IMF Pangkas Lagi Ramalan Pertumbuhan Ekonomi AS Jadi 2,3 Persen

IMF kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi AS menjadi 2,3 persen.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 13 Jul 2022, 12:30 WIB
Diterbitkan 13 Jul 2022, 12:30 WIB
Penampakan Rak Kosong di Supermarket AS
Pembeli di toko grosir di Pittsburgh melihat tampilan daging sarapan yang sebagian kosong, Selasa (11/1/2022). Varian Omicron yang sangat menular menciptakan kekurangan tenaga kerja yang memengaruhi pengiriman produk dan pengisian kembali rak-rak toko di seluruh negeri. (AP Photo/Gene J. Puskar)

Liputan6.com, Jakarta - Dana Moneter Internasional (IMF) kembali memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat, menjadi 2,3 persen dari semula 2,9 persen pada akhir Juni 2022.

Penurunan itu terjadi karena data terbaru menunjukkan melemahnya pengeluaran konsumen. 

Dilansir dari Channel News Asia, Rabu (13/7/2022) IMF juga memangkas perkiraan pertumbuhan PDB riil Amerika Serikat pada 2023 mendatang menjadi 1,0 persen dari semula 1,7 persen pada 24 Juni 2022, ketika bertemu dengan pejabat AS untuk penilaian tahunan kebijakan ekonomi negara itu.

IMF mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa lonjakan inflasi yang luas "memunculkan risiko sistemik baik bagi Amerika Serikat dan ekonomi global".

"Prioritas kebijakan sekarang harus memperlambat pertumbuhan upah dan harga secara cepat tanpa memicu resesi," kata IMF dalam laporan staf Article IV.

"Ini akan menjadi tugas yang sulit," ujar badan tersebut.

Selain itu, dikatakan juga bahwa pengetatan kebijakan moneter The Fed akan membantu menurunkan inflasi AS menjadi 1,9 persen pada kuartal keempat 2023, dibandingkan dengan perkiraan 6,6 persen untuk kuartal keempat 2022.

Langkah itu memang akan semakin memperlambat pertumbuhan ekonomi AS, tetapi IMF masih memperkirakan negara itu akan terhindar dari resesi.

Ekonom di Western Hemisphere Department IMF Andrew Hodge mengatakan dalam sebuah posting blog bahwa kenaikan suku bunga The Fed dan berkurangnya pengeluaran pemerintah akan memperlambat pertumbuhan belanja konsumen "menjadi sekitar nol pada awal tahun depan".

"Perlambatan permintaan akan meningkatkan pengangguran menjadi sekitar 5 persen pada akhir 2023, yang akan menurunkan upah," Hodge memperingatkan.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saran IMF

Penampakan Rak Kosong di Supermarket AS
Tampilan daging makan siang diisi ulang di toko grosir di Pittsburgh, Selasa (11/1/2022). Varian Omicron yang sangat menular membuat pekerja sakit, menciptakan kekurangan tenaga kerja yang memengaruhi pengiriman produk dan pengisian kembali rak-rak toko di seluruh negeri. (AP Photo/Gene J. Puskar)

Direktur eksekutif IMF dalam saran kebijakan mereka untuk pemerintah AS menyerukan pengesahan proposal belanja sosial dan iklim Presiden AS Joe Biden yang terhenti, mengatakan langkah ini akan mendorong peningkatan partisipasi angkatan kerja, yang akan mengurangi inflasi, sambil membantu memfasilitasi transisi ekonomi karbon.

"Para direktur juga merekomendasikan untuk membatalkan pembatasan perdagangan dan kenaikan tarif yang diperkenalkan selama lima tahun terakhir," kata laporan IMF - merujuk pada tarif barang-barang China, baja, aluminium, dan produk lainnya yang diberlakukan oleh mantan presiden Donald Trump dan dipertahankan oleh Biden.

IMF: Kemungkinan Resesi Ekonomi Global Tidak Terelakkan

Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)
Ekonomi dunia ilustrasi (foto: pixabay)

Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan prospek ekonomi global telah "gelap secara signifikan" sejak April 2022 dan dia tidak dapat mengesampingkan kemungkinan resesi global tahun depan mengingat risiko yang meningkat.

Dilansir dari Channel News Asia, Kamis (7/7/2022) Direktur Pelaksana IMF Kristalina Georgieva mengatakan bahwa IMF akan menurunkan perkiraan pertumbuhan ekonomi global  3,6 persen dalam beberapa pekan mendatang. 

 Ini menandai penurunan proyeksi ekonomi ketiga oleh IMF di tahun 2022.

IMF diperkirakan akan merilis perkiraan terbarunya untuk ekonomi global 2022 dan 2023 pada akhir Juli mendatang, setelah memangkas perkiraannya hampir satu poin persentase penuh pada bulan April.

"Prospek sejak pembaruan terakhir kami pada bulan April telah menjadi gelap secara signifikan," kata Georgieva dalam sebuah wawancara, mengutip inflasi yang meluas, kenaikan suku bunga yang lebih substansial, perlambatan ekonomi China, serta meningkatnya sanksi terkait perang Rusia-Ukraina.

"Risiko (resesi) telah meningkat sehingga kami tidak dapat mengesampingkannya," ungkapnya. 

Data ekonomi baru-baru ini menunjukkan beberapa negara ekonomi besar, termasuk China dan Rusia, telah mengalami kontraksi pada kuartal kedua, kata Georgieva.

"Ini akan menjadi tahun 2022 yang sulit, tetapi mungkin bahkan 2023 lebih sulit," imbuhnya. 

"Risiko resesi meningkat pada 2023," sebut Georgieva.

Ketua The Fed Jerome Powell bulan lalu mengatakan bank sentral AS berkomitmen penuh untuk mengendalikan harga bahkan jika hal itu berisiko terhadap penurunan ekonomi.

Sementara itu, Georgieva mengatakan pengetatan kondisi keuangan yang lebih lama akan memperumit prospek ekonomi global, tetapi sangat penting untuk mengendalikan lonjakan harga.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya