Liputan6.com, Jakarta - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia mengungkapkan pabrik baterai mobil dengan kapasitas 10 Giga Watt (GW) pertama dari PT Hyundai LG Indonesia (HLI) akan mulai berproduksi pada April 2024.
Pabrik baterai mobil listrik tersebut berkapasitas 10 GW dan saat ini sudah mulai masuk untuk pembangunan pabrik 10 Giga Watt kedua. Sementara ini untuk katoda dan smelternya akan berjalan tahun ini.
Baca Juga
"Kami laporkan ekosistem baterai mobil listrik, pabrik 10 GW pertama akan diresmikan sekitar Mei, April sudah produksi,” kata Bahlil dalam konferensi pers Prospek Investasi Pasca Pemilu 2024, Senin (18/3/2024).
Advertisement
Momen ini menandai Indonesia sebagai negara produsen sel baterai kendaraan listrik pertama di Asia Tenggara. Pada fase pertama, PT Hyundai LG Indonesia (HLI) menyerap investasi sebesar USD 1,1 miliar dan memiliki kapasitas produksi 10 GW terdiri dari 32,6 juta sel baterai yang dapat menghasilkan kurang lebih 150.000 kendaraan listrik.
Bahlil menambahkan, dengan adanya perpanjangan PT Vale Indonesia Tbk, BKPM memiliki prospek untuk pembangunan ekosistem baterai mobil yang cukup besar di investasi di Vale dengan beberapa investasi lainnya.
Pemerintah Revisi Target TKDN Mobil Listrik
Sebelumnya, Pemerintah telah mengeluarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 79 Tahun 2023, sebagai revisi dari Perpres No 55 Tahun 2019, terkait percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Dalam beleid tersebut, selain disahkan pembebasan pajak untuk impor utuh alias CBU mobil listrik, juga disebutkan terkait target penggunaan TKDN untuk mobil listrik juga diundur.
Dalam pasal 8 Perpres No 55 Tahun 2029, dan telah diubah di Perpres No 79 Tahun 2023, mengatur terkait TKDN beserta batas waktu pelaksanannya.
Pemerintah juga menetapkan, penggunaan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) bagi KBL roda dua dan/atau roda tiga antara tahun 2019-2026 minimum 40 persen, 2027-2029 minimum 60 persen, serta tahun 2030 dan seterusnya minimum 80 persen.
Penggunaan TKDN
Sedangkan bagi KBL roda empat, penggunaan TKDN diatur yakni tahun 2019-2021 minimum 35 persen, tahun 2022-2026 minimum 40 persen, tahun 2027-2029 minimum 60 persen, serta tahun 2030 dan seterusnya minimum 80 persen.
“Perhitungan kandungan lokal atau TKDN untuk kendaraan listrik diusulkan diubah menjadi: pada periode 2020-2029, untuk komponen utama 50 persen, sedangkan pada 2030 seterusnya meningkat menjadi 60 persen,” kata Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian, Hendro Martono, dalam konferensi pers Update dan Sosialisasi Insentif atas Investasi KBLBB kepada Stakeholder, di Park Hyatt Jakarta, Jumat (1/3/2024).
Hendro menjelaskan, skema penghitungan bobot TKDN untuk komponen pendukung masih tetap 10 persen. Sedangkan, bobot TKDN untuk kegiatan pengembangan dan riset akan diturunkan dari semula 20 persen menjadi 10 persen pada 2030. Justru sebaliknya, Pemerintah menaikkan bobot TKDN untuk komponen perakitan menjadi 20 persen, dari sebelumnya 10 persen.
Advertisement
3 Tahapan
Hendro menjelaskan, pada dasarnya perhitungan TKDN dilakukan dalam tiga tahapan. Pertama, yaitu penciptaan pasar sampai 2026 guna menarik investasi baru melalui perakitan KLBB dalam bentuk terurai lengkap (completely knocked down/CKD).
Tahapan kedua, penetrasi industri pada 2027-2029 yang dilakukan dengan cara mewajibkan penggunaan paket baterai dan modul untuk industri KBLBB dalam negeri.
Selanjutnya, tahapan ketiga adalah melalui pendalaman industri pada 2030 yang dilakukan dengan cara mewajibkan penggunaan komponen utama, yakni battery cells dari dalam negeri.
"Jadi, pemerintah melakukan penyesuaian dalam perhitungan TKDN pada aspek pengecatan dan penyambungan sehingga industri KBLBB dapat lebih mudah mencapai proporsi nilai TKDN pada aspek perakitan dengan maksimal," pungkasnya.
VinFast Investasi US$ 1,2 Miliar untuk Bangun Pabrik Mobil Listrik di Indonesia
Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian telah menyatakan akan memfasilitasi rencana VinFast untuk berinvestasi di Indonesia. Pabrikan kendaraan asal Vietnam ini, akan menggelontorkan dana sebesar US$ 1,2 miliar untuk produksi kendaraan listrik di Indonesia.
"Kami sangat mengapresiasi rencana investasi VinFast, karena akan turut mendukung pengembangan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, mengingat potensi yang besar di Indonesia," ujar Menteri Perindustrian, Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan resmi, ditulis Senin (15/1/2024).
Dalam kunjungan kerjanya di Vietnam, selain mendampingi agenda Presiden RI Joko Widodo, Menperin Agus mengawali pertemuan dengan perwakilan dari VinFast, yang dihadiri oleh Manufacturing Division Deputy CEO of VinFast Phạm Nhật Quân Anh, CEO VinFast Indonesia & Malaysia Trần Quốc Huy, Director of GSM - Xanh SM Nguyễn Văn Thanh, serta Senior Assistant to the Chairman International Relations Director, Nguyễn Đức Thanh.
VinFast menyampaikan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim usaha yang kondusif. Hal ini yang membuat VinFast berminat untuk menggelontorkan dananya pada tahap awal pembangunan pabrik sebesar US$ 200 juta, yang akan dimulai 2024.
"VinFast sedang mengidentifikasi lokasi yang cocok untuk mendirikan pabrik di Indonesia. Kebutuhan lahannya sekitar 240 hektar," ungkap Agus.
Adapun total kapasitas pabrik akan mencapai 50.000 unit per tahun, dengan target penyerapan tenaga kerja sebanyak 1.000-3.000 orang. Pabrik ini akan beroperasi pada tahun 2026.
Menurut Menperin, VinFast akan berkolaborasi dengan perusahaan dalam negeri untuk proses produksi. Selain itu bermitra dengan perusahaan transportasi dan penyedia jasa teknologi dalam rangka ekspansi untuk kendaraan taksi listrik.
"VinFast juga berminat untuk membuat bis listrik, bahkan mereka juga ingin berinvestasi di IKN," imbuhnya.
Advertisement