Liputan6.com, Jakarta - Bank Indonesia (BI) tetap bersiaga terhadap potensi kenaikan suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRRR), yang kini masih terjaga di angka 3,5 persen basis point (bps). Terlebih setelah bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed telah menaikan Fed Fund Rate (FFR) per Maret 2022 di kisaran 0,25-0,5 persen.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan moneter dari bank sentral akan lebih diarahkan untuk pro-stability, melalui kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah, pengurangan likuiditas secara bertahap.
"Dan tentu saja suku bunga rendah sampai dengan ada tanda-tanda kenaikan inflasi setelah (adanya faktor) fundamental nantinya," ujar Perry dalam sesi kuliah umum, Senin (21/3/2022).
Advertisement
Untuk itu, ia menegaskan, Bank Indonesia terus melonggarkan kebijakan makro prudensial untuk mendorong pembiayaan di sektor riil.
"Lebih dari itu, kita juga melakukan digitalisasi, pendalaman pasar keuangan. Dan lebih dari itu, mendorong UMKM dan ekonomi keuangan syariah," imbuhnya.
Baca Juga
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Kebijakan Moneter
Perry mengutarakan, Bank Indonesia bersama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati terus berkoordinasi untuk melakukan normalisasi kebijakan. Berbagai pertimbangannya, antara lain defisit fiskal yang menurun tahun ini, lalu bagaimana normalisasi kebijakan moneter tetap bisa memperkuat stabilitas, mengatasi dampak normalisasi global, tapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi kita.
"Bagaimana normalisasi kebijakan fiskal dan moneter dilakukan secara bertahap tanpa mengabaikan kemampuan sektor riil, kemampuan perbankan untuk tumbuh dan juga mendorong pemulihan ekonomi nasional," tuturnya.
Advertisement