Dunia Butuh Miliaran Dolar AS untuk Mitigasi Pandemi, dari Mana Dananya?

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dunia masih membutuhkan dana USD 10 miliar untuk menghadapi potensi pandemi di masa depan.

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Nov 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 13 Nov 2022, 18:00 WIB
Kolaborasi Jaringan Kesehatan Global
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat 4Th Finance Minister's & Central Bank Governor's Meeting.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan dunia masih membutuhkan dana USD 10 miliar untuk menghadapi potensi pandemi di masa depan. Sebab total kebutuhannya mencapai USD 30,3 miliar untuk semua negara dunia.

"Kami telah mengindentifikasi dunia membutuhkan dana USD 10 miliar untuk Pandemic Fund," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers 2nd G20 Joint Finance and Health Minister Meeting di Hotel Mulia, Nusa Dua Bali, Bali, dikutip Minggu (13/11/2022).

Direktur Eksekutif Bank Dunia, Wempi Saputra menjelaskan sejauh ini setiap negara dan lembaga dunia telah memiliki dana untuk mengantisipasi datangnya pandemi.

Di tingkat nasional setiap negara dunia telah menyediakan USD 19,4 miliar dari kebutuhan USD 26,4 miliar. Sedangkan di tingkat global telah terkumpul USD 1,2 miliar dari kebutuhan USD 19,4 miliar.

"Jadi gap (rentang kebutuhan) USD USD 7 miliar sama 3,5 miliar ini USD 10,5 miliar," kata dia.

Wempi mengatakan sumber dana tersebut berasal dari konsesi dunia dan yang disiapkan masing-masing negara dan lembaga keuangan global . Namun, saat ini masih terdapat kekurangan dana sebesar USD 10,5 miliar.

"Ada yang di global fund, Gavi, Cepi dan lain-lain karena secara nasional ini lebih mapan. Nah untuk negara-negara miskin dan berkembang belum punya kemampuan untuk mengalokasikan anggaran buat sektor ini," kata dia.

Dana yang dikumpulkan ditingkat nasional biasanya berasal dari negara-negara maju. Sedangkan negara-negara miskin dan berkembang masih belum banyak menyiapkan anggaran untuk sistem kesehatan publiknya.

"Kalau nasional buat negara sendiri, ini buat meningkatkan resilien kesehatan masyarakat nasional," kata dia.

 

Dana dari Lembaga Keuangan

Menkeu Sri Mulyani
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati dan Gubernur Bank Sentral Negara G20 membahas beberapa agenda utama, dalam pertemuan kedua IMF-World Bank Group (WBG) 2022 dan 2nd Finance Ministers and Central Bank Governors (FMCBG). Dok Kemenkeu

Sementara itu dana yang berasal dari lembaga keuangan dunia untuk diberikan kepada negara-negara berkembang atau negara miskin.

"Kalau yang global itu modelnya komunikasi seperti kasusnya vaksin. Negara miskin tidak punya uang di bantu negara maju. Bisa bilateral, apakah via WHO atau global fund," kata dia.

Sementara itu, Forum G20 Presidensi Indonesia telah membentuk sebuah lembaga keuangan khusus bernama Dana Perantara Keuangan atau Financial Intermediary Fund (FIF) atau Pandemic Fund. Sementara ini, telah terkumpul dana USD 1,4 miliar yang berasal dari 20 negara dunia dan 3 lembaga keuangan global.

"Jadi pandemi fund ini sangat penting karena kita harus sediakan satu sistem untuk cegah pandemi masa depan," pungkasnya.

Jokowi Resmikan Pandemic Fund di G20, Bantu Dunia Hadapi Pandemi

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dana pandemi atau pandemic fund. Tujuan dibentuk pandemic fund agar dunia lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya.
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dana pandemi atau pandemic fund. Tujuan dibentuk pandemic fund agar dunia lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan dana pandemi atau pandemic fund. Tujuan dibentuk pandemic fund agar dunia lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi pandemi berikutnya.

“Saya ucapkan terima kasih atas kontribusinya untuk dana pandemi dan mengucap Bismillahirrohmanirrohim saya luncurkan dana pandemi hari ini,” kata Jokowi secara virtual dalam perhelatan Presidensi G20 Indonesia, Minggu (13/11/2022).

Jokowi mengatakan, dalam 3 tahun terakhir ini seluruh dunia menghadapi disrupsi terberat yang dikarenakan pandemi covid-19. Telah terbukti bahwa di dunia tidak siap menghadapi pandemi, dunia tidak mempunyai arsitektur kesehatan yang handal untuk mengelola pandemi.

“Oleh karena itu kita ketahanan komunitas internasional dalam menghadapi pandemi,” ujarnya.

Menurut Jokowi, pandemi tidak boleh lagi memakan banyak korban jiwa, pandemi tidak lagi meruntuhkan sendi-sendi perekonomian Global. Dengan semangat itulah presidensi Indonesia di G20 terus dorong penguatan arsitektur Kesehatan Global, untuk mewujudkan sistem Kesehatan Global yang lebih handal terhadap risiko, serta lebih inklusif dan berkeadilan.

“Untuk itu dalam jangka pendek Ini pertama dunia harus mempunyai kapasitas pembiayaan untuk mencegah dan menghadapi pandemi. Kedua membangun ekosistem kesehatan yang disinergikan lintas-negara,” ujarnya.

Terkait pembiayaan pandemic fund ini dibutuhkan sebesar USD 31,1 miliar setiap tahunnya untuk membiayai sistem pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi di masa yang akan datang. Penghitungan tersebut berdasarkan studi yang dilakukan bank dunia dan organisasi kesehatan dunia awal tahun ini.

“Untuk itu G20 telah sepakat untuk membentuk dana pandemi bagi kepentingan pencegahan, persiapan dan respon terhadap pandemi. Saya menyampaikan terima kasih kepada para donor dari negara-negara anggota G20 dan non G20 serta dari lembaga-lembaga filantropi yang telah memberikan kontribusi,” ujarnya.

Namun, dana yang terkumpul masih belum mencukupi, Jokowi mengharapkan dukungan yang lebih besar lagi untuk dana pandemi ini. Selain kontribusi dana, Presiden Jokowi juga mengajak semua pihak untuk mendukung beberapa inisiatif.

Antara lain, pembentukan platform koordinasi penanggulangan darurat kesehatan, berbagai data Genome internasional untuk mendukung pemantauan patogen, pengembangan jaringan digital secara global, serta sertifikasi vaksin untuk memfasilitasi keamanan perjalanan internasional, dan pembentukan pusat penelitian dan Manufaktur yang lebih adil dan merata.

Indonesia Sumbang USD 50 Juta ke Pandemic Fund, Sri Mulyani: di Atas Rata-Rata

Ilustrasi dolar AS
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat, Jakarta, Kamis (23/10/2014) (Liputan6.com/Johan Tallo)

Komitmen dana pandemi atau Pandemic Fund kini sudah terkumpul USD 1,4 miliar. Dana tersebut disumbangkan oleh 20 negara anggota G20 plus tiga lembaga filantropi, termasuk Indonesia. 

Dalam hal ini, Indonesia telah menyetor dana sekitar USD 50 juta, atau setara Rp 774,5 miliar (kurs Rp 15.490 per dolar AS).

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, angka tersebut jauh lebih besar dibanding sumbangsih banyak negara lain terhadap Pandemic Fund.

"Komitmen Indonesia USD 50 juta itu jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara lain. Jadi ini dilihat sebagai komitmen yang sangat dihormati dari Indonesia, karena pada saat yang sama kita juga memegang Presidensi G20," kata Sri Mulyani dalam sesi konferensi pers seusai The 2nd Joint Finance and Health Minister Meeting (JFHMM), Sabtu (12/11/2022).

Sri Mulyani menyatakan, itu sejalan dengan komitmen dari Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang ingin menyiapkan pendanaan agar siap menghadapi gelombang pandemi selanjutnya.

"Jadi kita ingin bisa mempercepat dan mendukung dengan cara yang kredibel kesiapan dan respon dalam menghadapi kemungkinan pandemi selanjutnya," imbuh Sri Mulyani.

"Indonesia dengan USD 50 jutanya masih jauh lebih tinggi dibanding rata-rata negara berkembang, atau bahkan bila dibanding dengan negara maju," tegasnya. 

Secara kepentingan, Indonesia disebutnya pun berhak menggunakan Pandemic Fund untuk memerangi wabah virus dan penyakit. Pemakaiannya juga bakal dipadukan dengan kemampuan anggaran negara. 

"Jadi kita bisa memakai ini digabungkan dengan komitmen dari pemerintah, dari kas negara baik dari pemerintah pusat (APBN) maupun daerah (APBD)," ujar Sri Mulyani.  

Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik
Infografis IMF Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Baik (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya