Indonesia Butuh Investasi hampir Rp 6.000 Triliun untuk Topang Ekonomi

Secara komposisi kebutuhan paling besar berasal dari sektor swasta yakni sebesar Rp 4.858 triliun-Rp 4.949 triliun atau 82-84 persen dari keseluruhan kebutuhan investasi.

oleh Arthur Gideon diperbarui 06 Jul 2023, 10:46 WIB
Diterbitkan 06 Jul 2023, 10:46 WIB
Data Pertumbuhan Ekonomi G20 per Kuartal III 2022
Suasana gedung pencakar langit di Jakarta. Realisasi investasi sepanjang 2022 tercatat telah mencapai Rp1.207,2 triliun. Realisasi itu naik 34 persen secara tahunan (yoy) sekaligus mencetak rekor tertinggi. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Indonesia membutuhkan investasi kurang hampir Rp 6.000 triliun pada periode 2020 hingga 2024. Investasi tersebut dibutuhkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi sesuai dengan target pemerintah.  

"Investasi ini menjadi kunci untuk pertumbuhan dan pemulihan ekonomi Indonesia, kami sampaikan bahwa kebutuhan investasi 2020-2024 ini sebesar antara Rp 5.800 triliun-Rp 5.900 triliun," kata Deputi Bidang Kerja Sama Penanaman Modal BKPM Riyatno dikutip dari Antara, Kamis (6/7/2023).

Dari total jumlah tersebut, secara komposisi kebutuhan paling besar berasal dari sektor swasta yakni sebesar Rp 4.858 triliun-Rp 4.949 triliun atau 82-84 persen dari keseluruhan kebutuhan investasi.

Sedangkan nilai investasi yang dibutuhkan dari Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berada pada kisaran Rp 503triliun-Rp 577 triliun atau 8,5-9,7 persen, kemudian dari sektor pemerintah senilai Rp 439 triliun-Rp 497 triliun atau sebesar 7,5-8,4 persen.

"Jadi kami di bidang investasi ini, tugasnya adalah menarik investasi baik dari dalam maupun dari luar, karena sekali lagi kebutuhan investasi ini lebih banyak dari sektor swasta," ujar Riyatno.

Sebelumnya, realisasi investasi sepanjang tahun 2022 tercatat telah mencapai Rp1.207,2 triliun. Realisasi itu naik 34 persen secara tahunan (yoy) sekaligus mencetak rekor tertinggi.

Riyatno menambahkan, mengacu pada peta jalan (road map) hilirisasi hingga tahun 2040, ada 8 sektor prioritas kebutuhan investasi untuk hilirisasi yang mencakup sektor mineral dan batubara dengan nilai USD 431,8 miliar, sektor minyak dan gas bumi sebesar USD 68,1 miliar, serta sektor perkebunan, kelautan, perikanan, dan kehutanan yang membutuhkan USD 45,4 miliar.

Terdapat beberapa tantangan yang harus dihadapi Indonesia untuk memenuhi kebutuhan investasi tersebut. Tantangan itu mulai dari tensi geopolitik, perubahan ikllim, hingga digitalisasi yang semakin cepat berkembang.

"Hal ini menjadi penting untuk dibahas karena meskipun Indonesia telah memasuki fase pasca pandemi, potensi resiko dan tantangan ekonomi kedepan akan semakin berat. Mulai dari tensi geopolitik, perubahan iklim, hingga digitalisasi terus mengancam ekonomi Indonesia. Dengan potensi risiko serta tantangan ekonomi yang saat ini sedang dihadapi, kami di Pemerintahan menilai bahwa investasi menjadi kunci dari pertumbuhan dan pemulihan ekonomi," pungkasnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Presiden Jokowi Ajak Investor Australia Investasi di Sektor Hilirisasi Industri hingga Kesehatan

Presiden Jokowi bertemu Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese di Admiralty House, Sydney, Selasa (4/7/2023).
Presiden Jokowi bertemu Perdana Menteri (PM) Australia, Anthony Albanese di Admiralty House, Sydney, Selasa (4/7/2023). PM Australia mengajak Jokowi berkeliling di halaman belakang Admiralty House. (Setpres)

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak investor Australia investasi untuk menanamkan modal di sejumlah sektor prioritas Indonesia yakni sektor prioritas Indonesia termasuk bidang usaha hilirisasi industri hingga pendidikan, dan kesehatan.

Presiden Jokowi menuturkan, Indonesia memiliki potensi tinggi sebagai tujuan investasi dengan kekayaan sumber daya alam, bonus demografi, pasar yang besar, stabilitas ekonomi dan politik yang terjaga, demikian dikutip dari Antara, Selasa (4/7/2023).

Sektor prioritas itu yakni dalam bidang hilirisasi industri. Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia dan Australia memiliki potensi besar untuk berintegrasi dalam mengembangkan industri baterai mobil listrik.

"Indonesia sudah targetkan untuk mulai produksi baterai EV tahun depan, serta produksi satu juta mobil listrik dan 3,2 juta motor listrik pada 2035,” ujar Jokowi dikutip dari Antara.

Presiden Jokowi mengatakan, Indonesia memiliki potensi luar biasa dalam sektor energi hijau. Indonesia memiliki potensi besar sebanyak 434 gigawatt dalam bidang energi baru terbarukan dari angin, air, panas bumi, biofuel dan surya.

“(Saat ini) tengah dibangun 30 ribu hektar green industria park,” ujar dia.

 


Bangun IKN

Presiden Jokowi dan PM Australia Anthony Albanese
Presiden Jokowi dan PM Australia Anthony Albanese(Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden)

Presiden Jokowi menuturkan, saat ini pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dengan konsep kota pintar berbasis hutan dan alam mulai dilakukan. Jokowi menilai, peluang investasi pada beberapa sektor di IKN terbuka lebar bagi investor.

“Nilai investasinya capai 25 miliar dolar AS yang sangat terbuka, baik di sektor pendidikan, kesehatan, energi dan lainnya,” kata dia.

Sementara itu, di sektor pendidikan dan kesehatan, Presiden Jokowi meyakini potensi investasi bagi investor juga sangat tinggi.

“Jumlah penerimaan mahasiswa, meningkat sekitar 20 persen setiap tahunnya. Hampir dua juta orang Indonesia, masih pergi berobat di luar negeri. Sebuah peluang besar bagi investasi di bidang ini,” ujar Jokowi.

Infografis Peringkat Investasi Indonesia
Peringkat Investasi Indonesia Naik (Liputan6.com/Triyas)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya