Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis pagi ini dibuka menguat. Penguatan nilai tukar rupiah ini masih dibayangi pengetatan kebijakan moneter yang agresif oleh bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed).
Pada Kamis (7/7/2022) pagi, rupiah bergerak menguat 14 poin atau 0,1 persen ke posisi 14.985 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 14.999 per dolar AS.
Baca Juga
Analis Indonesia Commodity and Derivatives Exchange (ICDX) Revandra Aritama mengatakan, penguatan rupiah pagi ini merupakan koreksi setelah kemarin sempat menembus nilai 15.000 per dolar AS dan mengingat dari sisi fundamental belum ada perubahan yang mendukung penguatan rupiah.
Advertisement
"Bahkan The Fed disebut masih akan lanjut melakukan pengetatan kebijakan secara lebih agresif apabila level inflasi masih tinggi. Akibatnya indeks dolar sempat menyentuh 107 yang merupakan nilai tertinggi selama 20 tahun terakhir," ujar Revandra dikutip dari Antara.
The Fed merilis risalah pertemuan kebijakan moneter Juni. Risalah menunjukkan bahwa pejabat The Fed tegas untuk memperketat kebijakan moneter meskipun ada risiko perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, melonjak 1,5 persen menjadi di atas 107 poin pada Rabu (6/7), tertinggi sejak Desember 2002.
Dolar telah reli dengan beberapa pemberhentian sejak November tahun lalu di tengah taruhan kenaikan suku bunga agresif The Fed.
Revandra memperkirakan hari ini rupiah akan bergerak di kisaran level 14.970 per dolar AS hingga 15.070 per dolar AS.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
BI Klaim Pelemahan Rupiah Tak Seburuk Ringgit Malaysia
Bank Indonesia (BI) mengklaim, pelemahan nilai tukar Rupiah atau Depresiasi masih lebih baik ketimbang sejumlah negara berkembang lainnya di tengah tekanan geopolitik dunia akibat konflik Rusia dan Ukraina.
Tercatat, nilai tukar Rupiah sampai dengan 22 Juni 2022 terdepresiasi sekitar 4,14 secara year to date (ytd).
Gubernur BI Perry Warjiyo bilang, capaian tersebut lebih baik dibandingkan dengan depresiasi mata uang sejumlah negara berkembang kawasan Asia Selatan maupun Asia Tenggara. Seperti India 5,17 persen, Malaysia 5,44 persen, dan Thailand 5,84 persen.
"Depresiasi Rupiah masih lebih baik ketimbang mata uang sejumlah negara berkembang lainnya," ujarnya dalam video konferensi Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bulanan BI - Juni 2022, Kamis (23/6/2022).
Perry menjelaskan, depresiasi Rupiah tersebut sejalan dengan meningkatnya ketidakpastian pasar keuangan global akibat pengetatan kebijakan moneter yang lebih agresif di berbagai negara untuk merespons peningkatan tekanan inflasi dan kekhawatiran perlambatan ekonomi global.
Advertisement
Pasokan Valas
Sementara itu, pasokan valas domestik tetap terjaga dan persepsi terhadap prospek perekonomian Indonesia tetap positif.
Ke depan, Bank Indonesia terus mencermati perkembangan pasokan valas dan memperkuat kebijakan stabilisasi kurs Rupiah sesuai dengan bekerjanya mekanisme pasar dan nilai fundamentalnya untuk mendukung upaya pengendalian inflasi dan stabilitas makroekonomi.
"Hal ini untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional," tutupnya.