Liputan6.com, Jakarta - Rupiah (IDR) mengalami pelemahan pada Rabu, 19 Maret 2025.
Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi mengungkapkan bahwa Rupiah ditutup melemah 103 poin terhadap Dolar AS (USD), setelah sebelumnya sempat melemah 115 poin di level Rp 16.531 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.428.
Baca Juga
Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang Rupiah fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp 16.520 - Rp 16.580,” kata Ibrahim dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (19/3/2025).
Advertisement
Pada Rabu (19/3), rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) Maret 2025 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan atau BI-Rate tetap berada pada level 5,75 persen.
Suku bunga deposit facility tetap berada pada level 5 persen. Sedangkan suku bunga lending facility juga diputuskan untuk tetap pada level 6,5 persen.
Federal Reserve (The Fed) secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga tidak berubah pada 4,5% setelah penutupan pertemuan pada Rabu (19/3), di tengah ketidakpastian yang terus berlanjut atas ekonomi AS. Para pejabat The Fed telah berulang kali menandai ketidakpastian atas prospek ekonomi jangka pendek saat Trump memberlakukan agendanya, dengan ruang lingkup terbatas untuk penurunan suku bunga lebih lanjut dalam waktu dekat.
Selain itu, bank sentra AS juga akan merilis ringkasan terbarunya tentang proyeksi ekonomi, yang menawarkan lebih banyak wawasan tentang ekspektasi bank sentral terhadap ekonomi AS di bawah Trump. “Tarif perdagangan Trump terutama perubahannya pada tindakan terhadap Kanada dan Meksiko memicu peningkatan ketidakpastian atas prospek ekonomi AS,” ungkap Ibrahim.
Seperti diketahui, Presiden AS Donald Trump telah memperingatkan bahwa ia akan mengenakan tarif impor yang lebih tinggi pada awal bulan April mendatang.
“Pasar khawatir bahwa tarif yang lebih tinggi akan mengganggu perdagangan global dan mendorong inflasi AS, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi lokal,” beber Ibrahim.
OECD Turunkan Ramalan Ekonomi RI jadi 4,9% di 2025
Organization for Economic Cooperation and Development atau dikenal sebagai OECD telah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini menjadi 4,9%. OECD sebelumnya dalam publikasi OECD Economic Outlook Desember 2024 memproyeksikan ekonomi Indonesia akan tumbuh 5,2% pada 2025.
Meski menurunkan proyeksi, OECD menyatakan pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak akan melambat secara signifikan. Hal itu karena didukung oleh potensi pertumbuhan ekspor akibat efek ekskalasi perang dagang yang terjadi belakangan.
Advertisement
OECD Prediksi BI Rate Tetap Stabil
Selain itu, OECD memprakirakan tingkat suku bunga acuan Indonesia atau BI Rate akan tetap stabil untuk menjaga inflasi tetap rendah dan menghindari arus keluar modal akibat kebijakan suku bunga tinggi di Amerika Serikat. Dalam proyeksi terbarunya, OECD menyatakan inflasi Indonesia akan berada di angka 1,8% pada 2025. Angka tersebut lebih rendah 0,3% daripada proyeksi OECD pada Desember 2024.
Sebagai perbandingan, pemerintah sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,2% pada 2025.
