukasi konsumen perlunya kita aware dengan polusi atau carbon netral tadi,” katanya.
Kedelapan, daya beli masyarakat indonesia untuk kendaraan bermotor roda empat masih di kisaran RP 300 juta ke bawah.
“kita harapkan tiap tahun akan naik dan daya beli pun akan naik, dan harga kendaraan EV pun semakin terjangkau,” katanya.
Kesembilan, Nilai jual kembali kendaraan bermotor listrik. Dan kesepuluh, harga baterai masih relatif mahal saat ini sekitar 40-60 persen dari harga mobil listrik.
“Kita harus teknologi ada kita harus berusaha mencari yang lebih murah supaya mudah terjangkau dan tentunya affordable untuk semua,” katanya.
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Komunikasi Intensif
Lebih lanjut, Shodiq mengatakan bahwa pihaknya masih terus menjalin komunikasi dengan Kementerian Perindustrian sebagai pembina Gaikindo dengan tujuan adanya kebijakan-kebijakan yang tepat.
“Kita komunikasi dengan intensif terutama industri otomotif, begitu juga terkait bagaimana kedepannya, kita terus berikan masukan terkait sebaiknya seperti apa,” katanya.
Bahkan dalam komunikasi yang dijalin tersebut, Shodiq melibatkan berbagai macam latar belakang.
“Dan itu berbagai macam latar belakang, dan menaungi semua merek yang ada. Tentu memiliki strategi masing-masing. Kita cari balance poin ke pemerintah supaya bisa terus jalin komunikasi,” tuturnya.
Advertisement