Dukung Agenda G20, Freeport Punya Kereta Listrik Tambang Bawah Tanah

PT Freeport Indonesia (PTFI) secara konsisten mendukung fokus agenda G20 2022 dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).

oleh Arief Rahman H diperbarui 15 Jul 2022, 22:24 WIB
Diterbitkan 15 Jul 2022, 22:11 WIB
Kereta tambang bawah tanah Freeport Indonesia
Kereta tambang bawah tanah Freeport Indonesia (dok: PTFI)

Liputan6.com, Jakarta PT Freeport Indonesia (PTFI) secara konsisten mendukung fokus agenda G20 2022 dalam menurunkan emisi gas rumah kaca (GRK).

Hal tersebut tersampaikan dalam dialog Bincang Dua Puluh bertajuk “Misi Keberlanjutan melalui Penurunan Emisi” pada Kamis (7/7) laludi Jakarta, bertepatan dengan momentum presidensi Indonesia di rangkaian acara pertemuan G20 2022.

Bersama dengan Kompas, Climate Stewardship Working Group (CSWG) G20, Yayasan Kehati, Universitas Papua, dan pemerhati lingkungan, PTFI sepakat bahwa kolaborasi multipihak diperlukan dalam percepatan upaya mitigasi pengurangan emisi GRK di tingkatnasional dan global.

Melalui kegiatan operasional tambang perusahaan dan kemitraan multipihak yang telah terjalin, PTFI berperan serta dalam upaya penurunan emisi GRK.

“PTFI percaya bahwa sektor swasta memegang peran penting untuk mendorong implementasi program pengurangan emisi GRK. Sebagai bagian dari komitmen perusahaan akan keberlanjutan, PTFI memiliki strategi iklim untuk mendukung ekonomi hijau dan memberikan nilai tambah bersama bagi para pemangku kepentingan. Kami juga sepenuhnya mendukung target pemerintah di presidensi G20 2022 untuk mencapai emisi nol (zero emission) pada tahun 2060, dan berharap momentum ini dapat menjadi wadah transformasi untuk mewujudkan dunia yang bebas dari emisi GRK,” ujar Presiden Direktur PTFI Tony Wenas, Jumat (15/7/2022).

Sebelumnya, PTFI telah berkomitmen untuk mengurangi emisi GRK sebesar 30 PERSEN pada tahun 2030 dalam kesempatan di Conference of the Parties (COP) ke-26 di Glasgow, Skotlandia, Britania Raya.

Komitmen tersebut kemudian terbukti dengan upaya perusahaan menyediakan pasokan tembaga untuk menyokong penggunaan teknologi ramah lingkungan di berbagai industri.

 

Butuh Tembaga

Tambang PT Freeport Indonesia di Papua. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P
Tambang PT Freeport Indonesia di Papua. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Penggunaan energi terbarukan yang kini aktif digencarkan berbagai pelaku industri akan membutuhkan tembaga lebih banyak, sehingga PTFI akan menyeimbangkan peningkatan produksi tembaga sejalan dengan dukungan perusahaan untuk menjalankan ekonomi hijau.

Meski demikian, PTFI menekankan bahwa upaya keberlanjutan yang perusahaan telah jalankan perlu didukung dengan kemitraan dan sinergi multipihak sehingga target keberlanjutan dapat tercapai secara optimal.

Para pembicara dialog Bincang Dua Puluh pun sepakat bahwa kolaborasi multipihak merupakan salah satu solusi untuk menjawab permasalahan emisi GRK yang kian meningkat dari tahun ke tahun.

“Kolaborasi pemerintah, sektor bisnis, dan lembaga swadaya masyarakat (LSM) berperan penting dalam mencegah bencana krisis iklim dan mencapai target nasional untuk mengurangi emisi GRK sebesar 29 persen pada tahun 2030. Upaya yang telah PTFI jalankan selama ini sepatutnya menjadi tolak ukur bagi para pemangku kepentingan lainnya agar dapat menyeimbangkan aktivitas bisnis dan dampak lingkungan, sekaligus bergerak dan mengambil peran untuk mencapai target keberlanjutan,” ucap Ketua CSWG G20 Laksmi Dewanthi.

 

Pakai Kereta Listrik

Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P
Tambang Grasberg PT Freeport Indonesia. Foto: Liputan6.com/Ilyas Istianur P

Lebih lanjut, upaya keberlanjutan PTFI dalam mendorong penurunan emisi GRK mencakup transformasi di berbagai lini operasional perusahaan.

“Sejak tahun 2019, PTFI telah beralih ke tambang bawah tanah dan menggunakan kereta api listrik rendah emisi untuk membawa bijih hasil tambang. PTFI juga telah mendapatkan izin untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Minyak dan Gas (PLTMG) yang dapat dioperasikan dengan biodiesel sekaligus menggantikan bahan bakar pembangkit listrik bertenaga batubara menjadi liquefied natural gas (LNG), sehingga lebih efisien dan ramah energi. Jika upaya ini terus dilanjutkan dan mendapatkan dukungan dari pemangku kepentingan lainnya, PTFI diperkirakan dapat melampaui target penurunan emisi GRK hingga 50 persen sebelum tahun 2030,” jelas Vice President Environmental PTFI Gesang Setyadi.

Dalam lingkup program lingkungan, PTFI sudah menjalankan program reboisasi di lahan seluas 3 ribu hektar dan penanaman 5 juta pohon, yang telah berkontribusi terhadap penyerapan karbon. Selain itu, PTFI di tahun ini juga berencana untuk menjalankan reboisasi dan menanam pohon di lahan seluas 3.810 hektar di Jayapura. Pencapaian ini selanjutnya akan dilengkapi dengan penerbitan rencana operasional dan aksi mitigasi yang terkait dengan kehutanan dan pemanfaatan lahan.

“Tuntutan masyarakat dan berbagai pemangku kepentingan terkait energi terbarukan dan upaya penurunan emisi GRK semakin mendorong perusahaan seperti PTFI untuk terus berinovasi dan bertransformasi. Kami akan selalu terbuka untuk menjalin kemitraan strategis sekaligus mengeksplorasi upaya lain yang dapat menghasilkan nilai tambah bagi berbagai pemangkukepentingan,” tutup Tony.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya