Liputan6.com, Surabaya - Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, penetapan baja sebagai bahan baku industri non Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) diharapkan terus dikembangkan.
"Dengan industri 4.0 kita berharap produktivitas sektor baja meningkat dan khusus untuk bajanya Pak Silmy Karim (Chairman IISIA) ini diharapkan bisa meningkatkan produksi 17 juta ton di tahun 2025 sampai dengan 2035," ujarnya secara virtual pada The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA) Business Forum (IBF) 2022 di Surabaya, Kamis (1/12/2022).
Pemerintah terus mendorong industri strategis terutama penggunaan industri baja dan turunannya bisa memikirkan produk yang berdaya saing dan mendorong ekonomi.
Advertisement
"Terutama untuk industri konstruksi, otomotif maupun industri pendukung pengembangan industri pembangkit listrik supaya dapat meningkatkan industri baja karbon," ucapnya.
Chairman IISIA Silmy Karim menambahkan, secara umum produk baja yang dihasilkan produsen Indonesia sudah bisa ekspor ke ke negara dengan standar sangat tinggi seperti Amerika Serikat (AS) dan Eropa.
"Yang menjadi masalah adalah adanya perilaku curang yang dilakukan oleh importir, misalnya tidak sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI). Ketebalan bajanya sangat tipis, tetapi cap SNI benar. Itu kan perilaku tidak betul," ujarnya.
Silmy menyebut, kewajiban SNI itu berlaku dua sisi yaitu yang pertama adalah dari sisi produsen yang berkewajiban memproduksi baja sesuai standar dan kedua dari sisi konsumen adalah hak untuk mendapat produk baja yang sesuai dengan standar.
Lalu, pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Kratatau Steel ini mempertanyakan mengenai pengawasan produk impor terkait sertifikasi dan juga ketentuan lainnya.
"Standar negara lain itu sangat susah untuk mendapatkannya, Indonesia juga punya standar sendiri tetapi sendiri itu bukan berarti beda namun harus patuh dengan apa yang ada di Indonesia. Itu yang saya sayangkan," ucapnya.
Â
Peran Kementerian Perdagangan
Silmy menegaskan, pihaknya mengapresiasi Menteri Perdagangan melakukan penindakan, peninjauan, sidak dan semoga terus dilanjutkan.
"Kalau di Kementerian Perdagangan dalam konteks barang beredar, sedangkan di Kementerian Perindustrian dalam konteks barang di produksi. Jadi ada dua sisi," ujarnya.
Sementara itu, Commercial General Manager PT Bumi Lancang Kuning Pusaka (BLKP) Frendy Gunawan mengaku pihaknya yang turut ambil bagian dalam pelaksanaan pameran industri baja ini menyampah, melalui IBF 2022, pihaknya yang merupakan salah satu stakeholder industri baja nasional di bidang konstruksi, diharapkan dapat bertemu dan bersinergi bersama dengan para stakeholder lain dalam tujuan pembangunan Indonesia Maju.
"IBF 2022 menjadi acara pameran industri baja terbesar di Indonesia yang sangat penting dalam peningkatan produksi baja di negeri ini," ujarnya.
Sesuai dengan tujuan dari acara ini, lanjut Frendy, tidak hanya untuk meningkatkan penggunaan produk dalam negeri, namun juga membangun kerjasama antar industrinasional. "Kami berharap BLKP dapat berkontribusi secara langsung terhadap kemajuan industri baja di Republik Indonesia," ucapnya.
Â
Advertisement
Produk Unggulan
Diajang pameran ini, kata Frendy, pihaknya memamerkan beberapa produk unggulan hasil produksi mulai dari Spandek, Floordek, Reng, Hollow hingga Truss untuk tipe C75 dan C80, serta menampilkan profil perusahaan yang di tayangkan melalui Banner maupun Video.
"PT BLKP merupakan produsen rangka dan atap baja ringan berskala nasional yang didirikan pada tahun 2003 di Pekanbaru Riau dan telah mengantongi sertifikat ISO 9001:2015 serta produk yang berstandar SNI," ujarnya.
"Saat ini BLKP telah memiliki delapan pabrik yang tersebar di Pekanbaru, Palembang, Batam, Pontianak, Samarinda, Cikande, Surabaya dan Makasar, serta memiliki satu gudang distribusi di Medan," imbuh Frendy.
Â