Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) angkat bicara soal proses divestasi saham PT Vale Indonesia Tbk ke MIND ID yang mundur dari target. Menurut rencana awal, proses akuisisi ini dijadwalkan terlaksana pada Juli 2023 lalu.
Jokowi mengkonfirmasi soal adanya kemunduran tersebut. Pasalnya, ia ingin semua pihak yang terlibat saling diuntungkan.
Baca Juga
Â
Advertisement
"Mundur dikit. (Kendalanya?) Engga ada, tapi masih dalam proses pembicaraan terus, biar enggak keliru. Semua harus merasa diuntungkan. Semua harus merasa diajak," ujar Jokowi seusai meresmikan Indonesia Arena di Kompleks GBK, Jakarta, Senin (7/8/2023).
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengabarkan, PT Vale Indonesia Tbk sudah sepakat menyerahkan divestasi saham 14 persen ke BUMN Holding Industri Pertambangan, MIND ID.
Arifin mengatakan, divestasi saham Vale ke MIND ID sudah memasuki tahap akhir. Tinggal proses konsolidasi keuangan secara business to business (B2B). Baru kemudian memutuskan soal kesepakatan operasional, yang dijajaki untuk bisa beralih ke MIND ID.
Namun, pelepasan 14 persen saham ini tidak serta merta murni berasal dari Vale Canada Limited, yang menguasai 43,79 persen saham Vale Indonesia. Turut serta di dalamnya saham milik Sumitomo Metal Mining Co Ltd yang total berjumlah 15,03 persen.
"Jadi sekarang tinggal B2B aja mengenai divestasi, kemudian operasional. (Divestasi 14 persen saham Vale Indonesia) gabungan dua, dari Sumitomo dan Valw Kanada," jelas Arifin beberapa waktu lalu.
Porsi Pemilikan Saham Vale Indonesia
Adapun porsi pemilikan saham Vale Indonesia sebelum proses divestasi ini mayoritas dipegang Vale Canada Limited sebesar 43,79 persen. Diikuti masyarakat/publik sebesar 21,18 persen, MIND ID 20 persen, dan Sumitomo 15,03 persen.
Menurut perhitungan Arifin, Vale Canada sudah melepas lebih dari 50 persen porsi sahamnya di Vale Indonesia. Namun, ia belum merinci bagaimana komposisi pemegang saham Vale Indonesia pasca divestasi.
"Sehingga total share yang sudah dilepas kalau sudah jadi (divestasi saham 14 persen) itu 54 persen. Dulu kan sudah di-divest 40 persen, sekarang 14 persen lagi, jadi udah 54 persen," terang dia.
Terkait langkah lanjutan usai akuisisi, Arifin meminta publik bersabar menunggu. "Kemudian juga mengenai joint management study-nya, yang tadi dibilang, itu tunggu saja. Ini ya harus mempertimbangkan mengenai kepentingan ke depan, kemudian kompetensi," tuturnya.
Akhirnya, Vale Sepakat Divestasi Saham 14% ke MIND ID dan Termasuk Milik Sumitomo
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengabarkan, PT Vale Indonesia Tbk sudah sepakat menyerahkan divestasi saham 14 persen ke BUMN Holding Industri Pertambangan, MIND ID.
Arifin mengatakan, divestasi saham Vale ke MIND ID sudah memasuki tahap akhir. Tinggal proses konsolidasi keuangan secara business to business (B2B). Baru kemudian memutuskan soal kesepakatan operasional, yang dijajaki untuk bisa beralih ke MIND ID.
Namun, pelepasan 14 persen saham ini tidak serta merta murni berasal dari Vale Canada Limited, yang menguasai 43,79 persen saham Vale Indonesia. Turut serta di dalamnya saham milik Sumitomo Metal Mining Co Ltd yang total berjumlah 15,03 persen.
"Jadi sekarang tinggal B2B aja mengenai divestasi, kemudian operasional. (Divestasi 14 persen saham Vale Indonesia) gabungan dua, dari Sumitomo dan Vale Kanada," jelas Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (4/8/2023).
Adapun porsi pemilikan saham Vale Indonesia sebelum proses divestasi ini mayoritas dipegang Vale Canada Limited sebesar 43,79 persen. Diikuti masyarakat/publik sebesar 21,18 persen, MIND ID 20 persen, dan Sumitomo 15,03 persen.
Menurut perhitungan Arifin, Vale Canada sudah melepas lebih dari 50 persen porsi sahamnya di Vale Indonesia. Namun, ia belum merinci bagaimana komposisi pemegang saham Vale Indonesia pasca divestasi.
"Sehingga total share yang sudah dilepas kalau sudah jadi (divestasi saham 14 persen) itu 54 persen. Dulu kan sudah di-divest 40 persen, sekarang 14 persen lagi, jadi udah 54 persen," terang dia.
Terkait langkah lanjutan usai akuisisi, Arifin Tasrif meminta publik bersabar menunggu. "Kemudian juga mengenai joint management study-nya, yang tadi dibilang, itu tunggu saja. Ini ya harus mempertimbangkan mengenai kepentingan ke depan, kemudian kompetensi," tuturnya.
Â
Advertisement
Erick Thohir Soal Divestasi Saham Vale: Tidak Langsung 50%
Menteri BUMN Erick Thohir angkat bicara soal proses divestasi saham Vale Indonesia oleh Holding BUMN Industri Pertambangan Mind ID. Rupanya, hingga saat ini divestasi saham tersebut masih belum rampung.
"Posisi saya jelas bahwa Vale kita ingin terbuka untuk tadi kepemilikan. Saya tidak mendorong langsung 50, mungkin 30 berapa persen. Tetapi yang saya ingin dorong pertanggungjawaban relinquish (melepas porsi saham)," kata Erick saat ditemui di Kantor Kementerian BUMN, Selasa (1/8/2023).
Dengan demikian, Vale Indonesia tetap harus melepas saham kepemilikannya kepada MIND ID. Sebab, Freeport maupun pengusaha lainnya pun melakukan hal serupa.
"Bahwa pertanggungjawaban dengan Vale tentu punya bagian dari artinya wilayah yang memang selama ini sudah menjadi haknya, tapi hak negara Indonesia ketika kontraknya habis, sebagian dikembalikan kepada negara. Freeport melakukan, pengusaha nasional melakukan, kenapa Vale tidak? Tidak boleh ada eksklusivitas. Jadi saya bertahan di situ," kata dia.
Erick mencermati Vale Indonesia baru terjun ke hilirisasi dalam beberapa waktu belakangan ini. Itu pun baru dilakukan saat nikel memiliki prospek yang positif.
"Proses relinquish Vale harus terjadi. Kenapa? Freeport melakukan, pengusaha nasional melakukan. Jangan juga ketika memberikan investor, aset ini didiamkan saja sampai puluhan tahun. Ketika nikel bagus, berbondong bondong diinvestasi, diproses. Investasi baru kita kasih, 3-4 tahun, bener enggak di-invest? Kalau cuma didudukin ya buat apa apa? Baru sekarang ketika nikel bagus, berbondong-bondong investasi? Sabar, selama puluhan tahun ke mana? Saya jadi ambil posisi relinquish," ujar dia.
Di sisi lain ia menyebut, kepercayaan investasi asing dinilai memang penting. Akan tetapi, kembali lagi harus kepada investor asing yang bertanggung jawab, mau berkontribusi untuk masyarakat Indonesia dan bukan hanya ambil license-license yang tidak dibangun.
"Ketika ada negosiasi, relinquish dulu baru kita negosiasi. Berapa persen diproses harus diambil," ujar Erick Thohir.