Gempa Afghanistan, Rp 16,6 Miliar Dana Darurat Dikucurkan

Gempa magnitudo 5,9 melanda Provinsi Khost, Afghanistan pada Rabu (22/6/2022). Pengeluaran dana dilakukan untuk membantu korban yang terdampak gempa Afghanistan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 23 Jun 2022, 17:37 WIB
Diterbitkan 23 Jun 2022, 17:37 WIB
FOTO: 1.000 Orang Lebih Tewas Akibat Gempa Afghanistan
Seorang penduduk desa duduk dekat rumahnya yang rusak akibat gempa bumi di Distrik Spera, bagian barat daya Provinsi Khost, Afghanistan, 22 Juni 2022. Pemerintah Afghanistan meminta bantuan internasional usai terjadi gempa dengan kekuatan magnitudo 6,1. (AP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Pengeluaran dana dilakukan untuk membantu masyarakat yang terdampak gempa Afghanistan di Provinsi Khost.

Dilansir dari CNN, Kamis (23/6/2022) gempa magnitudo 5,9 melanda Afghanistan pada pukul 1:24 pagi waktu setempat pada Rabu (22/6), menurut Survei Geologi Amerika Serikat (USGS).

Gempa itu tercatat pada kedalaman 10 kilometer dan melanda sekitar 46 kilometer barat daya dari kota Khost, menurut USGS.

Sebagai informasi, Khost terletak sekitar 230 kilometer tenggara Kabul dan dekat perbatasan Afghanistan-Pakistan.

Laporan kantor berita negara Afghanistan Bakhtar menyebut, Perdana Menteri Mullah Mohammad Hassan Akhand mengalokasikan dana darurat sebesar 100 juta Afghanis atau senilai USD 1.123.595,50 (Rp. 16,6 miliar) untuk korban yang terdampak gempa.

Senada, Wakil Menteri Negara Manajemen Bencana Afghanistan Mawlawi Sharafuddin Muslim dalam pernyataan terpisah juga mengatakan negara itu akan memberikan bantuan darurat kepada korban terdampak gempa Afghanistan.

Berbicara pada konferensi pers, Mawlawi Sharafuddin Muslim mengatakan bahwa Afghanistan akan mengeluarkan dana sebesar USD 1.116,19 atau sekitar Rp. 16 juta untuk keluarga mereka yang tewas dalam gempa.

Adapun pengeluaran dana sebesar USD 558,10 atau Rp. 8,2 juta untuk keluarga yang mengalami luka-luka.

Sebuah pernyataan pers oleh misi diplomatik juga menyoroti perlunya bantuan asing untuk korban gempa Afghanistan.

"Republik Islam Afghanistan menyerukan dukungan yang murah hati dari semua negara, organisasi internasional, individu dan yayasan untuk menyediakan dan memberikan bantuan kemanusiaan yang mendesak," demikian isi pernyataan misi diplomatik Afghanistan.

Gempa Afghanistan terjadi ketika hampir separuh populasi negara itu – 20 juta orang mengalami kelaparan akut, menurut laporan yang didukung PBB pada bulan Mei 2022. 

Situasi ini memperburuk krisis ketika Taliban merebut kekuasaan Afghanistan pada Agustus 2021, yang menyebabkan Amerika Serikat dan sekutunya membekukan cadangan devisa negara itu bernilai USD 7 miliar dan memotong pendanaan internasional.

Afghanistan Bergegas Kirim Bantuan Makanan Hingga Obat-obatan untuk Korban Gempa

Bulan Sabit Merah Afghanistan dan personel militer bekerja di Provinsi Paktika timur Afghanistan setelah gempa bumi mematikan, 22 Juni 2022. (Bakhtar News Agency yang dikelola pemerintah Afghanistan)
Bulan Sabit Merah Afghanistan dan personel militer bekerja di Provinsi Paktika timur Afghanistan setelah gempa bumi mematikan, 22 Juni 2022. (Bakhtar News Agency yang dikelola pemerintah Afghanistan)

 

Menyusul penarikan pasukan AS dari Afghanistan tahun lalu, ekonomi Afghanistan terus menurun.

Perkiraan Bank Dunia soal ekonomi Afghanistan pada bulan April mengatakan bahwa "kombinasi dari penurunan pendapatan dan kenaikan harga telah mendorong penurunan parah dalam standar hidup rumah tangga."

Sesaat setelah gempa pada Rabu (22/6), Taliban mengadakan pertemuan darurat untuk mengatur penyediaan transportasi bagi korban gempa yang terluka dan bantuan material kepada keluarga mereka, menurut keterangan juru bicara Taliban Zabiullah Mujahid.

Perdana Menteri Mohammad Hassan Akhund juga mengadakan pertemuan di Istana Kepresidenan Afghanistan untuk menginstruksikan semua lembaga terkait mengirim tim bantuan darurat ke daerah yang terkena dampak gempa, kata Mujahid dalam sebuah postingan di Twitter.

"Langkah-langkah juga diambil untuk memberikan bantuan tunai dan pengobatan," terang Mujahid, seraya menambahkan bahwa lembaga-lembaga diinstruksikan untuk menggunakan transportasi udara dan darat untuk pengiriman makanan, pakaian, obat-obatan dan kebutuhan lainnya.

WHO : Korban Tewas Gempa Afghanistan Lebih dari 1.000 Jiwa

Pejabat dan penduduk Taliban mensurvei kerusakan rumah di Provinsi Paktika timur Afghanistan setelah gempa bumi besar melanda pada 22 Juni 2022. (Bakhtar News Agency yang dikelola pemerintah Afghanistan)
Pejabat dan penduduk Taliban mensurvei kerusakan rumah di Provinsi Paktika timur Afghanistan setelah gempa bumi besar melanda pada 22 Juni 2022. (Bakhtar News Agency yang dikelola pemerintah Afghanistan)

Pernyataan United Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs (UNOCHA) di Afghanistan membeberkan, Distrik Gayan di provinsi Paktika, Afghanistan dilaporkan terkena dampak gempa yang paling parah.

Di wilayah itu, ada sekitar 200 orang tewas dan 100 orang terluka akibat gempa, dan banyak dari korban mengalami luka serius.

Hingga 1.800 rumah dilaporkan telah hancur dan rusak di distrik Gayan, yang katanya merupakan 70 persen dari perumahan di distrik itu.

Korban dari distrik yang terkena dampak gempa sedang dipindahkan ke rumah sakit di wilayah Sharan, Paktika dan Urgun.

Adapun Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang mengungkapkan bahwa total korban tewas akibat gempa di Afghanistan kemungkinan masih akan meningkat dan mungkin melebihi 1.000 jiwa. 

Secara keseluruhan, menurut WHO, lebih dari 1.000 korban gempa Afghanistan yang terluka dipindahkan ke berbagai rumah sakit di wilayah tersebut.

"Semua sumber daya telah dikerahkan, tidak hanya dari provinsi terdekat tetapi juga dari Kabul, termasuk pasokan medis, tenaga medis, perawat, petugas kesehatan, ambulans dan petugas darurat yang terlatih dalam menghadapi situasi seperti itu," kata Alaa AbouZeid, pemimpin tim untuk keadaan darurat dan manajer insiden di kantor WHO Afghanistan.

"Situasinya masih berkembang, dan kami mendorong lebih banyak sumber daya sesuai kebutuhan situasi," terangnya dalam sebuah wawancara dengan jurnalis CNN Eleni Giokos.

Rumah sakit utama yang menanggapi ini untuk kasus-kasus kritis adalah rumah sakit Paktia."

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya