Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyoroti porsi kredit perbankan kepada pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang masih rendah. Dalam catatannya, saat ini, porsi kredit yang diberikan perbankan kepada UMKM baru mencapai 19 persen.
Baca Juga
"Kredit perbankan untuk UMKM saat ini masih di angka 19 persen," kata Jokowi di acara Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PITJK) 2024 yang digelar di The St Regis Hotel, Kuningan, Jakarta Selatan, Selasa (20/2/2024).
Padahal, lanjut Jokowi, dukungan kredit perbankan amat diperlukan pelaku UMKM dalam menjalankan maupun mengembangkan skala bisnisnya.
Advertisement
"Pentingnya dukungan kita terhadap UMKM melalui perbankan dan asuransi kredit perbankan untuk UMKM (berkembang)," ujar Jokowi.
Oleh karena itu, orang nomor satu di Indonesia ini meminta lembaga perbankan untuk menambah porsi pemberian kredit bagi UMKM. Tujuannya agar bisnis UMKM domestik dapat semakin berkembang.
"Ini perlu sebuah proposal, perlu sebuah strategi agar ada peningkatan kredit perbankan dan UMKM, sehingga kita bisa melihat (UMKM) kita tumbuh dengan baik," tegas Jokowi.
Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani menyebut realisasi penyaluran kredit UMKM di Indonesia sangat rendah. Bahkan lebih rendah diantara negara-negara anggota ASEAN.
"Indonesia dibandingkan negara-negara ASEAN atau negara lain memang pangsa kredit UMKM di dalam total perbankan kita itu termasuk yang paling kecil hanya 20 persen," tutur Sri Mulyani dalam acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Kadin 2022 di Hotel Borobudur, Jakarta Pusat, Jumat (2/12).
Sri Mulyani menyebut penyaluran kredit perbankan untuk UMKM tahun ini baru mencapai 21 persen. Angka ini lebih baik dari sebelumnya yang hanya 19 persen.
Total Kredit UMKM
Dari sisi debitur, total kredit UMKM hanya 1.275 debitur. Sedangkan total kredit perbankan secara keseluruhan telah mencapai 5.981 debitur.
Oleh karena itu, tahun depan Presiden Joko Widodo ingin realisasi penyaluran kredit ke UMKM meningkat hingga 30 persen dari total kredit perbankan.
"Kepada UMKM bapak presiden meminta 30 persen dan sekarang ini terjadi kenaikan mencapai 21 dari tadinya hanya 19 persen," tuturnya.
Sri Mulyani menekankan, target ini harus bisa direalisasikan. Mengingat ada negara lain yang mampu memberikan kredit kepada UMKM hingga 60 persen dari total debiturnya.
Jokowi Ungkap Banyak Pelaku Bisnis yang Khawatir Politik Indonesia Panas Jelang Pemilu 2024
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengatakan bahwa banyak pelaku bisnis yang khawatir dengan kondisi politik Indonesia yang memanas ketika menjelang pemilihan umum (Pemilu) 2024. Sehingga, mereka menahan investasinya ke Indonesia dan menunggu Pemilu 2024 berakhir.
"Saya tahu, bahwa banyak para pelaku bisnis yang kemarin masih menunggu pemilu. Wait and see. Karena agak khawatir dengan politik yang memanas menjelang pelaksanaan pemilu," jelas Jokowi saat menghadiri Pertemuan Industri Jasa Keuangan di Hotel St. Regist Jakarta Selatan, Selasa (20/2/2024).
Dia bersyukur pemilihan umum pelaksanaan Pemilu 2024 berjalan dengan lancar. Jokowi pun menargetkan arus modal masuk dan investasi semakin banyak masuk ke Indonesia pasca Pemilu 2024.
"Alhamdulillah pemilu berjalan dengan lancar, masyarakat berbondong-bondong ke TPS dengan riang gembira. Dan kita harapkan, arus modal masuk, investasi habis pemilu bisa gerak leih meningkat dan lebih baik lagi," katanya.
Kendati begitu, Jokowi mengatakan geopolitik global masih kurang kondusif karena perang Rusia-Ukraina dan penyerangan di Gaza oleh Israel. Namun, Jokowi optimistis industri keuangan Indonesia dapat bangkit.
"Yang paling penting poltiik dalam negeri kita, politik domestik kita stabil dan pastinya ini melegakan indsutri keuangan dan membangkitkan industri keuangan yang makin kokoh untuk mendukung pertumbuan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan," tutur Jokowi.
Sebelumnya, proses hitung cepat atau quick count masih terus berjalan. Hingga saat ini, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden (capres-cawapres) Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka atau Prabowo-Gibran terpantau unggul.
Advertisement
Bagaimana Dampak ke Ekonomi?
Suara yang dicatatkan oleh banyak lembaga survei pun tak tanggung-tanggung. Rata-rata berkisar di 50-60 persen mengarah pada Prabowo-Gibran. Lantas, bagaimana dampaknya ke ekonomi dan pelaku usaha?
Ekonom Indonesia Strategic and Economic Action Institution (ISEAI) Ronny P Sasmita menilai tingkat kepastian ekonomi ke depan semakin jelas. Ramalannya, kegiatan ekonomi Indonesia akan kembali pada posisi sebelum pemilu.
"Hasil Quick Count sudah memberikan sinyal jelas kepada pasar bahwa pemilu berkemungkinan besar hanya satu putaran. Artinya, tingkat kepastian ekonomi akan kembali ke masa sebelum hiruk-pikuk pemilu dimulai," kata Ronny kepada Liputan6.com, Kamis (15/2/2024).
Dia melihat adanya kecenderungan berlanjutnya kebijakan yang saat ini sudah diterapkan terkait investasi dan aspek terkait lainnya. Pasalnya, hasil quick count merujuk pada keunggulan dari Prabowo-Gibran, dimana keduanya dekat dengan pemerintahan saat ini.
"Pelaku pasar sudah mendapatkan gambaran jelas bahwa akan ada keberlanjutan berbagai kebijakan yang ada saat ini, karena sinyal dari quick count memang mengarah ke calon yang menyuarakan isu keberlanjutan," tuturnya.
Kepercayaan Investor Makin Kuat
Atas kondisi ini, Ronny memandang kepercayaan pelaku pasar dan calon investor akan semakin kuat. Misalnya, dari yang semula masih menahan-nahan (wait and see), usai adanya prediksi hasil dari quick count, bisa kembali memutuskan pengembangab usaha kemudian.
"Secara teknis tentu berarti bahwa para investor yang masih dalam posisi wait and see sebelumnya, saat ini tentu sudah kembali bisa fokus memikirkan rencana riil untuk berinvestasi, baik investasi baru maupun ekspansi usaha," urai Ronny.
Advertisement