Jadi Miliarder Paling Tajir di Indonesia, Kekayaan Prajogo Pangestu Tembus Rp 619,8 Triliun

Kekayaan bersih miliarder Pajogo Pangestu kini mencapai lebih dari USD 40 miliar atau setara Rp. 619,8 triliun. Kekayaan ini dari kepemilikan sejumlah perusahaan yang melantai di bursa saham.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 17 Nov 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 17 Nov 2023, 18:00 WIB
banner infografis
Kekayaan Prajogo Pangestu kini melampaui miliarder batubara Low Tuck Kwong yang sebelumnya menduduki posisi teratas orang terkaya di Indonesia. Ilustrasi Miliarder (Liputan6.com/Deisy)

Liputan6.com, Jakarta - Miliarder petrokimia dan energi, Prajogo Pangestu (79) berhasil menduduki puncak daftar orang terkaya di Indonesia.

Mengutip laman Forbes, Jumat (17/11/2023) daftar Real-Time Billionaire menunjukkan bahwa kekayaan bersih Prajogo Pangestu kini mencapai lebih dari USD 40 miliar atau setara Rp 619,8 triliun.

Jumlah tersebut meningkat lebih dari tujuh kali lipat dari Daftar Miliarder Dunia Forbes yang diterbitkan awal tahun ini, di mana Prajogo Pangestu muncul dengan kekayaan sebesar USD 5,3 miliar.

Kekayaan Prajogo Pangestu kini melampaui miliarder batubara Low Tuck Kwong yang sebelumnya menduduki posisi teratas dengan kekayaan bersih USD 26,5 miliar atau Rp. 410,6 triliun.

Adapun miliarder kakak beradik Budi dan Michael Hartono yang juga turun satu peringkat ke urutan ketiga dan keempat daftar orang terkaya di Indonesia, dengan kekayaan bersih masing-masing sebesar USD 24,8 miliar dan USD 23,7 miliar.

Sebagian besar keuntungan yang diraih Prajogo Pangestu adalah berkat meroketnya nilai saham Barito Renewables Energy, yang tercatat di Bursa Efek Indonesia bulan lalu.

Saham perusahaan telah meningkat lima kali lipat sejak itu, dengan lonjakan 25 persen tercatat dalam satu hari pekan lalu.

Hal ini memicu pemutusan arus dan menyebabkan bursa saham menghentikan sementara perdagangan saham perusahaan pada Jumat lalu untuk mengendalikan volatilitas harga.

Perdagangan dilanjutkan pada hari Senin tetapi kapitalisasi pasarnya masih sekitar USD 45 miliar, naik dari USD 8,3 miliar saat tercatat di bursa.


Bisnis Barito Renewables Energy

Pencatatan saham perdana PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Pulau Subur Tbk (PTPS), Senin (9/10/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)
Pencatatan saham perdana PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dan PT Pulau Subur Tbk (PTPS), Senin (9/10/2023). (Foto: Liputan6.com/Elga N)

Sebagai informasi, Barito Renewables Energy merupakan induk perusahaan Star Energy Geothermal Group, produsen panas bumi terbesar di Indonesia dengan kapasitas 886 megawatt.

Star Energy mengoperasikan tiga proyek pembangkit listrik tenaga panas bumi di provinsi Jawa Barat, dan memiliki izin untuk melakukan eksplorasi di beberapa bagian provinsi Maluku Utara dan Lampung.

Menurut firma riset ThinkGeoEnergy, Indonesia merupakan produsen energi panas bumi terbesar kedua di dunia, setelah AS, dengan kapasitas terpasang pembangkit listrik panas bumi sebesar 2.356 megawatt pada akhir tahun lalu.

Tahun lalu, Green Era, sebuah kendaraan tujuan khusus dari kantor keluarga Prajogo Pangestu yang berbasis di Singapura, mengambil alih Star Energy, dengan mengakuisisi sepertiga saham BCPG Thailand senilai USD 440 juta.

Sisa sahamnya sudah dipegang oleh Barito Pacific, perusahaan induk yang terdaftar di mana Prajogo Pangestu memiliki saham mayoritas.


Keuntungan dari Bisnis Emas Hitam

Ilustrasi Emas
Ilustrasi Emas (unsplash/Jingming Pan)

Tak hanya sektor energi, Prajogo Pangestu juga baru-baru ini mendapatkan keuntungan dari investasinya pada emas hitam alias baru bara.

Saham perusahaan pertambangan batubaranya, Petrindo Jaya Kreasi, melonjak 30 kali lipat sejak IPO pada Maret 2023.

Seminggu setelah debutnya, bursa memperingatkan adanya aktivitas tidak biasa dalam perdagangan sahamnya.

Pekan lalu, perdagangan saham perusahaan ini pun sempat terhenti setelah sahamnya menguat 15 persen, dipicu kabar perusahaan tersebut mengakuisisi 34 persen saham kontraktor batu bara Petrosea.

Baru-baru ini, pihaknya juga mengakuisisi 100 persen Multi Tambangjaya Utama, tambang batu bara dari Indika Energy.

Saham telah kembali diperdagangkan.


Profil Prajogo Pangestu

(Foto: Liputan6.com/Achmad Dwi)
Prajogo Pangestu

Prajogo Pangestu memulai usaha penjualan kayu pada akhir tahun 1970an.

Ia mencatatkan perusahaannya, Barito Pacific Timber, pada tahun 1993 dan mengubah namanya menjadi Barito Pacific setelah melakukan diversifikasi ke lini bisnis lain.

Pada tahun 2007, Pangestu mengakuisisi 70 persen saham perusahaan petrokimia Chandra Asri dan empat tahun kemudian menyelesaikan merger dengan Tri Polyta Indonesia untuk menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.

Kemudian pada tahun 2021, Thaioil mengakuisisi 15 persen saham Chandra Asri.

Prajogo sendiri sudah mempersiapkan generasi penerus untuk menggantikannya.

Putra sulungnya, Agus Salim, kini menjabat sebagai presiden direktur Barito Pacific.

Adapun putrinya, yakni Nancy Pangestu Tabardel, mengelola kantor keluarga serta Green Era, di luar Singapura.

Putra bungsu Pangestu, Baritono, menjabat sebagai wakil presiden direktur komersial Chandra Asri.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya