Ada Perang Rusia Ukraina, IMF Berpikir Pangkas Ramalan Pertumbuhan Ekonomi Global

Dalam prospek yang dirilis IMF pada Januari, lembaga ini memproyeksikan pertumbuhan global sebesar 4,4 persen pada 2022

oleh Nurmayanti diperbarui 11 Mar 2022, 09:00 WIB
Diterbitkan 11 Mar 2022, 09:00 WIB
IMF
IMF (IMF)

Liputan6.com, New York - Dana Moneter Internasional atau IMF kemungkinan akan memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global dengan memperhitungkan konsekuensi ekonomi dari invasi Rusia ke Ukraina.

Ini diungkapkang langsung Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva melansir laman CNBC, Jumat (11/3/2022).

“Kami berpikir bahwa kami akan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global sebagai akibat dari krisis, tetapi kami masih berharap dunia berada di wilayah pertumbuhan positif,” kata Georgieva.

Komentar Bos IMF muncul sehari setelah IMF menyetujui kucuran USD 1,4 miliar dalam bentuk bantuan darurat ke Ukraina. Uang itu akan digunakan untuk mendukung kegiatan utama pemerintah Ukraina, seperti membayar gaji dan pensiun.

Dalam prospek yang dirilis IMF pada Januari, lembaga ini memproyeksikan pertumbuhan global sebesar 4,4 persen pada 2022, angka moderat dengan melihat raihan di 2021 sebesar 5,9 persen.

Namun masih belum pasti seberapa besar IMF akan memangkas prospek pertumbuhan ekonominya. “Jelas, berapa lama perang ini berlangsung adalah faktor ketidakpastian utama yang kita hadapi,” kata Georgieva.

Beberapa efek invasi Rusia ke Ukraina, termasuk kenaikan harga komoditas, dapat menyebabkan masalah bagi ekonomi dunia dan menghambat pertumbuhan.

Harga komoditas telah melonjak dalam beberapa pekan terakhir di tengah kekhawatiran investor konflik akan memperketat pasokan global.

Minyak mentah Brent, patokan minyak internasional, telah melonjak sejak invasi pada 24 Februari, meskipun harga minyak telah jatuh dalam beberapa sesi terakhir.

Harga logam termasuk paladium dan nikel ikut melonjak. Ukraina dan Rusia juga merupakan dua pengekspor pertanian terbesar di dunia, yang juga memicu kekhawatiran tentang harga pangan.

 

Inflasi

Inflasi
Ilustrasi Inflasi (Liputan6.com/Johan Fatzry)

Inflasi sudah pada tingkat yang tinggi, dan Georgieva mengatakan peningkatan tekanan harga yang berasal dari perang dapat membebani lebih lanjut pada pendapatan riil dan, pada gilirannya, mengurangi permintaan konsumen. Penurunan kepercayaan bisnis juga menjadi perhatian.

Dia menambahkan bahwa sementara Rusia "pasti" akan masuk ke dalam resesi, namun masih belum pasti ke negara-negara tetangga di Eropa dan Asia akan mengikuti.

IMF khwatir jika pengetatan kondisi ekonomi sebagai akibat dari peristiwa dua minggu terakhir dapat menghambat negara-negara yang sudah lambat pulih dari pandemi Covid-19. "Itu mungkin berarti beberapa pemicu ketakutan resesi," kata Georgieva.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya