Wamen BUMN Ungkap Tantangan Indonesia Jalankan Transisi Menuju Energi Baru Terbarukan

Pemerintah terus mendorong transisi energi. Namun memang, untuk mewujudkannya tidak mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan transisi energi ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 22 Des 2023, 12:00 WIB
Diterbitkan 22 Des 2023, 12:00 WIB
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoadmodjo dalam Seminar Nasional Outlook Perekomonian Indonesia, di Jakarta pada Jumat (22/12/2023). (Tasha/Liputan6.com)
Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoadmodjo dalam Seminar Nasional Outlook Perekomonian Indonesia, di Jakarta pada Jumat (22/12/2023). (Tasha/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo membeberkan tiga sektor yang memiliki peran penting dalam transisi energi. Ketiga sektor tersebut adalah kelistrikan, transportasi dan kehutanan.

Pria yang akrab dipanggil Tiko ini menjelaskan pemerintah terus mendorong transisi energi. Namun memang, untuk mewujudkannya tidak mudah. Ada banyak tantangan yang harus dihadapi dalam mewujudkan transisi energi ini. 

Oleh karena itu, pemerintah mengupayakan berbagai cara agar tantangan itu bisa terselesaikan. Di sektor kelistrikan misalnya, pemerintah memecahkan tantangan jangka pandek dengan memberikan insentif pada pengusaha.

“Kelistrikan ini ada tantangan jangka pendek, yaitu bagaimana kita memberikan insentif kepada pengusaha yang membangkitkan usaha coal fire dan diesel, untuk transisi ke energi terbarukan,” ungkap Kartika dalam Seminar Nasional Outlook Perekomonian Indonesia, di Jakarta pada Jumat (22/12/2023).

Lebih lanjut, tantangan tersebut menjadi peran perbankan yaitu bagaimana memberikan pengarahan, persyaratan, untuk memberikan bunga yang lebih murah bagi pengusaha-pengusaha pembangkit untuk menurunkan emisinya.

“ini yang kita mulai masukkan ke policy perbankan,” ujarnya.

Kemudian untuk transisi ke energi baru terbarukan, hal pertama yang perlu diperhatikan juga terkait demand suply.

“Di PLN mulai pick up sehingga 2024 ini kita bisa mulai lakukan bidding skala besar (untuk energi terbarukan),” bebernya.

Sementara tantangan dalam skala besar adalah penerapan solar panel, terkait pembiayaan dalam skala panjang untuk dengan US Dolar.

“Ini terutama dalam negeri masih belum ada pendanaan US Dolar untuk jangka panjang. Oleh karena itu kita harus menjaga internasional relationship,” jelas Kartika.

Kejar Target EBT 35% di 2025, PLN Dapat Pasokan Biomassa Pengganti Batu Bara

PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur. Dok PLN
PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur. Dok PLN

Sebelumnya, PT PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) menjaga stabilitas pasokan biomassa sebagai substitusi bahan bakar batu bara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU). Hal ini merupakan upaya dalam membantu pemerintah dalam meningkatkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23 persen pada 2025

Direktur Utama PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) Iwan Agung Firstantara mengatakan, dalam menjaga stabilitas pasokan biomassa PLN EPI telah menggandeng sejumlah mitra, yang tersebut adalah PT Maharaksa Biru Energi Tbk (MBE).

Hal tersebut telah diwujudkan dalam penandatanganan nota kesepahaman (MoU) pengembangan dan pengelolaan Biomassa Socio Tropical Agriculture-waste Biomassa (STAB) sebagai substitusi bahan bakar batu bara pada PLTU PLN.

“PLN EPI sebagai subholding dari PLN Group terus berupaya mengejar target bauran EBT itu, dan salah satu alternatifnya adalah dari sisi Biomassa,” kata Iwan, di Jakarta, Senin (11/12/2023).

Ruang lingkup kerjasama dalam nota kesepahaman ini adalah pengembangan ekosistem, bisnis, teknologi, pengelolaan, pemasaran dan pemanfaatan biomassa/bioenergy dalam bentuk wood pellet, woodchip atau sawdust, dengan mengoptimalkan residu pertanian, perkebunan, kehutanan, produk samping perkebunan kelapa sawit dan area pengelolaan lain yang berbasis pemberdayaan dan/atau keterlibatan masyarakat.

Menurut Iwan, kerja sama ini sejalan dengan upaya nasional dalam meningkatkan bauran EBT sebesar 23 persen di tahun 2025, serta mengejar target Nationally Determined Contribution (NDC) pada tahun 2030 dan Net Zero Emission (NZE) di tahun 2060.

Iwan melanjutkan, nantinya MBE akan menyediakan pasokan biomassa untuk seluruh PLTU milik PLN Grup. Biomassa yang khususnya berasal dari sawdust dan limbah pertanian ini akan menambah bauran energi PLN.

Bauran EBT

PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur. Liputan6.com/Nurmayanti
PLTU Paiton di Probolinggo, Jawa Timur. Liputan6.com/Nurmayanti

Iwan mengungkapkan, biomassa merupakan salah satu sektor vital yang berperan besar dalam meningkatkan bauran EBT di Indonesia. Sektor ini pun diharapkan mampu menyumbang akselerasinya sebesar 3,6 persen dari total target bauran EBT 23 persen di tahun 2025.

”Untuk itu kami sangat konsen dalam akselerasi Biomassa STAB ini. Kami terus berinovasi serta menjalin kerja sama dengan para stake holder. Hari ini kita bersyukur di gelaran COP 28, yang merupakan konferensi global dalam pencegahan perubahan iklim dunia kita berhasil menjajaki kerja sama pemanfaatan Biomassa dengan PT Maharaksa Biru Energi Tbk,” lanjut Iwan.

Lewat kerja sama semacam ini, Iwan optimis bauran EBT dari sektor Biomassa akan lebih terakselerasi secara signifikan. Pasalnya, sejalan dengan komitmen Pemerintah dalam mengejar target Co-Firing pada tahun 2025, diproyeksi kebutuhan Biomassa dari PLN akan meningkat tajam sebesar 10,2 juta ton atau sebesar 300 persen guna menyediakan energi bersih sebesar 12,7 Terawatt hour (TWh).

”Oleh karena itu, PLN EPI terus mencari sumber-sumber biomassa lainnya, terutama yang bersumber dari potensi sumber daya setempat,” ujar Iwan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya