Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono membidik investasi jumbo di sektor budidaya lobster. Ini merupakan tujuan dari rencananya untuk membuka keran ekspor benih lobster (benur).
Menteri Trenggono menegaskan, regulasi soal ekspor benih lobster terud digodok oleh pihaknya. Namun, menurutnya, substansi dari rencana itu bukan semata-mata mengirim benih lobster ke luar negeri, tapi diharapkan ada investasi jumbo yang masuk.
Baca Juga
Dia tidak menyebut nilai investasi yang dibidiknya. Hanya saja, dia mengibaratkan dengan meningkatnya kelas Indonesia di mata global. Selanjutnya, diharapkan bisa terlibat dalam rantai pasok dunia.
Advertisement
"Sekarang sedang proses (aturannya), sekarang kita lagi jalankan, mudah-mudahan bisa segera cepat (selesai)," ujar Trenggono di Hotel Fairmont, Jakarta, Senin (5/1/2024).
"Nah yang ingin kita dapatkan di situ bukan hanya jualan bibitnya, yang ingin kita dapatkan di situ adalah investasi, mereka masuk ke kita dan kita bisa setara dengan mereka, dan kita bisa menjadi bagian dari suplai chain global itu," sambungnya.
Perusahaan Asal VietnamÂ
Dia menjelaskan, sudah ada 5 perusahaan asal Vietnam yang masuk untuk kerja sama budidaya benih lobster ini. Dia mengatakan, bentuk kerja samanya tidak sebatas pada bentuk tertentu, asalkan ada investasi yanh masuk ke dalam negeri.
Terkait 5 perusahaan Vietnam, Trenggono bilang sudah ada langkah yang dijalankan sejak 2023 lalu.
"Ya silahkan kalau JV (joint venture) monggo, enggak JV ya kita open. Sudah Mulai beberapa bulan yang lalu, sudah tahun 2023 lalu," jelas Sakti Wahyu Trenggono.
Â
Rencana Ekspor Benih Lobster
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono ingin membawa Indonesia memiliki peran strategis pada rantai pasok (supply chain) lobster di pasar global.
Untuk mencapai keinginan tersebut pihaknya menggandeng pemerintah Vietnam dan membuka jalan investasi bagi para pelaku usaha asal Vietnam untuk melakukan budidaya lobster di Indonesia.
Lewat skema itu, Indonesia tidak hanya mendapat nilai investasi tapi juga transfer teknologi dan pengetahuan budidaya lobster yang modern, hingga akses pasar lobster yang lebih luas.
"Sebagai negara tetangga (Indonesia-Vietnam) kita harus kolaboratif untuk bisa menjadi bagian dari tata kelola perikanan dunia. Artinya kita harus menjadi supply chain global, dan menuju ke sana tidak bisa berdiri sendiri. Kalau kita bersatu, kita bisa jadi yang terbesar di kawasan," tegas Menteri Trenggono dikutip dari Antara, Kamis (21/12/2023).
Kerjasama dengan Vietnam diakuinya sekaligus menjadi upaya pemerintah menekan kerugian negara imbas praktik ilegal penyelundupan benur yang masih terus terjadi hingga saat ini. Setiap tahunnya lebih dari 300 juta ekor benur mengalir secara ilegal dari Indonesia. Padahal, KKP bersama penegak hukum dan kementerian lainnya gencar melakukan pengawasan di berbagai titik rawan, termasuk dengan menambah kapal pengawas.
Â
Advertisement
Budidaya Lobster
Dari hasil penelusuran pihaknya, budidaya lobster di Vietnam sudah sangat maju dan 100 persen benur yang digunakan berasal dari Indonesia meski keran ekspor ditutup. Nilai ekspor lobster negara tersebut mencapai miliaran dollar jauh di atas nilai ekspor lobster Indonesia.
Untuk itulah, pihaknya mengambil langkah kerja sama guna menekan transaksi ilegal benur sekaligus mendorong adanya transfer teknologi dan pengetahuan bagi para pembudidaya lobster di Indonesia yang sebagian besar masih menggunakan cara tradisional.
"Sudah tiga tahun ini pengawasan kita perketat terus, jebol juga enggak tau dari mana. Gimana caranya kita nahan, kita kerja sama dengan negara yang dituju untuk kemudian tidak lagi menerima benih yang ilegal. Di sisi lain budidaya di sana sudah level tinggi, sedangkan kita masih tradisional dan membiarkan terus secara tradisional tidak baik juga. Kalau kita berdiri sendiri, kokoh dengan pendirian sendiri, menurut saya kita tidak akan pernah maju," tegasnya.