Twitter dan Meta PHK Massal, TikTok Justru Buka Lowongan Besar-Besaran

TikTok berkomitmen pada target mempekerjakan hampir 1.000 insinyur di kantornya di Mountain View, California, Amerika Serikat.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Nov 2022, 18:00 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2022, 18:00 WIB
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok.
Ilustrasi TikTok, Aplikasi TikTok. Kredit: antonbe via Pixabay

Liputan6.com, Jakarta - Platform media sosial TikTok menjadi sorotan karena berencana untuk terus merekrut karyawan baru. Hal ini bertolak belakang dengan sejumlah perusahaan teknologi di Sillicon Valley lainnya yang justru memberhentikan pembukaan lowongan dan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

Dilansir dari CNN Business, Selasa (22/11/2022) seorang sumber menyebutkan bahwa aplikasi video berdurasi pendek TikTok berkomitmen pada target mempekerjakan hampir 1.000 insinyur di kantornya di Mountain View, California, Amerika Serikat.

Target perekrutan khusus ini terkait dengan tujuan perusahaan untuk memastikan data penggunanya di Amerika Serikkat diawasi oleh tim yang berbasis di negara itu di tengah pengawasan di Washington karena hubungan perusahaan induknya ByteDance dengan China.

Berita tentang rencana perekrutan TikTok pertama kali dilaporkan oleh outlet media The Information.

CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan

Dalam sebuah pidato pekan lalu pada Bloomberg New Economic Forum di Singapura, CEO TikTok Shou Zi Chew mengkonfirmasi bahwa pihaknya masih membuka perekrutan. Hal itu disampaikan menyusul isu PHK di perusahaan teknologi lain, termasuk Meta dan Amazon.

“Kami selalu lebih berhati-hati dalam hal perekrutan," ungkap Chew pada konferensi tersebut.

"Pada tahap pertumbuhan kami ini, saya pikir langkah kami, irama kami, perekrutan tepat untuk kami," tuturnya.

Dalam beberapa pekan terakhir, Meta mengatakan telah memangkas hingga 11.000 pekerjanya di seluruh perusahaan, dan Twitter memotong sekitar setengah stafnya di bawah pemilik baru Elon Musk.

Adapun Amazon yang juga mengkonfirmasi telah memulai PHK secara luas.

Seperti diketahui, perusahaan-perusahaan teknologi menghadapi pukulan keras dalam permintaan dan memotong ribuan posisi karena penurunan ekonomi dan kekhawatiran resesi yang meningkat.

TikTok Buka Lowongan Secara Global

Bermain TikTok
Ilustrasi Aplikasi TikTok Credit: freepik.com

Situs web portal karir TikTok saat ini mencantumkan lebih dari 4.000 lowongan secara global, meskipun tidak diketahui secara jelas seberapa sering situs perekrutan itu diperbarui.

Pada bulan Oktober 2022, ketika beberapa laporan awal tentang pembekuan perekrutan dan pemotongan biaya mulai muncul dari kantor-kantor di Silicon Valley, TikTok menjadi berita utama karena mencantumkan sejumlah lowongan e-commerce baru yang tampaknya mengindikasikan bahwa mereka ingin menciptakan logistik dan jaringan pergudangan di Amerika Serikat.

Analisis Rhenald Kasali Soal PHK Massal di Startup, Benar Dampak Resesi?

Rhenald-4
Pendiri Rumah Perubahan Rhenald Kasali. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Di tahun ini beberapa perusahaan rintisan atau startup melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal. Sebagian besar narasi menyebutkan bahwa situasi global terutama ancaman resesi menjadi salah satu alasan aksi PHK tersebut.

Terbaru adalah PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk dan mengumumkan melakukan PHK kepada 1.300 karyawan di Asia. Dikatakan jika tantangan makro ekonomi global berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia. 

Akademisi dan Pakar Bisnis Profesor Rhenald Kasali berpendapat bahwa langkah PHK massal yang dijalankan beberapa startup tersebut tidak ada hubungannya dengan resesi global.

Jika memang keadaan global menjadi alasan startup melakukan PHK, ia meminta perusahaan rintisan membeberkan secara jelas laporan keuangan. Rhenald Kasali menduga, salah satu aksi PHK ini justru karena para perusahaan ini masih saja melakukan aksi bakar uang.

"Buka laporan keuangan Anda, jelaskan sebaik-baiknya, atau jangan-jangan Anda bakar duitnya memang berlebihan. Sekarang situasinya online to offline, tidak hanya cukup hanya online semua," terangnya dalam konten video di akun Youtubenya dikutip, Senin (21/11/2022).

Rhenald Kasali mengaku ragu karena memang pada kenyataannya selama masa pandemi, layanan antar makanan dan barang yang diberikan GoTo sangat dibutuhkan.

Dia juga menduga apa yang terjadi dengan startup bahkan yang sudah raksasa seperti GoTo bukan karena situasi ekonomi global tapi karena bakar duit yang terlalu berlebihan.

"Yang pertama mungkin bakar duitanya secara berlebihan. kalau bakar duit secara berlebihan ini yang terjadi, kompetisi di antara mereka," ucapnya.

"Resesi itu tidak selalu berdampak pada semua bangsa di seluruh dunia. Jangan mencari kambing hitam, barangkali kita sendiri yang miss management," tambah Rhenald Kasali.

GoTo Group PHK 1.300 Karyawan, Imbas Kondisi Global

GoTo
Gojek, platform layanan on-demand dan perusahaan teknologi Tokopedia di Indonesia mengumumkan pembentukan grup GoTo.

Langkah efisiensi dilakukan GoTO Group. Perusahaan memutuskan untuk melakukan perampingan karyawan 1.300 orang karyawan, atau sekitar 12% dari total karyawan tetap Grup GoTo.

Melansir penjelasan perusahaan, Jumat (18/11/2022) mengatakan jika keputusan sulit PHK GoTo ini tidak dapat dihindari agar perusahaan lebih agile dan mampu menjaga tingkat pertumbuhan sehingga terus memberikan dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi, dan pedagang.Karyawan yang terdampak akan menerima pemberitahuan hari ini.

Keputusan ini disampaikan pada townhall yang mengundang seluruh karyawan. Manajemen GoTo hari ini menyampaikan langkah-langkah strategis dalam mendorong percepatan kemandirian finansial, sehingga perusahaan dapat terus memberi dampak positif bagi jutaan konsumen, mitra pengemudi dan pedagang di ekosistem GoTo, melalui pertumbuhan yang sehat dan berkesinambungan.

Dikatakan jika tantangan makro ekonomi global berdampak signifikan bagi para pelaku usaha di seluruh dunia. GoTo, seperti layaknya perusahaan besar lainnya, perlu beradaptasi untuk memastikan kesiapan Perusahaan menghadapi tantangan ke depan.

Karenanya, Perusahaan harus mengakselerasi upaya untuk menjadi bisnis yang mandiri secara finansial dan tumbuh secara sustainable dalam jangka panjang. Hal ini dilakukan antara lain dengan memfokuskan diri pada layanan inti, yaitu on-demand, e-commerce dan financial technology.

Infografis Cek Fakta
Infografis Cek Fakta: 6 Tips Cara Identifikasi Hoaks dan Disinformasi di Medsos
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya