5 Pelajaran Penting Soal Kesuksesan dari Wanita Terkaya di Australia

Meskipun masih berusia 34 tahun, Melanie Perkins menjadi salah satu wanita termuda yang menjalankan perusahaan teknologi bernilai lebih dari Rp 14,2 triliun.

oleh Liputan6.com diperbarui 06 Nov 2021, 21:00 WIB
Diterbitkan 06 Nov 2021, 21:00 WIB
Image credit: Courtesy of Melanie Perkins (Sumber foto: entrepreneur.com)
Image credit: Courtesy of Melanie Perkins (Sumber foto: entrepreneur.com)

Liputan6.com, Jakarta Meskipun masih berusia 34 tahun, Melanie Perkins sudah berhasil meraih kesuksesan. Ia menjadi salah satu wanita terkaya termuda yang menjalankan perusahaan teknologi bernilai lebih dari USD 1 miliar (Rp 14,2 triliun).

Melanie Perkins dinobatkan sebagai wanita terkaya kedua di Australia. Forbes mencatat total kekayaan Perkins hingga saat ini bernilai USD 6,5 miliar (Rp 92,9 triliun).

Perusahaan Desain Grafis Canva yang Perkins bangun bersama suaminya, Cliff Obrecht, akhir-akhir ini bernilai USD 40 miliar (Rp 571,7 triliun).

Lebih lanjut, Perkins dan Obrecht memiliki sekitar 18 persen saham di Canva. Pasangan ini berjanji memberikan lebih dari 80 persen saham mereka untuk Canva Foundation demi melakukan kegiatan amal.

Kini, Canva berhasil memiliki 60 juta pengguna bulanan, serta 500 ribu tim dari perusahaan seperti Intel dan Zoom yang berlangganan.

Diketahui Perkins memang memiliki bakat untuk berbisnis sejak berusia 14 tahun. Ia pernah menjual syal buatan tangan di pasar.

Melansir dari Entrepreneur, Sabtu (6/11/2021), inilah 5 pelajaran yang bisa Anda petik dari kesuksesan yang diraih oleh Perkins.

1. Memberi Kembali

Ilustrasi Donasi
Ilustrasi donasi (dok. unsplash.com Christian Dubovan @cdubo)

Canva memutuskan memberi 30 persen saham perusahaan kepada badan amal yang bertujuan untuk mengatasi kemiskinan. Saham tersebut setara dengan USD 12 miliar (Rp 171,5 triliun).

Penting bagi seorang pengusaha menggunakan bisnis mereka untuk memberi kembali kepada orang atau organisasi yang membutuhkan.

Anda bisa mulsi dari hal yang kecil karena tidak semua orang bisa memberikan donasi dalam jumlah besar secara langsung.

Selain itu, Anda juga bisa bermitra dengan platform lainnya yang memiliki tujuan serupa.

2. Jangan Pernah Menyerah

Pengumpulan modal untuk perusahaan yang berbasis di Australia tidaklah mudah. Apalagi, Perkins harus mendekati para investor yang berasal dari Amerika Serikat.

Pasalnya, Australia dianggap sebagai tempat yang terlalu jauh dan berisiko untuk berinvestasi. Akan tetapi, hal ini tidak menghentikan langkah Perkins.

Ia berjuang selama lebih dari tiga tahun. Akhirnya, Perkins bertemu dengan investor Bill Tai.

Meskipun tidak berinvestasi di Canva, Tai membantu Perkins dan Obrecht terhubung dengan orang-orang yang bisa membantu mereka mengembangkan bisnisnya.

Oleh karena itu, Anda harus mengubah persepsi saat menerima kata "tidak" dalam bisnis. Setiap kata “tidak” yang diterima akan membuat Anda selangkah lebih dekat dengan investor yang akan mengatakan “ya”.

3. Dengarkan Pelanggan

Ilustrasi Diskusi
Ilustrasi diskusi (dok. Piixabay.com/Putu Elmira)

Umumnya, seorang pengusaha berpikir bahwa mereka memiliki ide bisnis terbaik. Namun, aspek yang bisa mematangkan ide sekaligus membuatnya sukses adalah mendengarkan pendapat dari pelanggan potensial, serta menciptakan solusi untuk membantu permasalahan mereka.

Perkins membangun Canva karena merasa frustrasi menggunakan program desain yang terlalu rumit.

Oleh karena itu, seseorang sering menggunakan desainer grafis yang cukup mahal karena tidak adanya solusi lain yang bisa ditemukan.

Sebelum mendirikan Canva, Perkins dan Obrecht terlebih dahulu mendirikan Fusion Books, yang memungkinkan pelanggan membuat dan mencetak buku tahunan sendiri. Pasangan suami istri itu mendengarkan pelanggan Fusion Books terkait hal yang berhasil dan tidak berhasil dari bisnisnya.  

Sebagai seorang pengusaha, Anda harus menyadari bahwa bisnis serupa dengan makhluk hidup. Bisnis terus bernapas, bertumbuh, dan berkembang seiring berjalannya waktu.

Barang atau jasa yang Anda hasilkan suatu saat nanti bisa berubah menjadi sesuatu yang lain. Jadi, Anda tidak boleh terjebak pada konsep awal yang dibuat ketika baru membangun bisnis.

4. Terapkan Nilai Pribadi dalam Bisnis

Perkins dan Obrecht memiliki nilai moral yang kuat. Mereka memastikan nilai-nilai tersebut juga terwakili dalam misi Canva.

Hal ini bisa dilihat dalam pedoman pengguna Canva yang berbunyi, “Canva tidak mendukung dan tidak akan mentoleransi layanannya digunakan untuk mendiskriminasi orang lain, terutama jika berkaitan dengan ras, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, usia, disabilitas, keturunan, atau asal negara.”

Jika pengguna ditemukan melanggar aturan ini, Canva tidak akan segan menghentikan akses mereka ke layanan tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.

Tentunya, tindakan Canva sangat menginspirasi dan bisa dipelajari oleh banyak pengusaha. Berbagi nilai-nilai pribadi yang tertanam ke dalam bisnis bisa menarik lebih banyak perhatian.

5. Percaya

6 Zodiak Paling Pantang Menyerah
6 Zodiak Paling Pantang Menyerah (Sumber: Pexels)

Perkins percaya bahwa dirinya bisa sukses dari apa yang ingin dicapai. Saat berusia 19 tahun dan menunda kuliahnya, Perkins mencoba mengumpulkan dana untuk ide besarnya. Akan tetapi, ia terus-menerus mengalami penolakan.

Selama berada di titik terendah, Anda perlu mengandalkan kepercayaan diri sehingga bisa bertahan dalam kondisi apa pun. Pengusaha sering melupakan pelajaran ini.

Jangan pernah menjadi tidak percaya diri karena perkataan seorang penentang. Hal termudah yang ditemukan di dunia adalah seseorang yang memberikan alasan mengapa ide besar Anda akan gagal.

Seorang penentang hanya takut jika Anda lebih dulu mencapai impian. Sementara itu, mereka belum mampu memenuhi impiannya. Sudah waktunya untuk membuktikan bahwa mereka salah.

Reporter: Shania

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya