Liputan6.com, Jakarta Goldman Sachs, salah satu raksasa Wall Street, mulai melirik potensi Bitcoin. Meskipun belum sepenuhnya terjun, perusahaan ini mengakui teknologi blockchain yang mendasari Bitcoin memiliki potensi besar untuk merevolusi sistem keuangan global.
Melansir coinmarketcap, Jumat (24/1/2025), Goldman Sachs saat ini sedang aktif meneliti dan mengembangkan aplikasi berbasis blockchain untuk meningkatkan efisiensi transaksi keuangan.
Advertisement
Baca Juga
Salah satu fokus utama adalah pada pengembangan produk dan layanan yang dapat memanfaatkan keunggulan teknologi blockchain seperti transparansi, keamanan, dan desentralisasi.
Advertisement
CEO Goldman Sachs, David Solomon melihat blockchain dapat memberikan solusi inovatif untuk berbagai tantangan dalam industri keuangan, termasuk penyelesaian transaksi yang lebih cepat, pengurangan biaya, dan peningkatan transparansi.
Dengan memanfaatkan teknologi ini, perusahaan berharap dapat menawarkan produk dan layanan baru yang lebih kompetitif dan menarik bagi klien mereka.
Meskipun demikian, Goldman Sachs tetap berhati-hati dalam mengadopsi Bitcoin. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti volatilitas harga Bitcoin yang tinggi, regulasi yang belum jelas di banyak negara, dan kekhawatiran tentang penggunaan Bitcoin untuk aktivitas ilegal.
Perusahaan lebih memilih untuk fokus pada pengembangan infrastruktur teknologi blockchain yang mendasarinya, daripada berinvestasi langsung dalam Bitcoin.
Dengan kata lain, Goldman Sachs melihat Bitcoin sebagai sebuah inovasi teknologi yang menarik, namun masih membutuhkan waktu untuk matang sebelum dapat diaplikasikan secara luas dalam industri keuangan.
Perusahaan ini lebih tertarik pada potensi jangka panjang dari teknologi blockchain daripada pada volatilitas jangka pendek dari harga Bitcoin.
Dolar AS Tetap Jadi Mata Uang Cadangan Dunia
Walaupun melihat Bitcoin sebagai aset menarik namun Goldman Sachs tetap memprioritaskan dolar AS sebagai mata uang utama.
Goldman Sachs tetap yakin dolar AS akan mempertahankan posisinya sebagai mata uang cadangan dunia.
“Perusahaan melihat Bitcoin dan aset kripto lainnya sebagai pelengkap, bukan pengganti, bagi sistem keuangan tradisional yang didominasi dolar AS,” jelas Solomon, dikutip dari Coinmarketcap, Jumat (23/1/2025).
Advertisement
Blockchain Perkuat Dominasi Dolar AS
Pandangan Solomon sejalan dengan pandangan Lee Bratcher, presiden Texas Blockchain Council, yang percaya bahwa stablecoin yang dipatok pada dolar AS dapat semakin memperkuat hegemoni dolar AS.
Dalam sebuah wawancara baru-baru ini, Bratcher menjelaskan bahwa stablecoin memberikan akses global ke dolar AS, sehingga memperluas pengaruhnya sebagai mata uang cadangan dunia.
Dolar AS didukung oleh sistem keuangan yang sudah mapan dan kompleks, termasuk pasar modal yang dalam, lembaga keuangan yang kuat, dan infrastruktur pembayaran yang efisien. Membangun sistem yang setara untuk cryptocurrency akan membutuhkan waktu dan investasi yang sangat besar.
Di sisi lain Dolar AS telah menjadi mata uang acuan dalam perdagangan internasional selama beberapa dekade. Banyak negara mengukur cadangan devisa mereka dalam dolar AS dan menggunakan dolar AS untuk transaksi internasional. Mengubah status quo ini akan menjadi proses yang sangat kompleks dan membutuhkan waktu yang lama.
Disclaimer: Setiap keputusan investasi ada di tangan pembaca. Pelajari dan analisis sebelum membeli dan menjual Kripto. Liputan6.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan dan kerugian yang timbul dari keputusan investasi.