Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (dolar AS) terpantau mengalami pelemahan dalam beberapa waktu terakhir. Setelah ditutup di level Rp 16.428 per dolar AS pada Selasa, 18 Maret 2025, kurs rupiah kembali melemah menjadi Rp 16.515 pada pembukaan perdagangan Rabu (19/3/2025).
Kendati begitu, Bank Indonesia melihat rupiah justru mengalami tren penguatan dibandingkan periode sama pada bulan sebelumnya.Â
Baca Juga
"Nilai tukar rupiah tetap terkendali terhadap dolar Amerika Serikat pada Maret 2025. Data hingga 18 Maret 2025 menguat 0,94 persen point to point, setelah pada Februari melemah 1,69 persen point to point," jelas Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Rabu (19/3/2025).
Advertisement
Bahkan, Perry mengklaim nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat masih lebih baik dibandingkan sejumlah mitra dagang utama Indonesia, hingga kurs mata uang beberapa negara maju lainnya.Â
"Rupiah yang terkendali tercermin dengan rupiah yang relatif stabil dibanding kelompok mata uang mitra dagang utama Indonesia, dan tetap lebih kuat dibanding kelompok negara maju di luar Amerika Serikat," ungkapnya.Â
"Ke depan, nilai tukar rupiah diperkirakan stabil. Didukung oleh komitmen Bank Indonesia menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, imbal hasil yang menarik, inflasi rendah, dan prospek pertumbuhan ekonomi yang tetap baik," Perry menambahkan.Â
Rupiah tercatat melemah 87 poin atau 0,53 persen menjadi 16.515 per dolar AS pada pembukaan perdagangan Rabu pagi, dibandingkan posisi sebelumnya di level 16.428 per dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan akan melemah seiring tekanan sentimen negatif dari dalam negeri.
Â
Tunggu Pengumuman BI
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyebut faktor utama yang memicu pelemahan rupiah adalah ketidakpastian pasar domestik menjelang pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) hari ini.
"Investor menantikan keputusan BI yang diperkirakan tetap mempertahankan suku bunga. Namun, fokus utama ada pada pernyataan BI terkait sentimen risk-off yang mendorong aksi jual di pasar saham domestik dan berdampak pada rupiah," jelas Lukman dikutip dari Antara.
Trading Halt
Pada Selasa, 18 Maret 2025, Bursa Efek Indonesia (BEI) sempat melakukan trading halt pada pukul 11:19:31 WIB setelah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) anjlok lebih dari 5 persen. Kondisi ini semakin mempertegas ketidakpastian pasar keuangan domestik.
Lukman menjelaskan, beberapa faktor yang memicu tekanan di pasar adalah kekhawatiran investor terhadap prospek pertumbuhan ekonomi, tingginya defisit anggaran, penurunan peringkat saham, serta isu pengunduran diri Menteri Keuangan Sri Mulyani.
Advertisement
Dolar AS Tekan Rupiah
Dari sisi eksternal, penguatan dolar AS juga turut menekan rupiah. Data ekonomi AS menunjukkan hasil di atas ekspektasi pasar.
Produksi industri AS tercatat naik 0,7 persen (prediksi 0,2 persen), sektor manufaktur tumbuh 0,9 persen (estimasi 0,3 persen), pembangunan perumahan mencapai 1,5 juta unit, dan izin perumahan tembus 1,456 juta unit, mengungguli proyeksi sebelumnya.
"Meski indeks dolar AS sedikit terkoreksi akibat penguatan euro usai parlemen Jerman menyetujui peningkatan anggaran belanja, secara keseluruhan dolar masih kuat karena data ekonomi AS yang solid. Sementara itu, sentimen domestik masih tertekan oleh aksi jual di pasar saham," tambah Lukman.
Melihat kondisi saat ini, Lukman memperkirakan nilai tukar rupiah akan bergerak di kisaran Rp 16.400 hingga Rp 16.550 per dolar AS dalam waktu dekat.
Â
