Harga Minyak Tambah Mahal Usai Pasukan Rusia Tiba di Perbatasan Ukraina

Pergerakan harga minyak menunjukkan betapa ketatnya fundamental pasar minyak saat ini. Permintaan yang meningkat ditambah dengan persediaan yang rendah memicu ketakutan di pasar.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 12 Feb 2022, 08:30 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2022, 08:30 WIB
lustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada perdagangan Jumat sore atau sabtu pagi waktu Jakarta. Kenaikan harga minyak ini terjadi di tengah peningkatan ketegangan antara Ukraina dan Rusia.

Mengutip CNBC, Sabtu (12/2/2022), sekitar 2 jam sebelum penutupan perdagangan hari Jumat, Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan saat pengarahan di Gedung Putih bahwa ada tanda-tanda eskalasi Rusia di perbatasan Ukraina. Menurutnya, ada kemungkinan invasi dapat terjadi selama Olimpiade Musim Dingin di Beijing China.

“Kami terus melihat tanda-tanda eskalasi Rusia, termasuk pasukan baru yang tiba di perbatasan Ukraina. Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, kami berada di jendela ketika invasi dapat dimulai kapan saja, ”kata Sullivan.

Sullivan mencatat bahwa AS sebenarnya tidak yakin bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin akan membuat keputusan akhir untuk menyerang Ukraina. Tapi menurutnya keputusan tersebut mungkin saja bisa terjadi segera.

Dampak dari pernyatan Sullivan tersebut, harga minyak langsung melonjak. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS yang adalah patokan harga minyak di AS, naik lebih dari 5 persen mencapai USD 94,66 per barel, Ini adalah level tertinggi sejak 30 September 2014.

Kontrak harga minyak ini sedikit mereda hingga penutupan dan mengakhiri hari 3,58 persen persen lebih tinggi pada USD 93,10 per barel.

Sedangkan harga minyak Brent yang merupakan patokan internasional naik 3,3 persen menjadi USD 94,44 per barel, setelah mencapai USD 95 per barel di awal perdagangan.

“Pertimbangan utama untuk harga minyak mentah adalah sanksi seperti apa yang dilakukan AS dan sekutunya jika Rusia menyerang," jelas analis CIBC Private Wealth Rebecca Babin.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Permintaan Global

Ilustrasi tambang migas
Ilustrasi tambang migas (iStockPhoto)

Babin melanjutkan, pergerakan harga minyak yang sangat tajam menunjukkan betapa ketatnya fundamental pasar minyak saat ini. Permintaan yang meningkat ditambah dengan persediaan yang rendah dan pasokan baru yang terbatas memicu ketakutan di pasar.

Harga minyak telah naik lebih dari 2 persen di awal sesi menyusul laporan minyak terbaru International Energy Agency.

International Energy Agency memperkirakan permintaan global akan mencapai rekor 100,6 juta barel per hari tahun ini karena pembatasan covid berkurang.

“Ketakutan terburuk setiap orang mungkin sedang dalam proses untuk direalisasikan,” kata John Kilduff dari Again Capital.

“Kita akan lihat, tetapi banyak pasokan energi yang bergantung pada keseimbangan.”

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya