Jokowi Buka-bukaan soal Swasembada Pangan, Mengapa Sulit Terwujud?

Presiden Joko Widodo menilai upaya pemerintah untuk mewujudkan swadembada pangan merupakan proses yang panjang karena dihadapkan dengan tantangan iklim dan perubahan cuaca.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Jul 2024, 15:15 WIB
Diterbitkan 05 Jul 2024, 15:15 WIB
Jokowi Cek Pemberian Bantuan 300 Pompa Irigasi di Sulawesi Selatan
Presiden Jokowi meninjau langsung pelaksanaan pemberian bantuan 300 unit pompa untuk pengairan sawah dan pertanian (pompanisasi) di Desa Jaling, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. (Foto: Muchlis Jr - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo atau Jokowi menilai upaya pemerintah untuk mewujudkan swadembada pangan merupakan proses yang panjang karena dihadapkan dengan tantangan iklim dan perubahan cuaca.

"Ini proses panjang ya swasembada pangan itu. Tidak hanya, kadang sudah baik, turun lagi karena iklim yang enggak menentu," kata Presiden Jokowi dikutip dari Antara, Jumat (5/7/2024).

Presiden menjelaskan bahwa Indonesia sebelumnya sudah mewujudkan swasembada pangan.

Menurut Presiden, saat produksi pertanian sudah meningkat, kemudian turun lagi karena fenomena iklim, seperti El Nino dan La Nina.

Presiden mengatakan bahwa iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas pertanian tidak hanya di Indonesia, tetapi semua negara di dunia.

"Saya kira iklim sangat mempengaruhi produktivitas di semua negara dan dalam dua tahun ini negara-negara yang biasanya produksinya berlebih itu pun juga mengalami penurunan yang tajam," kata Presiden.

Dalam kesempatan sebelumnya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengatakan bahwa pemerintah telah menargetkan capaian swasembada dan lumbung pangan dunia agar bisa dicapai dalam waktu cepat.

Untuk itu, fokus kerja yang sedang dilakukan adalah memasang pompanisasi, mencetak sawah hingga mentransformasi pertanian tradisional ke pertanian modern.

"Dulu kita swasembada di 2017, 2019 dan 2020. Dan yang kita kerjakan ini adalah produk kebijakan serta kolaborasi bersama. Karena itu sejak awal saya masuk kabinet tekad saya mutlak harus swasembada," katanya.

Sekarang, kata Mentan, petani tidak perlu khawatir karena pertanian terus menjadi perhatian Presiden Jokowi dan juga dilanjutkan Presiden terpilih Prabowo Subianto, di antaranya adalah penambahan alokasi pupuk hingga 100 persen serta keterlibatan TNI dalam memasang pompanisasi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Dorong Swasembada Pangan, Mentan Amran Maksimalkan Modernisasi Pertanian

Kementan
Wujudkan Indonesia Swasembada, Kementan dan Provinsi Banten Kembangkan Padi Varietas Biosalin untuk Wilayah Pesisir/Istimewa.

Sebelumnya, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman tengah memaksimalkan penggunaan teknologi di bidang pertanian sebagai satu kunci utama dalam mewujudkan swasembada pangan di Indonesia.

Hal itu ia ungkapkan saat menjadi pembicara Executive Course on Strategic Management and Leadership (Cohort) di Gedung Kementrian Pertahanan pada pekan ini.

Amran menjelaskan, penerapan konsep pertanian modern mampu menekan biaya produksi hingga 50 persen. Bahkan, diyakini juga mampu meningkatkan produksi mencapai 100 persen.

"Kami bangun ini pertanian modern. Apa tujuannya? Menekan biaya produksi 50 persen, meningkatkan produksi 100 persen," ujar Amran dalam keterangannya.

Modernisasi pertanian ini pun diharapkan mampu menjadi daya tarik bagi generasi muda untuk menjadi petani. Nantinya, segala kegiatan bertani mulai dari pemberian pupuk, cocok tanam hingga panen tidak lagi manual sehingga akan menjadi lebih efektif dan efisien.

"Itu bisa (menjadi) tombol sehingga generasi muda mau masuk. Kenapa? Karena menggunakan digitalisasi, literasi digital. Ini kita gunakan, kita bertransformasi," lanjut Amran menjelaskan.


Klaster Lumbung Pangan

Pertanian.
Ilustrasi petani sedang berada di sawah. (Foto: Istimewa)

Selain itu, Amran juga berupaya membangun klaster lumbung pangan di setiap provinsi yang menggunakan teknologi setara dengan negara-negara lain seperti Jepang dan Amerika Serikat.

"Nanti kami bikin cluster 10.000 hektar di Jatim, Jateng, Jabar, tidak ada yang menggunakan manual. Jadi transformasi manual menjadi modern. Semua menggunakan teknologi dan sejajar dengan Jepang, Amerika, untuk cluster itu," tutup Amran.

infografis hari tani nasional
jumlah petani indonesia turun sejak tiga tahun terakhir (liputan6/yasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya