Barito Pacific Gandeng PLN Siapkan SPKLU hingga Gali Potensi Amonia Hijau

Dua anak usaha Barito Pacific menandatangani nota kesepahaman bersama dengan Grup PLN untuk mengurangi jejak karbon dan mengurangi emisi gas buang dari kegiatan operasional.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 21 Nov 2022, 17:40 WIB
Diterbitkan 21 Nov 2022, 17:40 WIB
Gandeng PLN, Grup Barito Pacific mengukuhkan komitmennya mendukung Indonesia dalam transisi energi secara berkelanjutan.
Gandeng PLN, Grup Barito Pacific mengukuhkan komitmennya mendukung Indonesia dalam transisi energi secara berkelanjutan.

Liputan6.com, Jakarta Grup Barito Pacific mengukuhkan komitmennya mendukung Indonesia dalam transisi energi secara berkelanjutan.  Di sela-sela acara B20 Summit di Bali beberapa waktu lalu, dua anak usaha Barito Pacific yaitu Star Energy Geothermal dan Indo Raya Tenaga menunjukkan upayanya dalam mencapai transisi energi untuk masa depan.

Kedua anak usaha Barito Pacific menandatangani nota kesepahaman bersama dengan Grup PLN untuk mengurangi jejak karbon dan mengurangi emisi gas buang dari kegiatan operasional.

Star Energy Geothermal bekerja sama dengan PLN terkait penggunaan electric vehicle di seluruh area operasionalnya, dimana PLN akan menyediakan charging station untuk mempermudah pengisian baterai.

Sementara itu, Indo Raya Tenaga bekerja sama dengan PLN Enjiniring untuk melakukan studi bersama terkait potensi pengunaan amonia hijau sampai 60 persen dalam coal-firing.

”Sebagai salah satu perusahaan energi di Indonesia, Barito Pacific berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah Indonesia dalam transisi energi. Kami menyambut baik kolaborasi bersama dengan Grup PLN ini, sebagai langkah nyata dalam mewujudkan prinsip transisi energi yang adil atau just energy transition di mana setiap pemangku kepentingan dan penerima manfaat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam peta jalan transisi energi," kata Presiden Direktur Barito Pacific Agus Salim Pangestu.

Group CEO Star Energy Geothermal Hendra Tan menyatakan, sebagai salah satu operator pembangkit listrik panas bumi di Indonesia, pihaknya menerapkan operasional secara hijau dan ramah lingkungan yang harapannya dapat menjadi contoh praktik yang baik bagi yang lain.

"Kami akan mengganti kendaraan operasional di seluruh area operasional unit pembangkit kami di Wayang Windu, Salak, Darajat dan di kantor pusat Jakarta  menjadi electric vehicle tanpa emisi. Hal ini tentunya tidak akan terwujud tanpa dukungan dari PLN dalam penyediaan charging station di lokasi-lokasi tersebut," tutur dia.

 

 

   

Amonia Hijau

PT Barito Pacific Tbk Buka Lowongan Kerja 2018
PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Bergerak Di Bidang Kehutanan, Petrokimia, Dan Industri Properti membuka lowongan kerja di 2018.

Sementara itu, Presiden Direktur Indo Raya Tenaga Peter Wijaya mengatakan, Kolaborasi Indo Raya Tenaga bersama PLN Enjiniring  ditujukan untuk mempelajari kemungkinan teknis  penggunaan amonia hijau sebesar 60 persen di Pembangkit Ultra Super Critical (USC) Jawa 9 & 10 dan ini adalah pertama kali di Indonesia.

Penggunaan ammonia hijau diatas 20 persen pada pembangkit listrik, dimungkinkan karena Jawa 9 &10 adalah pioneer dalam penerapan teknologi Selective Catalytic Reduction (SCR) satu-satunya di Indonesia yang berfungsi mengkonversi emisi pembakaran batu bara ataupun ammonia berupa Nitrogen Oksida menjadi air dan nitrogen murni

"Studi ini diharapkan akan semakin mengukuhkan posisi pembangkit Jawa 9 & 10 sebagai pembangkit USC-SCR yang ramah lingkungan dan siap menjadi pembangkit yang berbahan bakar energi bersih dalam program transisi energi bersih," tutup dia.

Star Energy Geothermal dan Indo Raya Tenaga merupakan anak usaha Barito Pacific yang berfokus di sektor energi. Star Energy Geothermal merupakan produsen geothermal dengan total kapasitas 875MW.

Sementara Indo Raya Tenaga merupakan pemilik pembangkit USC Jawa 9 & 10 yang berkapasitas 2 x 1000 MW. Jawa 9 & 10 adalah satu-satunya pembangkit listrik di Indonesia yang menggunakan teknologi pengontrol emisi paling lengkap  dengan adanya SCR, Flue Gas Desulfurization, Electro-Static Precipitator, dan Low Nox burner. 

Sepanjang Tahun 2022, PLN Sukses Reduksi 32 Juta Metrik Ton Emisi Karbon

Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo
Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo/Istimewa.

Dalam agenda Decarbonizing Energy Sector for Net Zero Indonesia Pavilion di COP 27 yang digelar di Mesir pada Senin (7/11), PT PLN (Persero) melaporkan telah berhasil mengurangi 32 juta metrik ton emisi karbon gas rumah kaca sepanjang tahun 2022. 

"Saya di sini dengan bangga mengatakan bahwa tahun ini kami sukses mereduksi 32 juta metric ton emisi C02. Melampaui target NDC kita," terang Direktur Utama PLN, Darmawan Prasodjo.

Untuk mencapai angkat tersebut, Darmawan menjelaskan, PLN melakukan pendekatan holistik, yakni menambah kapasitas pembangkit energi terbarukan (EBT), mengolah hasil gas buang menjadi energi listrik, menggunakan teknologi pembangkit batu bara yang lebih efisien, dan menerapkan co-firing biomassa.

"Kita lakukan yang terbaik dan bergerak sejauh yang kita bisa. Tahun lalu, 13 gigawatt pembangkit batu bara yang masih dalam perencanaan, kami hapus sehingga menghindarkan kita dari 1,8 miliar metric ton emisi CO2 selama 25 tahun ke depan," ungkapnya. 

Diakui Darmawan, berbagai usaha yang dilakukan memang masih belum cukup, sehingga PLN perlu menambahkan ruang yang lebih besar untuk menambah porsi pembangkit EBT. Karenanya, PLN terus meningkatkan pemanfaatan pembangkit EBT yang berbasis tenaga surya, panas bumi, hidro, hingga ombak.

"Kami secara agresif meningkatkan pemanfaatan EBT. Sehingga setiap potensi EBT yang ada akan kami maksimalkan. Bersamaan dengan itu, kami perlu meningkatkan kapasitas teknologi guna mengakomodasi fluktuasi supply-demand untuk sistem baru tersebut," tambahnya. 

Untuk mencapai target NZE di 2060, PLN melakukan pendekatan holistik melalui 8 inisiatif yang saat ini dijalankan PLN. Inisiatif tersebut terdiri dari pensiun dini pembangkit fosil, pilot proyek co-firing hidrogen dan amonia, menambah pembangkit energi terbarukan (EBT), layanan energi hijau, co-firing biomassa, inisiasi carbon capture storage, peluncuran smart grid control system, dan membangun ekosistem kendaraan listrik.

Darmawan juga menegaskan bahwa pemanasan global adalah tantangan bersama. Oleh sebab itu membutuhkan strategi dan kolaborasi bersama dari seluruh dunia baik dari teknologi, inovasi, hingga investasi.

"Paradigma kita mesti berubah. Satu-satunya jalan keluar adalah dengan kolaborasi," jelasnya.

infografis Otak-Atik Daya Listrik Rumah Tangga
infografis Otak-Atik Daya Listrik Rumah Tangga
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya