Liputan6.com, Jakarta - PT Bank BTPN Tbk (Bank BTPN) mampu mencetak laba bersih setelah pajak yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk tercatat sebesar Rp 2,05 triliun hingga akhir September 2021. Jumlah laba Bank BTPN tersebut naik 32 persen year-on-year (yoy) dari Rp 1,54 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
“Bank BTPN mencatatkan hasil yang baik dari waktu ke waktu, didukung oleh kondisi ekonomi yang membaik dan optimisme masyarakat yang meningkat terhadap pemulihan ekonomi, serta strategi Bank BTPN yang mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam beradaptasi di era new normal,” kata Direktur Utama Ongki Wanadjati Dana dalam keterangan tertulis, Jumat (29/10/2021).
Peningkatan laba bersih ini ditopang oleh beban bunga yang turun sebesar 39 persen yoy dari Rp 4,54 triliun menjadi Rp 2,76 triliun. Selain itu, biaya kredit juga 19 persen lebih rendah dari Rp 1,95 triliun menjadi Rp 1,59 triliun karena penyesuian metode penerapan PSAK 71.
Advertisement
Sementara, pendapatan bunga bersih Bank BTPN naik 5 persen yoy dari Rp 7,93 triliun ke Rp 8,31 triliun.
Selain pendapatan bunga bersih, Bank BTPN juga mencatat kenaikan pendapatan operasional lainnya sebesar 11 persen yoy dari Rp 1,31 triliun menjadi Rp 1,45 triliun, yang berasal dari peningkatan pendapatan fee, salah satunya dari penjualan produk investasi.
Bank BTPN berhasil menjaga biaya operasional relatif tetap sama dengan tahun lalu, yaitu sekitar Rp5,1 triliun.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Dana Murah
Beban bunga Bank BTPN tercatat lebih rendah sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia dan meningkatnya saldo dan rasio Current Account Saving Account (CASA). Suku bunga acuan Bank Indonesia tetap berada di level 3,50 persen sejak Februari 2021, setelah mengalami penurunan sejak Juli 2019.
Peningkatan saldo dan rasio CASA, serta turunnya biaya dana term deposit rupiah, juga mengakibatkan penurunan biaya dana rupiah Bank BTPN menjadi 3,5 persen pada akhir Triwulan III-2021, dari 5,3 persenpada akhir Triwulan III-2020.
Bank BTPN mencatat peningkatan saldo CASA sebesar 37 persen menjadi Rp 35,57 triliun pada akhir September 2021, dari Rp 25,95 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Rasio CASA terhadap total dana pihak ketiga juga meningkat menjadi 34 persen dari 26 persen.
Pertumbuhan CASA juga dikontribusikan oleh Digital Banking, salah satu lini bisnis Bank BTPN. Sebagai salah satu pionir dalam pengembangan layanan perbankan digital di tanah air, Bank BTPN terus meningkatkan keandalan Jenius, aplikasi life finance solution bagi para nasabah digital savvy, di tengah tantangan pandemi COVID-19.
Jumlah pengguna Jenius tumbuh sebesar 22,3 persen yoy menjadi 3,51 juta dan jumlah dana pihak ketiga bertumbuh 20,5 persen yoy menjadi Rp 14,66 triliun pada akhir September 2021.
Bank BTPN menyesuaikan kebutuhan dana pihak ketiga dengan kebutuhan pendanaan kredit dan kebutuhan likuiditas. Total dana pihak ketiga tumbuh sebesar 2 persen yoy menjadi Rp 103,23 triliun pada akhir September 2021, dari Rp 100,80 triliun.
Advertisement
Kredit
Penyaluran kredit mengalami penurunan sebesar 7 persen yoy menjadi Rp 137,66 triliun pada akhir Triwulan-III 2021, dari Rp 148,81 triliun, sebagai dampak dari permintaan kredit yang masih belum kembali ke tingkat permintaan sebelum pandemi.
Penurunan penyaluran kredit juga mengakibatkan penurunan aset sebesar 2 persen yoy menjadi Rp 183,02 triliun, dari Rp 186,90 triliun.
“Terlepas dari penurunan kredit secara tahun-ke-tahun, penyaluran kredit sampai dengan akhir Triwulan III-2021 menunjukkan peningkatan dibandingkan angka pada akhir triwulan sebelumnya. Jumlah kredit yang diberikan naik sebesar 1,5 persen kuartal-ke-kuartal, dan ini merupakan tanda yang baik, yaitu terjadi peningkatan aktivitas masyarakat,” kata Ongki.
Bank BTPN terus menjaga kualitas kredit nasabah agar tetap berada di level yang sehat. Hal ini tercermin di rasio gross NPL yang berada di level 1,56 persen pada akhir September 2021, lebih rendah dibanding rata-rata industri yang tercatat sebesar 3,3 persen pada akhir Agustus 2021.