Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati terus memperhatikan perkembangan ekonomi terutama angka inflasi di beberapa negara seperti Eropa dan China. Alasannya, tingkat inflasi di negara yang berhubungan ekspor-impor dengan Indonesia akan berdampak ke harga barang di level konsumen.
"Transisi ini harga konsumen ini bisa meningkatkan tekanan inflasi (di Indonesia)," Sri Mulyani di Istana Negara, Jakarta, Senin (29/11/2021).
Selain inflasi, kebijakan moneter negara maju juga perlu menjadi perhatian pemerintah. Sehingga bisa menghindar dari dampaknya seperti risiko tapering.
Advertisement
Dalam kondisi ketidakpastian yang tinggi ini, IMF telah menurunkan ramalan pertumbuhan ekonomi global menjadi 5,7 persen dari sebelumnya akan tumbuh 5,9 persen di tahun 2022.
Sedangkan untuk tahun ini hanya tumbuh 4,5 persen dari prediksi sebelumnya 4,9 persen.
"Perekonomian global ini harus diwaspadai," kata Sri Mulyani.
Baca Juga
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Ekonomi Nasional
Di sisi lain, Indonesia juga harus mempercepat pertumbuhan ekonomi nasional. Pada kuartal IV tahun ini pemulihan ekonomi telah terjadi secara akseleratif seiring dengan penanganan Covid-19 yang makin efektif.
Sri Mulyani meyakini pertumbuhan ekonomi nasional tahun ini bisa mencapai target yang telah ditentukan. Mengingat sektor produksi untuk konsumsi ekspor, manufaktur, perdagangan dan pertambangan terus bergerak menuju pemulihan.
"Outlook kita tahun ini masih bisa tumbuh 3,5 persen hingga 4 persen," kata dia.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Advertisement