Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) memuji pertumbuhan ekonomi Maluku Utara, yang pada kuartal II 2022 berhasil menembus angka 27,74 persen secara tahunan (YoY).
Menurut dia, capaian itu jadi yang tertinggi di dunia, sebab tidak ada negara lain yg bisa mencapai level pertumbuhan ekonomi tersebut.
Baca Juga
"Maluku Utara, hati-hati, karena pertumbuhan ekonomi di Maluku Utara 27 persen. Tertinggi di dunia, tidak ada di dunia manapun pertumbuhan ekonomi sampai 27 persen," kata Jokowi dalam Rapat Koordinasi Nasional Investasi 2022 di Ritz-Carlton Hotel, Jakarta, Rabu (30/11/2022).
Advertisement
Jokowi semakin happy setelah melihat langsung kondisi pasar di Ternate, terlebih tingkat inflasi di Maluku Utara juga masih lebih rendah dari rata-rata nasional, 3,2 persen.
Imbasnya, Jokowi menemukan laporan, bahwa masyarakat di Maluku Utara saat ini jadi yang paling bahagia di Tanah Air.
"Dan, survey yang saya terima di seluruh provinsi masyarakat mana yang paling bahagia, ya Maluku Utara. (Pertumbuhan ekonomi) 27 persen itu bahagia penduduknya," ucapnya.
Namun, Jokowi mengingatkan agar pemerintah daerah dan pelaku usaha di Maluku Utara tidak terlena dengan capaian besar tersebut.
"Supaya yang benar itu terus dipertahankan, ditingkatkan. Kalau saya puji-puji bisa kesenangan lupa, melorot jadi 5 persen. Hati-hati, 27 persen tidak ada di seluruh dunia punya pertumbuhan ekonomi setinggi itu," ungkapnya.
"Pokoknya hati-hati saya sampaikan, mempertahankan itu lebih sulit, meningkatkan jauh lebih sulit. Saya peringatkan hati-hati," tegas Jokowi.
Pesan Jokowi ke Sri Mulyani: Bu, APBN Kita Dieman-eman
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo (Jokowi) berpesan kepada Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati untuk menghemat dan berhati-hati dalam menggunakan APBN. Pesan tersebut melihat kondisi dunia saat ini dan ke depannya masih dilanda ketidakpastian.
“Sudah sering berkali-kali saya sampaikan, dunia sekarang ini berada ketidakpastian yang tinggi. Semua negara pada posisi yang kesulitan dan ekonomi yang sulit diprediksi, sulit dikalkulasi arahnya seperti apa, pemulihannya akan seperti apa? Satu masalah belum selesai, muncul masalah lain dan efek domino ini semua menyampaikan sulit dihitung,” kata Jokowi dalam UOB Annual Economic Outlook 2023 bertajuk “Emerging Stronger in Unity and Sustainably”, Kamis (29/9/2022).
Jokowi bercerita, ia telah bertemu dengan petinggi beberapa negara, seperti Perdana Menteri Italia, Presiden Korea Selatan, Presiden China, Perdana Menteri Jepang, Presiden Ukraina, hingga Presiden Rusia.
Dalam pertemuan itu, Jokowi menyimpulkan bahwa semua negara sedang mengalami kesulitan.
Saat bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, Jokowi berdiskusi hingga 2,5 jam. Saat bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, ia berdiskusi selama 1,5 jam.
Dalam perbincangan yang sangat panjang tersebut, semuanya menyatakan perang tidak akan berhenti dalam waktu dekat. Artinya, Indonesia harus siap-siap menghadapi ketidakpastian dampak dari perang kedua negara tersebut.
“Kesimpulannya sama, perang tidak akan berhenti besok, bulan depan, atau tahun depan, artinya tidak jelas. Maka yang kita perlukan, negara memerlukan sebuah endurance yang panjang. Saya selalu sampaikan kepada Menteri Keuangan, bu kalau punya uang di APBN kita dieman-eman, dijaga hati-hati mengeluarkannya harus produktif, harus memunculkan return yang jelas,” kata Jokowi.
Advertisement
Indonesia Masih Baik
Pesan Jokowi ke Sri Mulyani ini karena hampir semua negara mengalami pelemahan perekonomian, kontraksi ekonomi. Setiap hari banyak negara yang mengalami krisis energi, bahkan hingga krisis finansial.
“Berimbas pada semua negara dan kita tahu kalau dilihat angkanya kita masih baik nilai tukar kita, memang melemah minus 7 persen, tapi bandingkan dengan negara lain Jepang minus 25 persen, RRT minus 13 persen, dan Filipina minus 15 persen,” ujarnya.
Menurut Jokowi, hal itu harus disyukuri karena nilai tukar Indonesia masih aman dibanding negara lain. Kendati begitu, tetap harus kerja keras dalam jangka panjang dan menjaga pertumbuhan tersebut.
Misalnya, dalam kasus krisis pangan, sebanyak 345 juta orang di 82 negara menderita kekurangan pangan akut, dan 19.700 orang meninggal setiap hari karena kelaparan. Namun di Indonesia, kita semua masih bisa makan dan patut bersyukur pangan kita masih cukup memberikan kita makan setiap hari,
“Di Agustus yang lalu kita mendapatkan pengakuan dari International Rice Research Institute (IRRI) bahwa sejak 2019 kita sudah swasembada beras, dan sistem ketahanan pangan kita dinilai baik, ini yang terus kita jaga,” kata Jokowi.