Ramalan Mark Zuckerberg soal Pekerjaan di Masa Depan, Apa Itu?

CEO Meta itu mengatakan bahwa seiring perkembangan teknologi modern, pekerjaan akan lebih fokus terhadap teknologi yang kian mendominasi dunia.

oleh Liputan6.com diperbarui 25 Mar 2022, 21:00 WIB
Diterbitkan 25 Mar 2022, 21:00 WIB
Mark Zuckerberg
CEO Facebook Mark Zuckerberg (AP Photo/Paul Sakuma, File)

Liputan6.com, Jakarta Miliarder pendiri Facebook Mark Zuckerberg prediksi di masa depan nanti pekerjaan sehari-hari membutuhkan lebih banyak imajinasi. Hal ini dikatakan olehnya dalam kesempatan pada saat menjadi bintang tamu acara MIT Lex Fridman “Lex Fridman Podcast” baru-baru ini.

Melansir CNBC, Jumat (25/3/2022), CEO Meta itu mengatakan bahwa seiring perkembangan teknologi modern, pekerjaan akan lebih fokus terhadap teknologi yang kian mendominasi dunia. Tidak hanya jenisnya, tapi prosesnya mungkin juga akan digantikan oleh teknologi.

“Saya pikir ekonomi kreatif dan metaverse akan lebih hebat. Akan lebih banyak orang di masa depan yang bekerja dengan hal-hal kreatif dibanding hari ini, kita hanya akan mempertimbangkan kerja atau layanan tradisional,” tuturnya.

Namun, ini hanya prediksinya yang berasal dari pengalaman pribadi. Ketika dia pertama kali meluncurkan Facebook pada tahun 2004, coding membantu membangun sesuatu yang bermanfaat, katanya.

Sekarang, imbuhhnya, dia melihat putrinya membuat kode seni, untuk mengetik persamaan guna menciptakan ekspresi visual dan artistik.

Zuckerberg mengatakan lebih lanjut, maksudnya bukan setiap pekerjaan di masa depan akan melibatkan seni digital. Akan tetapi, otomatisasi beberapa sistem dasar — yang memungkinkan anak-anak mudah membuat karya seni melalui kode, misalnya — akan memungkinkan seseorang menghabiskan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan tugas-tugas, seperti membuat produk baru dan membuat proses lama menjadi lebih efisien.

Konsepnya sendiri sebenarnya tidak terlalu baru. Selama bertahun-tahun, para ahli teknologi telah memperkirakan bahwa kecerdasan buatan pada akhirnya akan dapat menggantikan manusia. Khususnya dalam tugas-tugas yang relatif biasa, seperti menyusun spreadsheet atau menulis kode dasar.

Dengan demikian, secara teoritis, nantinya masyarakat bisa menghabiskan lebih banyak waktu untuk menganalisis dan brainstorming – karena membutuhkan pemikiran kreatif dan kritis yang tidak dapat ditiru oleh kecerdasan buatan.

Teknologi peningkatan efisiensi ini sangat fantastis untuk menghilangkan kebutuhan akan keterlibatan manusia dalam tugas back-office konsumen waktu atau angkat berat fisik, dengan kata lain memungkinkan manusia untuk lebih fokus pada angkat berat intelektual,” tulis CTO global Ernst & Young Nicola Morini Bianzino dalam postingan blog tahun lalu.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Penerapan Robot

Konferensi Robot Dunia
Sebuah robot buatan Jiangsu Eastern Golden Jade Intelligent Robot Co memutar video rekaman tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLA) saat Konferensi Robot Dunia 2018 di Beijing, China, Rabu (15/8). (AP Photo/Mark Schiefelbein)

Tanpa disadari, perkembangan itu mungkin sudah terjadi. Pandemi Covid-19 mampu mempercepat penerapan robot ke dalam kehidupan sehari-hari. Entah itu di gerbang tol, rumah sakit, dan ruang makan di seluruh negeri.

Pada Oktober 2020, World Economic Forum memperkirakan bahwa entri data, sekretaris, akuntansi, pabrik, dan pekerjaan mekanik kemungkinan akan menghilang pada tahun 2025.

Forum itu menotalkan sebanyak 85 juta pekerjaan bisa hilang dalam beberapa tahun ke depan. Bahkan jumlah itu bisa jadi berubah, mungkin jauh melampaui perkiraan tersebut.

Pekerjaan itu sebagian besar berada di bidang-bidang, seperti pemasaran digital, pengembangan bisnis, dan analisis data yang cenderung membutuhkan keterampilan berpikir kreatif dan kritis, tulis laporan tersebut.

 

Reporter: Aprilia Wahyu Melati

 

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya