Liputan6.com, Jakarta Nilai tukar rupiah terpantau melemah dan tembus hingga 16.000 terhadap dolar AS. Hal ini disinyalir bisa memberikan dampak pada harga jual barang di dalam negeri.
Utamanya, pada barang-barang yang diimpor dari luar negeri. Barang yang diproduksi di dalam negeri dengan bahan baku impor pun disinyalir tak luput dari kenaikan biaya produksi yang berimbas pada harga akhir.
Baca Juga
"Terbuka kemungkinan adanya kenaikan harga jual di pasar bila pelemahan rupiah ini terjadi lebih dari 1 bulan," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani kepada Liputan6.com, Selasa (16/4/2024).
Pengusaha itu menilai, dampaknya adalah inflasi harga pasar bisa ikut meningkat. Pada saat yang sama pertumbuhan penjualan atau konsumsi pasar diprediksi akan melambat.
Advertisement
Waspada Inflasi Melambung
Shinta memandang tingkat inflasi bisa melambung melampaui target yang ditetapkan. Hal ini hanya bisa dihindari jika pemerintah berherak cepat gua melakukan stabilisasi.
"Tidak tertutup kemungkinan juga inflasi beberapa bulan ke depan akan di luar target inflasi nasional bila dalam 1 bulan pemerintah tidak bisa mengstabilkan atau menciptakan penguatan nilai tukar," tegas Shinta.
Dia juga melihat akan terganggunya industri mamufaktur naskonal. Apalagi masih banyak yang mengambil bahan baku dari impor.
"Pelemahan nilai tukar rupiah sudah pasti akan memberikan dampak negatif thd industri manufaktur nasional. Bagaimana pun juga industri manufaktur nasional masih peru mengimpor bahan baku/penolong & barang modal," pungkasnya.
Menko Airlangga: Pelemahan Rupiah Tak Masuk Kategori Terburuk di Asia
Menteri Koordinator (Menko) Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto memastikan Rupiah tidak mengalami pelemahan nilai tukar atau kurs yang terburuk di Asia.
Airlangga menyebut, pelemahan Rupiah tak sedalam yang dialami Ringgit Malaysia dan Yuan China. Hal itu didukung oleh fundamental perekonomian yang relatif baik.
Adapun pelemahan mata uang dunia terhadap dolar Amerika Serikat (USD) salah satunya didorong oleh ketegangan di kawasan Timur Tengah, menyusul serangan rudal Iran di Israel pada Sabtu, 13 April 2024.
"Terkait indeks Rupiah, kita bandingkan dengan berbagai negara lain tentunya kita relatif sedikit lebih baik dari (Ringgit) Malaysia dan (Yuan) China,” kata Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Selasa (16/4/2024).
Namun, jika dibandingkan dengan Won Korea Selatan dan Baht Thailand, Airlangga mengakui pelemahan kurs rupiah memang lebih dalam.
"Yang lebih baik (dari Rupiah) salah satunya adalah (Won) Korea Selatan dan (Baht) Thailand. Jadi kita tidak yang terdampak tinggi, tapi banyak negara yang terdampak dari kita. Karena fundamental ekonomi kita relatif baik,” ujar dia.
Advertisement
Pergerakan Rupiah
Sebelumnya, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Selasa dibuka merosot usai liburan Lebaran 2024 akibat konflik Iran dan Israel, serta sentimen penundaan pemotongan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS).
Dikutip dari Antara, Selasa, 16 April 2024, pada awal perdagangan Selasa pagi, rupiah turun 240 poin atau 1,51 persen menjadi 16.088 per dolar AS dari penutupan perdagangan sebelumnya pada 15 April 2024 sebesar 15.848 per dolar AS.
Sentimen penundaan pemangkasan suku bunga acuan AS dan tensi konflik geopolitik yang meninggi telah mendorong penguatan dolar AS belakangan ini," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra.