Harga Minyak Dunia Turun 2 Persen Terbebani Kenaikan Suku Bunga dan Ekspor Rusia

Harga minyak dunia berada di bawah tekanan karena adanya indikasi pasokan Rusia yang kuat meskipun ada larangan Uni Eropa dan pembatasan harga G7 diberlakukan atas invasi ke Ukraina.

oleh Tira Santia diperbarui 31 Jan 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 31 Jan 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak dunia turun 2 persen pada perdagangan Senin. Penurunan harga minyak hari ini terbebani oleh kenaikan suku bunga bank sentral utama. Kenaikan suku bunga ini akan memperlambat ekonomi sehingga menahan permintaan akan minyak mentah dunia.

Selain itu, penurunan harga minyak dunia ini juga terjadi karena ekspor minyak mentah Rusia yang masih tetap kuat sehingga pasokannya membanjiri dunia.

Investor mengharapkan Federal Reserve AS atau the DFed akan menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu, diikuti oleh kenaikan setengah poin oleh Bank Inggris dan Bank Sentral Eropa.

Penyimpangan apa pun dari prediksi ini akan sangat berdampak kepada harga minyak dunia.

"Kami melihat sentimen risk back off dari reli dua minggu terakhir di tengah gagasan bahwa suku bunga yang lebih tinggi dapat memperlambat permintaan lebih cepat," kata Dennis Kissler, wakil presiden senior perdagangan di BOK Financial.

Mengutip CNBC, Selasa (31/1/2023), harga minyak Brent berjangka untuk pengiriman Maret turun USD 1,76 atau 2,03 persen, menjadi USD 84,90 per barel. Sedangkan harga Minyak mentah AS turun USD 1,78 atau 2,23 persen menjadi USD 77,90 per barel, penurunan tertajam dalam hampir empat minggu.

Pasar minyak dunia juga berada di bawah tekanan dari indikasi pasokan Rusia yang kuat meskipun larangan Uni Eropa dan pembatasan harga G7 diberlakukan atas invasi negara tersebut ke Ukraina.

Kedua tolok ukur minyak minggu lalu mencatat kerugian mingguan pertama mereka dalam tiga pekan.

Selain pertemuan bank sentral yang sangat ditunggu-tunggu investor, pada hari Rabu nanti ada juga pertemuan para menteri utama dari kelompok OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia.

Tiga delegasi OPEC+ mengatakan kepada Reuters pada hari Senin bahwa pertemuan panel OPEC+ tidak mungkin mengubah kebijakan produksi.

“Perahu itu tidak benar-benar berada di lautan badai sekarang. Jadi mengapa mengguncang sesuatu yang tidak bergerak sebagaimana adanya, ”kata Ole Hansen, kepala strategi komoditas di Saxo Bank.

Pialang minyak PVM mengatakan bahwa OPEC+ dapat mengejutkan pasar dengan pemotongan kecil. Namun sampai saat ini sepertinya tidak mungkin mengubah kebijakan yang telah dijalankan selama ini.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ketegangan Timur Tengah

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Sebelumnya pada hari Senin, harga minyak naik karena ketegangan di Timur Tengah setelah serangan pesawat tak berawak di Iran dan harapan akan permintaan China yang lebih tinggi.

Stefano Grasso, manajer portofolio senior di 8VantEdge di Singapura menjelaskan, meskipun belum jelas apa yang terjadi di Iran, setiap eskalasi di sana berpotensi mengganggu aliran minyak mentah.

Harapan untuk kenaikan permintaan China telah mendorong minyak pada tahun 2023. Importir minyak mentah terbesar dunia berjanji selama akhir pekan untuk mempromosikan pemulihan konsumsi yang akan mendukung permintaan.

"Pasar telah menghargai permintaan yang meningkat sebagian besar dari China sehingga para pedagang menunggu dan melihat sikap untuk tanda-tanda yang jelas dari tarikan permintaan," tambah Kissler.

 


Produksi Minyak

Pedagang juga tetap berhati-hati terhadap produksi minyak dan transportasi di Texas setelah regulator minyak negara menyarankan operator pipa untuk mengamankan peralatan dan fasilitas setelah perkiraan cuaca buruk selama beberapa hari ke depan.

Persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 1 juta barel dalam sepekan hingga 27 Januari, jajak pendapat pendahuluan Reuters menunjukkan, sementara persediaan bensin diperkirakan naik.

Infografis Ladang Gas
10 Ladang Gas Terbesar Indonesia (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya