Saudi Aramco Ketiban Cuan Harga Minyak Mentah Melambung di 2021, Untung Rp 1,5 Kuadriliun

Raksasa minyak Arab Saudi, Aramco, melaporkan lonjakan pendapatan hingga dua kali lipat di 2021.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 21 Mar 2022, 13:05 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2022, 13:05 WIB
Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)
Ilustrasi fasilitas minyak Aramco Arab Saudi (Creative Commons / Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Raksasa minyak Arab Saudi, yakni Aramco, ketiban cuan lonjakan harga minyak mentah dunia. Perusahaan mencatat pendapatan setahun penuh naik lebih dari dua kali lipat secara year on year.

Dilansir dari CNBC International, Senin (21/3/2022) laba bersih Aramco di tahun 2021 meningkat 124 persen menjadi USD 110 miliar atau setara Rp 1,5 kuadriliun (asumsi kurs Rp 14.400).

Jumlah itu jauh lebih dari yang tercatat pada tahun 2020, yaitu USD 49 miliar atau Rp 702,6 triliun pada 2020. 

Lonjakan pendapatan ini terjadi karena harga minyak mentah yang sudah tinggi, margin penyulingan dan bahan kimia yang lebih kuat, dan konsolidasi bisnis bahan kimia Aramco, yakni SABIC, dalam hasil setahun penuh.

Namun ternyata, angka-angka itu sesuai dengan ekspektasi, dengan analis yang sebelumnya sudah memperkirakan laba bersih Aramco sebesar USD 109,7 miliar untuk setahun penuh.

Saham Aramco di Saudi Tadawul Exchange juga naik hampir 4 persen pada perdagangan.

"Hasil kuat kami adalah bukti disiplin keuangan kami, fleksibilitas melalui kondisi pasar yang berkembang dan fokus teguh pada strategi pertumbuhan jangka panjang, yang menargetkan pertumbuhan nilai bagi pemegang saham kami," kata CEO Aramco, Amin Nasser dalam sebuah keterangan tertulis.

Aramco Melihat Keuntungan di 2021, Bagaimana Tahun Ini?

20151007-Ilustrasi Tambang Minyak
Ilustrasi Tambang Minyak (iStock)

Aramco diuntungkan dari melonjaknya harga minyak selama tahun 2021, dengan patokan internasional harga minyak mentah Brent naik di atas USD 80 per barel pada akhir tahun, yang naik 50 persen dalam periode 12 bulan.

Namun, kekurangan pasokan minyak menambah banyak faktor kompleks yang mendorong ketidakpastian besar di seluruh kompleks energi dan komoditas, bahkan sebelum konflik Rusia-Ukraina.

"Meskipun kondisi ekonomi telah membaik secara signifikan, namun prospeknya tetap tidak pasti karena berbagai faktor makro ekonomi dan geopolitik,"  kata CEO Aramco, Amin Nasser.

"Kami melihat permintaan minyak yang sehat. Sayangnya ada penyusutan kapasitas cadangan global, dikombinasikan dengan persediaan rendah dan kurangnya investasi," bebernya.

Aramco mengungkapkan rencananya untuk berinvestasi dalam meningkatkan kapasitas produksi minyak mentah menjadi 13 juta barel per hari pada tahun 2027, dan berupaya meningkatkan produksi gas lebih dari 50 persen pada tahun 2030.

Perusahaan itu juga mentargetkan emisi gas rumah kaca Lingkup 1 dan Lingkup 2 bersih-nol di seluruh aset yang dioperasikan sepenuhnya pada 2050. 

"Kami melakukan bagian kami, tetapi itu tidak cukup. Pemain lain di industri juga perlu melakukan bagian mereka dan meningkatkan investasi," ujar Amin Nasser, seraya mencatat permintaan minyak akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya