Liputan6.com, Jakarta Pemerintah melalui Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mengapresiasi kontribusi pajak dari PT Ceria Nugraha Indotama (CNI) Group, perusahaan pertambangan nikel yang beroperasi di Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara.
“CNI Group diberi penghargaan atas kontribusi penerimaan pajak terbesar untuk kategori perusahaan tambang swasta di wilayah kerja Kolaka,” kata Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kolaka Jarod Sri Raharjo dalam keterangan tertulis, Kamis (22/12/2022).
Baca Juga
Menurut Jarod, kontribusi pajak CNI Group berhasil mendongkrak penerimaan pajak di wilayah KPP Kolaka hingga mencapai target untuk tahun keempat.
Advertisement
Di lain pihak, konstribusi pajak CNI Group juga turut memperkuat pertumbuhan ekonomi daerah dan nasional.
“Sejauh ini, kontribusi pajak CNI Group merupakan yang terbesar di Kolaka. Kami berterima kasih atas kontribusi yang telah diberikan CNI Group selama terdaftar di KPP Kolaka. Tahun ini kami mencapai target penerimaan pajak untuk yang keempat kali dalam 4 tahun beturut-turut,” imbuhnya.
“Selaku perwakilan Ditjen Pajak dan khususnya KPP Kolaka, kami selalu ingin bisa membangun kerjasama yang lebih baik dengan wajib pajak. Apalagi CNI Group saat ini sedang membangun proyek smelter nikel, tentunya patut kami support,” jelasnya.
PSN
Sebagai Proyek Strategis Nasional (PSN), CNI Group memiliki komitmen penuh untuk memberikan kontribusi kepada negara lewat pajak dan sebagai motor penggerak ekonomi nasional khususnya di wilayah Kolaka.
Dengan penyelesaian proyek smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) yang sedang dibangun saat ini, Ceria menjadi simbol perusahaan tambang nikel merah putih yang ikut menyukseskan program hilirisasi nikel yang dicanangkan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
“Kami memandang CNI Group bisa menjadi contoh perusahaan tambang swasta nasional yang pelaporan dan pembayaran pajak sangat baik. Semoga CNI Group bisa menjadi simbol merah putih perusahaan tambang nikel terbesar di tanah air,” tandas Jarod.
Advertisement
Jokowi Tak Takut Digugat Balik soal Stop Ekspor Nikel Mentah
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengaku tidak takut digugat oleh pihak luar negeri terkait pelarangan ekspor bahan mentah minerba, yang kini dilakukan Pemerintah Indonesia.
Menurut Jokowi, jika Indonesia tidak berani untuk menyetop ekspor bahan mentah minerba maka Indonesia akan terus mengalami kerugian.
"Kalau kita teruskan rugi besar kita, meskipun kita digugat, nggak papa. nikel digugat, ini kita umumkan lagi digugat lagi nggak papa, suruh gugati terus," kata Jokowi dalam seminar outlook perekonomian Indonesia 2023 dengan tema resiliensi ekonomi melalui transformasi struktural, di Jakarta, Rabu (21/12/2022).
Menurut Jokowi, tak masalah jika soal gugatan nikel masih berlanjut. Pemerintah Indonesia masih akan memperjuangkan haknya untuk mencari nilai tambah yang sebesar-besarnya untuk penerimaan negara melalui penghentian ekspor bahan mentah minerba.
"Yang digugat belum rampung, kita stop, gugat lagi gak apa-apa. Tigas kita adalah sekali mencari nilai tambah yang sebesar-besarnya. Kembali lagi kemampuan domestik kita harus betul-betul kita garap," ujarnya.
Jokowi menegaskan salah satu yang penting dilakukan untuk menambah penerimaan negara yaitu melalui hilirisasi dengan menghentikan ekspor bahan-bahan minerba.
"Memang kita lakukan drastis stop semuanya, tapi satu persatu harus, nikel sudah rampung. sehingga nilai tambah melompat," ujarnya.
Ekspor Bahan Mentah
Dulu ekspor bahan mentah nikel hanya menghasilkan USD 1,1 miliar. Tahun ini diperkirakan bisa melebihi USD 30 miliar.
"Dari USD 1,1 miliar melompat ke USD 30 miliar, betapa lompatan nilai tambah itu kita yang dirugikan berpuluh-pulih tahun, pajak gak kita dapat kalau kita itu deviden juga gak dapet, royalti juga gak dapet, ekspor ga dapet, pembukan lapangan kerja juga ga dapet, gak dapet apa-apa. inilah yang harus dihentikan," ungkap Jokowi.
Menyusul nikel, Presiden Jokowi mengatakan Pemerintah akan menghentikan ekspor bahan mentah komoditas lainnya. Namun, Jokowi tidak menyebutkan secara rinci komoditasnya.
"Hari ini akan kita tambah lagi, kalau kemarin stop nikel hari ini akan umumkan lagi satu
ada kan kita umumkan lagi satu komoditas yang kita miliki setelah dari sini akan umumkan lagi stop nih. Karena tidak bisa kita biarkan lagi ekspor bahan mentah, tidak," pungkasnya.
Advertisement