Telan Anggaran Rp 1,3 Triliun, PSN Jaringan Irigasi Baliase di Sulsel Lanjut Lagi

Kementerian PUPR memperluas cakupan jaringan irigasi induk yang bersumber dari Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 10 Mei 2023, 12:50 WIB
Diterbitkan 10 Mei 2023, 12:50 WIB
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperluas cakupan jaringan irigasi induk yang bersumber dari Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperluas cakupan jaringan irigasi induk yang bersumber dari Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Peningkatan kapasitas saluran irigasi Bendung Baliase bagian dari upaya meningkatkan produktivitas pertanian Sulsel yang merupakan salah satu lumbung pangan nasional. (Dok. Kementerian PUPR)

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperluas cakupan jaringan irigasi induk yang bersumber dari Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Peningkatan kapasitas saluran irigasi Bendung Baliase bagian dari upaya meningkatkan produktivitas pertanian Sulsel yang merupakan salah satu lumbung pangan nasional.

Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan, program pembangunan dan rehabilitasi jaringan irigasi merupakan salah satu program prioritas Kementerian PUPR dalam rangka mendukung produksi pertanian yang berkelanjutan. Bendung dan Jaringan Irigasi Baliase merupakan salah satu Proyek Strategis Nasional (PSN) yang tercantum pada Peraturan Presiden Nomor 56 Tahun 2018.

"Pembangunan bendung diikuti oleh pembangunan jaringan irigasinya. Dengan demikian bendung yang dibangun dengan biaya besar dapat memberikan manfaat yang nyata di mana air akan mengalir sampai ke sawah-sawah milik petani," kata Menteri Basuki dalam keterangan tertulis, Rabu (10/5/2023).

Pembangunan Jaringan Irigasi Baliase merupakan proyek lanjutan Bendung Baliase yang telah selesai dibangun pada 2018. Pada tahun anggaran 2023, Kementerian PUPR melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang (BBWSPJ), Ditjen Sumber Daya Air (SDA) melanjutkan pembangunan Jaringan Irigasi Baliase.

Itu dilakukan dengan membangun 3 saluran irigasi yakni Jaringan Irigasi DI Baliase kiri sepanjang 34,60 km, Jaringan Irigasi DI Baliase kanan 1 sepanjang 19,24 km, Jaringan Irigasi DI Baliase kanan 2 sepanjang 23 km.

Tercatat hingga 8 Mei 2023, progres fisik Jaringan Irigasi Baliase kiri sebesar 22,17 persen dengan progres keuangan 15,20 persen dari anggaran Rp 126,6 miliar. DI Baliase kiri ditargetkan selesai Desember 2023 untuk memberi manfaat irigasi seluas 3.421,28 hektar.

 

Jaringan Irigasi

Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperluas cakupan jaringan irigasi induk yang bersumber dari Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperluas cakupan jaringan irigasi induk yang bersumber dari Bendung Baliase di Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. Peningkatan kapasitas saluran irigasi Bendung Baliase bagian dari upaya meningkatkan produktivitas pertanian Sulsel yang merupakan salah satu lumbung pangan nasional. (Dok. Kementerian PUPR)

Selanjutnya, Jaringan Irigasi DI Baliase kanan 1 mencapai 12,21 persen dengan progres keuangan 10,44 persen. Pekerjaan DI Baliase kanan 1 dibangun oleh kontraktor Abipraya-Langgeng-Marinda (KSO) senilai Rp 68,3 miliar untuk memberi manfaat irigasi seluas 2.968,56 hektar.

Kemudian, Jaringan irigasi Baliase bagian kanan 2 dengan anggaran Rp 87,4 miliar untuk memberi manfaat irigasi seluas 1.716,87 hektar. Progres fisik pekerjaan DI Baliase kanan 2 mencapai 17,77 persen dengan penyerapan keuangan 13,92 persen.

Secara keseluruhan, kebutuhan anggaran pembangunan Bendung dan Jaringan Irigasi DI Baliase sebesar Rp 1,3 triliun dengan progres konstruksi yang mencakup PSN sebesar 82,74 persen.

Daerah Irigasi Baliase sendiri memiliki luas 21.928 hektar yang terletak di 5 kecamatan, yakni Kecamatan Masamba, Mappadeceng, Sukamaju, Baebunta, dan Malangke yang merupakan daerah potensial bagi sumber daya lahan pertanian dan air irigasi.

Benahi Kebocoran, Kementan Lakukan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier di Blitar

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier di Blitar.
Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier di Blitar, Jawa Timur. (Foto: Istimewa)

Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) terus digalakkan oleh Kementerian pertanian. Kali ini, Kelompok Tani Rukun Santoso yang berlokasi di Desa Bendosewu, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, Jawa Timur mendapatkan bantuan tersebut. Pembenahan RJIT di sana untuk mengatasi banyak kebocoran pada saluran tersier yang mengakibatkan air tidak bisa mengalir sampai hilir.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mengatakan bahwa perbaikan jaringan irigasi ini diharapkan dapat meningkatkan Indeks Pertanaman (IP) dengan rata-rata produksi 5 ton/ha.

"Kebutuhan air dalam usaha tani sangatlah penting, aliran-aliran air dari sumber air yang tidak bisa sampai ke lahan sawah dan tidak dapat dimanfaatkan oleh petani dapat dibantu alirannya melalui jaringan irigasi tersier. Oleh karena itu, jaringan irigasi tersier adalah komponen mutlak dalam sistem irigasi," jelasnya.

Mentan SYL mengungkapkan bahwa jaringan irigasi tersier ini yang masuk ke wilayah persawahan dan langsung berhubungan dengan para petani.

“Dengan adanya program rehabilitasi jaringan irigasi, maka ada peningkatan pada indeks tanam petani, yang sebelumnya hanya sekali setahun menjadi dua kali,” ungkapnya.

Berasal dari Swakelola Petani

Hadapi Perubahan Iklim, Kementan Bedakan Penanganan Daerah Beririgasi dan Tidak
Ilustrasi lahan pertanian. (Dok. Kementan)

Pada kesempatan yang lain, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Ali Jamil mengatakan bahwa RJIT sesuai dengan kebutuhan petani. Untuk itu, sebagian besar dananya disalurkan melalui sistem swakelola petani.

"Dengan swakelola oleh petani, jaringan irigasi tersier yang direhabilitasi umumnya akan lebih bagus dan petani merasa lebih memiliki. Kita membangun secara bertahap berdasarkan kebutuhan masyarakat petani," ujarnya.

Selain itu, Ali Jamil mengatakan bahwa selama ini Ditjen PSP sudah melakukan monitoring optimalisasi pemanfaatan jaringan irigasi tersier. Ia juga mengungkapkan bahwa pihaknya akan mendata atau melakukan pemetaan jaringan irigasi yang sudah direhabilitasi dan yang belum direhabilitasi.

Ali Jamil memaparkan bahwa rumus program RJIT adalah kondisi jaringan tersier yang rusak, kondisi saluran primer dan sekunder bagus untuk irigasi teknis. Tak hanya itu, terdapat sumber air untuk irigasi desa dan di sekitarnya ada sawah yang diairi serta ada petaninya.

"Bagi masyarakat petani yang membutuhkan bantuan RJIT bisa mengajukan ke Dinas Pertanian kabupaten atau kota masing-masing. Nanti dinas bisa meneruskannya ke Ditjen PSP untuk ditindaklanjuti," paparnya.

Ali Jamil menegaskan bahwa dengan dengan diserahkannya RJIT kepada kelompok tani, maka pembangunan jaringan irigasinya akan dilakukan secara gotong royong atau swakelola.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya