Rupiah Melemah Hari Ini 1 April, Tertekan Inflasi hingga Gugatan Hasil Pilpres 2024

Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat memasuki awal bulan April 2024. USD menguat seiring kenaikan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) hingga 0,3% pada bulan Februari, menurut Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 01 Apr 2024, 20:20 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2024, 20:20 WIB
nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai memperlihatkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Mengutip data Bloomberg pukul 15.00 WIB, rupiah ditutup turun 0,22 persen atau 34 poin ke Rp15.616,5 per dolar AS. Hal tersebut terjadi di tengah penguatan indeks dolar AS 0,16 persen ke 104,41. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Indeks dolar Amerika Serikat (USD) kembali menguat memasuki awal bulan April 2024. USD menguat seiring kenaikan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) hingga 0,3% pada bulan Februari, menurut Biro Analisis Ekonomi Departemen Perdagangan.

Laporan Departemen Keuangan AS juga menunjukkan belanja konsumen negara itu mencatat kenaikan terbesar dalam setahun pada bulan lalu, menggarisbawahi ketahanan perekonomian.

Pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell pada hari Jumat mengatakan data inflasi AS terbaru “sejalan dengan apa yang ingin kami lihat”. Pasar kini memperhitungkan peluang 68,5% dari penurunan suku bunga The Fed pada bulan Juni dibandingkan peluang 57% pada akhir minggu lalu, alat CME FedWatch menunjukkan.

"Pedagang juga memperkirakan pemotongan sebesar 75 basis poin tahun ini,” ungkap Ibrahim Assuaibi, Direktur PT. Laba Forexindo Berjangka dalam paparan tertulis dikutip Senin (1/4/2024). Rupiah Melemah Menyusul Angka Inflasi Maret 2024

Rupiah kembali ditutup melemah 38 point dalam perdagangan Senin sore (1/4), walaupun sebelumnya sempat melemah 65 point dilevel Rp. 15.895 dari penutupan sebelumnya di level Rp.15.858.

Sedangkan untuk perdagangan besok, Rupiah diperkirakan masih akan fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp. 15.880 - Rp.15.940, ungkap Ibrahim.

Pelemahan Rupiah menyusul rilis inflasi, Badan Pusat Statistik (BPS) pada Maret 2024, tercatat 0,52% secara bulanan (month to month/mtm) pada Senin (1/4/2024). Angka inflasi kali ini relatif lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya dan tahun lalu.

“Inflasi ini dipicu oleh kenaikan bahan pangan, beras, gula, daging ayam, telur ayam dan bawang putih, saat Ramadan kali ini,” Ibrahim menyoroti.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Inflasi

Inflasi
Pembeli membeli sayuran di pasar, Jakarta, Jumat (6/10). Dari data BPS inflasi pada September 2017 sebesar 0,13 persen. Angka tersebut mengalami kenaikan signifikan karena sebelumnya di Agustus 2017 deflasi 0,07 persen. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Inflasi tahunan pun mencapai 3,05% dan inflasi tahun kalender sebesar 0,93%.

Laju inflasi 1,42% dan andil 0,41% dengan komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini telur andil 0,09%, daging ayam andil 0,09%, beras andil 0,09%, cabai rawit 0,02% bawang putih andil 0,02%.

Faktor Lainnya

Selain inflasi, aliran modal asing (capital outflow) yang terjadi dua pekan terakhir juga bersamaan dengan peristiwa gugatan ke Mahkamah Konstitusi (MK) juga disebut menjadi pendorong melemahnya Rupiah pekan ini.

 


Sengketa Pilpres

Anies-Muhaimin Hadiri Langsung Sidang Perdana PHPU di Mahkamah Konstitusi
Dalam gugatannnya, tim Anies-Muhaimin meminta MK membatalkan ketetapan KPU mengenai hasil penghitungan suara Pilpres 2024 yang dinilai diwarnai dengan kecurangan. (Liputan6.com/Angga Yuniar

Seperti diketahui, pada Rabu pekan lalu, dua pasangan calon (paslon) Anies Rasyid Baswedan-Muhaimin Iskandar dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD membacakan tuntutan pada sengketa pilpres.

Kedua paslon tersebut menuntut diadakannya pemilihan presiden ulang dan mendiskualifikasi paslon nomor urut 2, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka.

Kemudian di hari selanjutnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), dan TKN Prabowo-Gibran menjawab tuntutan dari paslon satu dan tiga.

“Berlanjutnya gugatan hingga diterimanya pemeriksaan dapat menjadi sentimen negatif untuk pasar keuangan, sebab hal ini dapat menjadi kekhawatiran investor akan ketidakpastian kondisi politik Indonesia,” ungkap Ibrahim.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya