Harga Minyak Dunia Melonjak Usai Rusia Bilang Bakal Pangkas Produksi

Dengan kenaikan pada perdagangan Jumat ini, harga minyak dunia menuju penguatan besar dalam dua minggu berturut-turut.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 24 Des 2022, 07:30 WIB
Diterbitkan 24 Des 2022, 07:30 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia naik USD 2 persen per barel pada perdagangan Jumat. Kenaikan harga minyak dunia terjadi setelah Rusia mengatakan akan memangkas produksi minyak mentah sebagai tanggapan atas pembatasan harga oleh Negara G7.

Dengan kenaikan pada perdagangan Jumat ini, harga minyak dunia menuju penguatan besar dalam dua minggu berturut-turut.

Mengutip CNBC, Sabtu (24/12/2022), harga minyak mentah Brent naik USD 2,22, atau 2,7 persen, menjadi USD 83,20 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada di USD 79,43 per barel, naik USD 1,93 atau 2,49 persen.

Kantor berita RIA mengutip Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan pada hari Jumatbahwa Moscow dapat memangkas produksi minyak sebesar 5 persen hingga 7 persen pada awal 2023 sebagai tanggapan terhadap pembatasan harga.

Dalam perhitungan analis dan Reuters, ekspor minyak Baltik Rusia bisa turun 20 persen pada Desember dari bulan sebelumnya setelah Uni Eropa dan negara-negara G7 memberlakukan sanksi dan batasan harga minyak mentah Rusia mulai 5 Desember.

Badai musim dingin yang dahsyat melanda seluruh wilayah Amerika Serikat, memaksa ribuan pembatalan penerbangan, mengacaukan rencana para pelancong selama apa yang diharapkan menjadi musim liburan yang sibuk.

"Harga minyak mentah lebih tinggi karena pedagang energi fokus pada tanggapan Moskow terhadap pembatasan harga minyak Rusia dan bukan ribuan pembatalan penerbangan yang akan mengganggu perjalanan liburan," kata analis OANDA Edward Moya.

Pada hari Kamis, harga patokan minyak dunia turun karena penerbangan dibatalkan. Badai juga dapat mengganggu rencana pengendara untuk melakukan perjalanan selama Natal dan Tahun Baru, tetapi permintaan minyak pemanas dapat meningkat karena cuaca ekstrem.

“Ketika persediaan minyak mentah AS turun dan badai musim dingin melanda AS, suhu dingin diperkirakan akan meluas ke selatan ke Texas, Florida, dan negara bagian Timur. Permintaan minyak pemanas akan melonjak,” kata Leon Li, seorang analis di CMC Markets.

Perdagangan Kemarin

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Harga minyak turun sekitar USD 1 per barel pada perdagangan Kamis (Jumat waktu Jakarta) di tengah perdagangan yang bergejolak sebagai dampak dari pengetatan stok minyak mentah Amerika Serikat (AS).

Hal ini akibat badai musim dingin di Amerika Serikat yang tidak sebanding dengan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga Federal Reserve dan meningkatnya kasus COVID-19 di China akan mengurangi permintaan.

Dikutip dari CNBC, Jumat (23/12/2022), harga minyak mentah berjangka Brent di level USD 80,98 per barel, turun persen USD 1,22 atau 1,5 persen.

Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS menetap di USD 77,49, turun 80 sen atau 1 persen.

Kedua patokan harga minyak dunia ini telah naik USD 1 per barel di awal sesi.

Minyak turun usai mengalami kenaikan harian setelah rilis data ekonomi AS menunjukkan jumlah orang yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran meningkat kurang dari yang diharapkan minggu lalu dan ekonomi pulih lebih cepat dari perkiraan sebelumnya pada kuartal ketiga.

Data yang cerah meningkatkan kekhawatiran bahwa Fed lebih cenderung mengintensifkan kenaikan suku bunga dalam sebuah langkah yang dapat memperlambat ekonomi dan menghambat konsumsi bahan bakar.

“Itu mulai merusak momentum karena kekhawatiran The Fed akan kembali memangkas pasar lagi,” kata Phil Flynn, Seorang Analis di Price Futures Group di Chicago.

 

Penerbangan

Pada saat yang sama, maskapai penerbangan membatalkan hampir 2.000 penerbangan AS yang dijadwalkan pada Kamis dan Jumat, mengganggu ribuan perjalanan liburan dan mengirimkan sinyal bearish untuk permintaan bahan bakar perjalanan.

Faktor lain yang juga membatasi harga minyak yaitu kenaikan kurs dolar AS dan penurunan ekuitas, bersama dengan kekhawatiran permintaan akibat lonjakan COVID-19 China.

China mungkin berjuang untuk mempertahankan jumlah infeksi COVID-19 yang akurat karena mengalami lonjakan besar dalam kasus di tengah kekhawatiran tentang kurangnya data dari negara tersebut.

Sebuah rumah sakit Shanghai mengatakan kepada stafnya untuk bersiap menghadapi “pertempuran tragis” dengan COVID-19 karena diperkirakan setengah dari 25 juta orang kota itu akan terinfeksi pada akhir minggu depan, karena virus menyebar ke seluruh China sebagian besar tidak terkendali.

Infografis Prediksi Perekonomian 60 Negara Bakal Ambruk. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Prediksi Perekonomian 60 Negara Bakal Ambruk. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya