Harga Emas Lebih Mahal Seiring Kekhawatiran Inflasi AS

Harga emas naik setelah Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve AS Jerome Powell memprediksi inflasi akan meningkat hingga tahun depan.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 23 Okt 2021, 08:04 WIB
Diterbitkan 23 Okt 2021, 07:30 WIB
Harga Emas Terus Bersinar di Tahun 2020, Penjualan Emas Antam Capai Rp 6,41 T
Untuk memperkuat nilai tambah produk emas, Antam terus melakukan inovasi produk dan penjualan.

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas naik pada akhir perdagangan Jumat di tengah kekhawatiran inflasi. Harga emas naik setelah Ketua Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Federal Reserve AS Jerome Powell memprediksi inflasi akan meningkat hingga tahun depan dan bahwa bank sentral AS berada di jalur untuk mulai mengurangi stimulusnya.

Dikutip dari Antara, Sabtu (23/10/2021), kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Desember di divisi Comex New York Exchange, terangkat USD 14,4 atau 0,81 persen menjadi ditutup pada USD 1.796,30 per ounce. Sehari sebelumnya, Kamis (21/10/2021), emas berjangka tergelincir USD 3 atau 0,17 persen menjadi USD 1,781,90 per ounce.

Sedangkan harga emas berjangka melonjak USD 14,4 atau 0,81 persen menjadi USD 1.784,90 pada Rabu (20/10/2021), setelah menguat USD 4,8 atau 0,27 persen menjadi USD 1.770,50 pada Selasa (19/10/2021), dan jatuh USD 2,6 atau 0,15 persen menjadi USD 1.765,70 pada Senin (18/10/2021).​​​​​​​

Dalam penampilan virtual di hadapan sebuah konferensi yang diadakan pada Jumat (22/10/2021), Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan bahwa ia memperkirakan pembacaan inflasi AS yang meningkat hingga tahun depan, dan bank sentral AS harus mulai mengurangi pembelian asetnya segera, tetapi belum menaikkan suku bunga.

"Jelas, kemunduran itu terkait dengan komentar dari Ketua Fed sehubungan dengan bagaimana dia memperkirakan inflasi berpotensi tetap meningkat hingga tahun depan," kata David Meger, direktur perdagangan logam di High Ridge Futures.

“Namun, itu adalah pedang bermata dua. Tekanan inflasi yang tersisa di pasar akan menjadi faktor pendukung yang mendasari emas dan perak dalam beberapa minggu dan bulan ke depan."

Powell mengatakan The Fed harus segera mulai mengurangi pembelian asetnya, tetapi seharusnya tidak menaikkan suku bunga karena lapangan kerja masih terlalu rendah.

Indeks dolar memangkas kerugian setelah komentar Powell.

"Inflasi adalah satu hal yang dibicarakan semua orang hari ini," kata Daniel Pavilonis, ahli strategi pasar senior di RJO Futures.

"Persepsinya adalah bahwa Federal Reserve berada di belakang kurva, dan pasar logam melihat itu karena The Fed tidak akan berbuat cukup banyak untuk memperlambat inflasi ... di situlah emas akan menemukan nilainya."

 

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Pengurangan Stimulus

Harga Emas Antam Naik Jadi Rp 666 Ribu per Gram
Petugas menunjukkan emas batangan di gerai Butik Emas Antam di Jakarta, Jumat (5/10). Harga emas PT Aneka Tambang Tbk atau Antam naik Rp 1.000 menjadi Rp 666 ribu per gram pada perdagangan hari ini. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sementara emas sering dianggap sebagai lindung nilai inflasi, pengurangan stimulus dan kenaikan suku bunga mendorong imbal hasil obligasi pemerintah naik, meningkatkan peluang kerugian memegang emas yang tidak memberikan imbal hasil.

Ekspektasi inflasi zona euro mencapai level tertinggi dalam beberapa tahun, memberikan tekanan tambahan pada Bank Sentral Eropa dan desakannya untuk mempertahankan stimulus era krisis.

Emas juga menemukan dukungan tambahan karena indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur IHS Markit berada di 59,2 pada Oktober, turun dari 60,7 pada September dan terendah tujuh bulan.

Namun demikian, PMI sektor jasa IHS Markit melonjak dari angka 54,9 pada September menjadi 58,2 pada Oktober, sedikit membatasi pertumbuhan emas.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman Desember naik 27,9 sen atau 1,15 persen, menjadi ditutup pada USD 24,449 per ounce. Platinum untuk pengiriman Januari naik USD 2,4 atau 0,23 persen menjadi ditutup pada USD 1.052,10  per ounce.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya