Mitratel Jadi Perusahaan Tower Telekomunikasi Terbesar di ASEAN

Mitratel telah menyiapkan insfrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, connectivity (fiber dan satellite) dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Nov 2022, 20:15 WIB
Diterbitkan 24 Nov 2022, 20:15 WIB
Pencatatan saham perdana PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel pada Senin, 22 November 2021 (Dok: Istimewa)
Pencatatan saham perdana PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk atau Mitratel pada Senin, 22 November 2021 (Dok: Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) atau Mitratel perusahaan yang bergerak di bidang penyediaan infrastruktur digital dan telekomuikasi telah genap 1 (satu) tahun melantai di Bursa Efek Indonesia. Mitratel terus menjaga pertumbuhan dan berkembang menjadi perusahaan tower (towerco) terbesar di regional yang adaptif terhadap perubahan.

Direktur Utama Mitratel Theodorus Ardi Hartoko atau yang biasa disapa Teddy mengatakan ada empat capaian yang berhasil diraih perseroan dalam masa setahun pasca mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (IPO) pada 22 November 2021. Di antaranya pertama, Mitratel kini menjadi perusahaan tower telekomunikasi independent terbesar di Asia Tenggara dengan 28 persen saham kepemilikan publik yang memiliki layanan terlengkap.

“Mitratel telah menyiapkan insfrastruktur telekomunikasi, baik itu menara, connectivity (fiber dan satellite) dan power to tower yang tersebar di seluruh Indonesia untuk memberikan solusi yang terlengkap dan terintegrasi untuk seluruh operator telekomunikasi,” ungkap Teddy di Jakarta, Rabu (23/11/2022).

Menurut Teddy, secara global tren bisnis menara telekomunikasi bergeser dari Towerco menjadi Digital Infraco di masa depan, untuk menyediakan layanan seluler dan menumbuhkan ekosistem digital.

Di Indonesia, Towerco telah bergerak untuk menangkap potensi pertumbuhan penyediaan infrastruktur digital, guna mendorong pertumbuhan bisnis di masa depan. Terutama terkait penyediaan infrastruktur fiber optic untuk mendukung layanan seluler (4G/5G) dan ekosistem digital.

“Mitratel, sebagai bagian dari Telkom Group akan senantiasa mengambil peran dalam menyiapkan roadmap ke Digital Infraco untuk pengembangan portofolio yang berfokus pada penyediaan infrastruktur fiber optic/tower fiberisation,” Teddy menjelaskan.

 

Pencapaian Selanjutnya

Tower telekomunikasi
Menara telekomunikasi Mitratel (Foto: Mitratel).

Kedua, perseroan kini menjadi perusahaan provider menara telekomunikasi terbesar di Asia Tenggara dari sisi kepemilikan menara, melalui berbagai pembangunan tower dan aksi korporasi.

“Tenancy ratio MTEL 1,44x dan 58 persen tower di luar Jawa menjadi ruang pertumbuhan dengan perluasan layanan operator seluler ke seluruh Indonesia,” Teddy mengungkapkan.

Hingga kuartal III 2022, Mitratel tercatat total memiliki 35.051 tower telekomunikasi, setelah perseroan sukses mengakuisisi 6.000 tower milik PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) beberapa waktu lalu.

Ketiga, menurut Teddy, Mitratel memiliki leverage rendah dan tanpa eksposur terhadap risiko nilai tukar mata uang asing. Perseroan cukup tangguh terhadap eksposur makro ekonomi dengan catatan net-debt to EBITDA 1,7x, tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) 100% dan seluruh utang dalam mata uang rupiah.

“Keempat, MTEL juga jadi perusahaan terdepan di industri dengan tingkat investasi yang sangat baik,” ujar Teddy.

Teddy menjelaskan MTEL telah meraih peringkat investment grade yang sangat baik dari PEFINDO yaitu peringkat IdAAA dengan outlook stabil. Saham MTEL juga masuk dalam daftar FTSE Global Equty IDX80, Kompas 100, IDX ESG Leaders dan ISSI Index.

Pada periode Januari – September 2022, MTEL berhasil membukukan pendapatan melesat 11,5% secara tahunan menjadi Rp5,6 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp5,02 triliun. Lonjakan pendapatan itu mendongkrak laba bersih Perusahaan 18,1% menjadi Rp1,22 triliun dibandingkan sebelumnya Rp1,03 triliun.

Teddy menyatakan pertumbuhan perusahaan yang konsisten berhasil mencatatkan EBITDA (earning before interest, taxes, depreciation) meningkat menjadi 15,7 persen. “EBITDA diharapkan semakin meningkat seiring peningkatan kolokasi, terutama karena luasnya coverage tower di luar Jawa,” ungkap Teddy.

Menurut Teddy, pertumbuhan bisnis perusahaan di periode kuartal I – III 2022 tercatat terus konsisten lebih besar dari pertumbuhan industri. Hal inilah yang menjadikan profitabilitas Mitratel naik lebih signifikan dibandingkan tahun lalu.

 

Kinerja Akan Terus Tumbuh

Melihat Perawatan Tower Telekomunikasi di Kepulauan Seribu
Wisatawan melakukan telepon di dekat tower di Kepulauan Seribu, Rabu, 18/9/2019). PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) memiliki 26.713 penyewaan dan 15.344 site telekomunikasi tersebar di seluruh indonesia, ditargetkan akan menambah 3000 penyewaan di tahun 2019. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Sementara itu Senior Investment Information PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji memproyeksikan kinerja Mitratel akan terus bertumbuh.

Nafan mengatakan pertumbuhan anak usaha Telkom tersebut mulai menampakkan hasil setelah genap setahun melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu (23/11/2022).

"MTEL masih mengalami bearish consolidation dalam jangka pendek. MTEL memiliki support pada Rp 680 per lembar saham dan resistance pada Rp 740. Ini analisa teknikal. Bullish consolidation mulai berlaku jika MTEL konsisten bertahan di atas Rp 705. Saat ini di Rp 710," ujar Nafan.

Meski begitu, Nafan meyakini tren Mitratel akan terus meningkat hingga akhir tahun. Hal ini tak lepas dari sejumlah ekspansi bisnis Mitratel dalam sektor menara. Ia menyebut peningkatan kinerja Mitratel juga ditopang dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang impresif dengan fundamental makro ekonomi domestik yang relatif solid.

"Hal ini bisa menjadi katalis terhadap peningkatan kinerja fundamental top line maupun bottom line dari Mitratel," lanjutnya.

Nafan mengatakan pertumbuhan ekonomi yang positif mendorong peningkatan kebutuhan layanan konektivitas internet. Tak hanya itu, lanjut Nafan, aksi Mitratel dalam mendukung pengembangan fiber optik juga akan kian meningkatkan kinerja perusahaan di masa mendatang.

"Permintaan konektivitas ke depan pasti mengalami peningkatan dengan pengembangan teknologi yang makin cepat, walaupun kinerja fundamental masih bertolak belakang dengan kinerja harga saham tapi secara teknikal lebih baik kalau konsisten di atas Rp 750," kata Nafan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya