Jadi Negara Menengah Atas, Indonesia Dipaksa Naikan PDB 3 Kali Lipat

Pemerintah menargetkan Indonesia bisa masuk ke negara berpendapatan menengah ke atas pada 2022

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Feb 2022, 06:55 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2022, 12:30 WIB
Pertumbuhan Ekonomi DKI Jakarta Turun 5,6 Persen Akibat Covid-19
Deretan gedung perkantoran di Jakarta, Senin (27/7/2020). Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pertumbuhan ekonomi di DKI Jakarta mengalami penurunan sekitar 5,6 persen akibat wabah Covid-19. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi ingin Indonesia bisa kembali masuk menjadi negara berpendapatan menengah ke atas (upper middle income country). Namun, ia tak ingin lengah.

"Bangsa Indonesia sedang dipaksa bergegas, karena kita pada hari ini sudah resmi jadi negara kelas menengah dunia," kata Mendag Lutfi dalam sesi bincang virtual, Rabu (23/2/2022).

Sebab, ia ingin Indonesia terus memacu gas agar bisa keluar dari jebakan negara berpendapatan menengah (middle income trap), dam masuk ke dalam grup negara berpendapatan tinggi (high income country).

Kuncinya, pemerintah ingin meningkatkan produk domestik bruto (PDB) atau growth domestic product (GDP) menjadi tiga kali lipat, dari sebelumnya USD 4.349,5 pada 2021.

"Tantangan kita yang kedua adalah bagaimana kita bisa mentigakalilipatkan GDP kita yang sekitar USD 4.000 untuk menjadi USD 12.500," seru Mendag Lutfi.

 

Pencapaian Pemerintah

Target Pertumbuhan Ekonomi
Suasana gedung-gedung bertingkat yang diselimuti asap polusi di Jakarta, Selasa (30/7/2019). Badan Anggaran (Banggar) DPR bersama dengan pemerintah menyetujui target pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di kisaran angka 5,2% pada 2019 atau melesat dari target awal 5,3%. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sedikit flashback, Lutfi menceritakan pencapaian pemerintah sejak 2019. Kala itu, Indonesia diklaimnya sudah masuk ke dalam grup negara berpendapatan menengah ke atas.

Sempat terperosok lagi menjadi negara berpenghasilan menengah bawah (lower middle income country) di 2020 akibat pandemi Covid-19. Tapi kembali bangkit jadi upper middle income country pada 2021 lalu.

"Ini adalah capaian luar biasa, setelah tahun 1998 pencapaian per kapita hanya USD 463. Jadi dalam 20 tahun sampai 2018, pertumbuhan ekonomi kita 10 kali lipat atau 1.000 persen," tuturnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya