Liputan6.com, Jakarta Pemimpin de facto Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC+), yakni Arab Saudi memutuskan untuk memperpanjang pemangkasan minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari hingga kuartal pertama 2024, dan anggota lainnya mengumumkan pengurangan lebih lanjut.
Langkah-langkah kebijakan itu diputuskan dalam pertemuan virtual yang tertunda karena ketidaksepakatan internal mengenai tingkat penentuan kuota dari anggota terbesar kelompok OPEC di Afrika Barat, Nigeria dan Angola.
Baca Juga
Hal tersebut menunda perundingan OPEC yang semula dijadwalkan akan diadakan secara langsung di Wina pada akhir pekan tanggal 25-26 November.
Advertisement
Melansir CNBC, Jumat (1/11/2023) aliansi OPEC+ telah menerapkan pengurangan produksi minyak sebanyak 2 juta barel per hari hingga akhir tahun 2024, dengan beberapa anggota secara sukarela memutuskan penurunan produksi sebanyak 1,66 juta barel per hari pada periode yang sama.
Meskipun OPEC+ belum secara formal mendukung pengurangan produksi, para pelaku pasar mengikuti kemungkinan pemangkasan sukarela lebih lanjut yang diumumkan oleh para peserta utama koalisi.
Namun, media pemerintah Arab Saudi telah mengumumkan bahwa Riyadh akan memperpanjang pengurangan produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari, yang telah dilakukan sejak Juli, hingga akhir kuartal pertama tahun 2024.
Senada, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak juga mengungkapkan bahwa Moskow akan menerapkan pengurangan pasokan sebesar 300.000 barel minyak mentah per hari dan 200.000 barel per hari produk minyak bumi pada periode yang sama, menurut terjemahan dari sebuah pernyataan di platfoem Telegram.
Adapun Kuwait yang juga dikabarkan akan memberlakukan pengurangan produksi minyak hinuak 135.000 barel per hari pada kuartal pertama 2024, sementara Kementerian Energi negara anggota OPEC Aljazair mengatakan akan memangkas lagi 51.000 barel per hari.
Kemudian ada pemangkasan produksi minyak dari Oman sebesar 42.000 barel per hari pada periode yang sama.
Harga Minyak Dunia Turun Dipicu Skeptisisme Pemotongan Produksi OPEC+
Harga minyak mentah AS turun menghapus kenaikan sebelumnya, karena para pedagang semakin yakin bahwa OPEC+, sebuah kelompok yang terdiri dari OPEC ditambah sekutu produsen minyaknya, tidak akan memenuhi pengurangan produksi yang dijanjikan.
Melansir CNBC, Jumat (1/12/2023), harga emas WTI untuk kontrak bulan Januari turun USD 1,20, atau 1,54%, menjadi USD 76,66 per barel. Sedangkan harga minyak Brent untuk kontrak bulan Januari kehilangan 14 sen, atau 0,17%, diperdagangkan ke level USD 82,96 per barel.
 OPEC+ merilis pernyataan pada hari Kamis yang tidak secara resmi mendukung pengurangan produksi. Namun masing-masing negara mengumumkan pengurangan sukarela sebesar 2,2 juta barel per hari untuk kuartal pertama tahun 2024. Dengan Arab Saudi, sebagai negara utama dan anggota terbesar, yang memimpin langkah tersebut.
"Riyadh setuju untuk memperpanjang pengurangan produksi sukarela sebesar satu juta barel per hari," kata seorang sumber di Kementerian Energi kepada Saudi Press Agency.
Irak memangkas produksi sebesar 223.000 barel per hari, Uni Emirat Arab 163.000 barel per hari, Kuwait 135.000 barel per hari, Kazakhstan 82.000 barel per hari, Aljazair 51.000 barel per hari, dan Oman 42.000 barel per hari.
Rusia juga memperdalam pengurangan pasokan sukarela menjadi 500.000 barel per hari hingga akhir kuartal pertama. Ini dikatakan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak.
Para pedagang khawatir bahwa pemotongan tersebut bersifat sukarela dan tidak wajib, sehingga menimbulkan pertanyaan apakah OPEC+ benar-benar dapat menindaklanjuti dan membatasi produksi, menurut Phil Flynn, seorang analis di Price Futures Group.
"Alih-alih memiliki jawaban yang jelas terhadap apa yang akan terjadi, kita hanya punya janji – janji tersebut membuat orang gelisah," kata Flynn.
Â
Â
Advertisement
kehilangan pangsa pasar
Kilduff mengatakan OPEC+ semakin tertekan oleh rekor produksi dari negara-negara termasuk AS dan kehilangan pangsa pasar di Asia, di mana pertumbuhan permintaan mengalami kesulitan akibat hambatan ekonomi di Tiongkok.
"Mereka menghadapi masalah besar,"Â kata Kilduff tentang OPEC+ dan Arab Saudi pada khususnya.
"Mereka sedang sibuk dan bagi saya ini tidak akan menjadi strategi kemenangan bagi mereka,"Â katanya mengenai pengurangan produksi.