Ekspor Desember 2023 Naik 1,89%, Tembus USD 22,41 Miliar

Ekspor Indonesia pada Desember 2023 mencapai USD 22,41 miliar. Capaian tersebut naik sebesar 1,89 persen dibanding bulan sebelumnya.

oleh Tira Santia diperbarui 15 Jan 2024, 11:25 WIB
Diterbitkan 15 Jan 2024, 11:25 WIB
Neraca Perdagangan RI Alami Surplus
Untuk ekspor nonmigas tercatat USD 20,93 miliar atau naik sebesar 1,06 persen, jika dibandingkan bulan sebelumnya USD 20,72 miliar.(Liputan6.com/Angga)

Liputan6.com, Jakarta - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor Indonesia pada Desember 2023 mencapai USD 22,41 miliar. Capaian tersebut naik sebesar 1,89 persen dibanding bulan sebelumnya.

"Pada Desember 2023 nilai ekspor mencapai USD 22,41 miliar atau naik 1,89 persen dibandingkan dengan November 2023," kata Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers pengumuman Ekspor-impor Desember 2023, Senin (15/1/2024).

Pudji Ismartini, merinci, untuk ekspor nonmigas tercatat USD 20,93 miliar atau naik sebesar 1,06 persen, jika dibandingkan bulan sebelumnya USD 20,72 miliar.

Sementara untuk ekspor migas mencapai USD 1,48 miliar atau naik sebesar 15,28 persen dibandingkan bulan sebelumnya sebesar USD 1,28 miliar.

"Kenaikan ekspor migas sebesar 15,28 persen didorong oleh peningkatan nilai ekspor hasil minyak yang naik 78,67 persen dibandingkan bulan sebelumnya," ujarnya.

Adapun kenaikan nilai ekspor Desember 2023 ini didorong oleh peningkatan ekspor nonmigas, terutama pada golongan barang bahan bakar mieral yang naik sebesar 10,07 persen; dan bijih logam, perak dan abu naik 37,37 persen.

Lebih lanjut, ekspor nonmigas Desember 2023 terbesar adalah ke Tiongkok sebear USD 5,77 miliar, disuusl Amerika Serikat USD 2,07 miliar, dan India USD 1,83 miliar.

Secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia Januari-Desember 2023 mencapai USD 258,82 miliar atau turun 11,33 persen dibanding periode yang sama tahun 2022.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Ekonom Ramal Surplus Neraca Perdagangan Indonesia Berlanjut di Desember 2023

Proyeksi Neraca Perdagangan Indonesia
Aktivitas bongkar muat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (14/4/2022). Neraca perdagangan Indonesia diproyeksi masih akan mencatatkan surplus yang tinggi pada Maret 2022. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan Perkembangan Ekspor dan Impor, hingga neraca perdagangan Indonesia periode Desember 2023, hari ini Senin (15/1/2024).

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan surplus neraca perdagangan akan berlanjut di bulan Desember 2023, meskipun dengan nilai yang menurun.

"Neraca perdagangan diperkirakan surplus USD 2,00 miliar, turun dari surplus USD2,41 miliar pada bulan November 2023. Dengan demikian,neraca perdagangan sepanjang tahun 2023 diperkirakan berkisar USD35,63 miliar, lebih rendah dari surplus perdagangan tahun 2022 sebesar USD54,46 miliar," kata Josua Pardede kepada Liputan6.com.

Disisi lain, menurutnya meskipun harga komoditas relatif stabil di bulan Desember 2023, terutama komoditas ekspor utama seperti batu bara dan CPO, PMI manufaktur mitra dagang utama Indonesia menunjukkan penurunan, mengindikasikan perlambatan permintaan global.

Josua juga memperkirakan ekspor bulan Desember 2023 mengalami kontraksi -7,61 persen yoy, dibandingkan dengan -8,56 persen yoy pada bulan sebelumnya. Oleh karena itu, kinerja ekspor untuk sepanjang tahun 2023 diperkirakan -11,48 persen yoy, dibandingakan laju pertumbuhan ekspor tahun 2022 yang tercatat 26,05 persen yoy.

 


Kenaikan Harga Batu Bara

FOTO: Ekspor Batu Bara Indonesia Melesat
Kapal tongkang pengangkut batu bara lepas jangkar di Perairan Bojonegara, Serang, Banten, Kamis (21/10/2021). Ekspor batu bara menjadi penyumbang terbesar dengan kontribusi mencapai 70,33 persen dan kenaikan hingga 168,89 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kendati ada kenaikan harga batubara di bulan Desember 2023, karena peningkatan permintaan musiman selama musim dingin dan harga CPO yang relatif stabil yang dipengaruhi oleh dampak El Nino di sisi pasokan, permintaan global cenderung melemah. Lantaran PMI manufaktur di AS dan China terus melemah di bulan Desember 2023, keduanya mencatatkan indeks di bawah 50.

Sementara itu, kinerja impor diperkirakan akan tumbuh sekitar 0,74 persen yoy, melambat dari 3,29 persen yoy pada bulan November 2023. Secara keseluruhan pada tahun 2023, impor diperkirakan akan menurun lebih rendah daripada ekspor, dengan mengalami kontraksi sebesar -6,35 persen dibandingkan dengan pertumbuhan 21,03 persen yang terjadi pada tahun 2022.

"Kontraksi laju impor yang lebih rendah dibandingkan dengan kontraksi ekspor dipengaruhi oleh permintaan domestik yang terus menguat terindikasi dari PMI Manufaktur Indonesia meningkat dari 51,7 pada November 2023 menjadi 52,2 pada Desember 2023," ujarnya.

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya