Liputan6.com, Jakarta - Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah Sarman Simanjorang khawatir dampak konflik Iran-Israel yang memanas bisa berdampak ke ekonomi nasional. Meski, secara fundamental ekonomi saat ini posisinya cukup baik.
Sarman mencatat, perekonomian nasional masih terjaga dan solid, yang ditandai dengan cadangan devisa yang solid hingga USD 140 Miliar atau setara impor 6,4 bulan.
Baca Juga
"ketergantungan impor terhadap kebutuhan BBM dapat menekan lebih jauh nilai tukar Rupiah. Tekanan eksternal yang disebabkan konflik geopolitik ini dapat memengaruhi berbagai sektor perekonomian nasional," kata Sarman kepqda Liputan6.com, Sabtu (20/4/2024).
Advertisement
Dia menjelaskan, sebagai dampak rentetan dan konflik itu, ada beberapa industri dan mata rantai pasok (supply chain) mengalami gangguan dan kenaikan serta menekan kemampuan daya beli masyarakat. Sektor industri yang bergantung pada bahan baku impor juga terdampak dengan naiknya biaya bahan baku ataupun sektor usaha yang memiliki utang dalam bentuk dolar AS akan mengalami kenaikan biaya beban utang.
"Selain itu, kami juga menggarisbawahi dampak awal yang memengaruhi instrumen finansial di Indonesia. Setidaknya harga komoditas emas, minyak mentah, dan US10Y bond yield telah mengalami peningkatan," ucapnya.
Resiko yang ditimbulkan terhadap pasar finansial juga terus meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar atau investor-confidence yang ditunjukan dengan tekanan capital outflow. Sehingga menurutnya, pemerintah juga perlu menjaga tekanan yang dapat membuat aliran modal keluar serta menjaga kepercayaan investor terhadap pasar modal dalam negeri.
"Oleh karena itu, antisipasi terhadap kenaikan harga minyak, pengaruh terhadap mata rantai pasok, maupun komoditas impor perlu terus menjadi perhatian pemerintah. Sebab, faktor-faktor ini memengaruhi peningkatan inflasi dan pelemahan nilai tukar Rupiah," jelasnya.
Â
Pengendalian Fiskal
Lebih lanjut, Sarman menyampaikan, pemerintah harus memperhatikan kebijakan-kebijakan terkait fiskal di tahun ini. Utamanya pada aspek menjaga dampak dari meningkatnya intensitas konflik.
"Bank Indonesia juga perlu memperhatikan arah kebijakan suku bunga serta strategi pengendalian nilai tukar yang menjaga stabilitas moneter agar dapat memberikan kepercayaan pada pasar," ujarnya.
"Selain itu, kerjasama strategis regional juga terus menerus perlu dikomunikasikan segera dengan berbagai bank sentral dunia demi mengantisipasi dampak regional dan global eskalasi konflik," imbuh Sarman.
Advertisement
Dampak Konflik Israel-Iran, Wamenkeu Suahasil: Terlihat Harga Komoditas Mulai Naik
Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Suahasil Nazara berharap konflik Iran dan Israel segera mereda. Ia menilai, jika terjadi eskalasi konflik Iran dan Israel akan menganggu perdagangan hingga sektor keuangan dunia termasuk dunia.
"Kita harapkan tidak terjadi eskalasi yang berlebihan," ujar Suahasil Nazara dalam acara Rapat Koordinasi Pembangunan Pusat 2024 di Jakarta, Kamis (18/4/2024).
Suahasil menuturkan dampak konflik Iran dan Israel mulai dirasakan perekonomian dunia maupun Indonesia.Hal itu antara lain kenaikan harga minyak mentah mentah dunia hingga pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS.
Rupiah kembali ditutup melemah 44 poin pada perdagangan Rabu sore, 17 April 2024 meski sempat melemah 70 poin di level 16.220 terhadap dolar AS dari penutupan sebelumnya di 16.176.
"Sudah mulai terlihat peningkatan-peningkatan harga komoditas di tingkat dunia, kita juga memperhatikan dampaknya kepada kurs rupiah utamanya terhadap US Dolar," ujar dia.
Â
Memperkuat Kolaborasi
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terus mewaspadai tren pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS akibat memanasnya konflik di Timur Tengah tersebut.
"Konflik antara negara-negara di Timur Tengah, konflik Israel dan Iran kita perhatikan dengan sangat serius," ujar  Suahasil.
Kementerian Keuangan bersama Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) terus memperkuat kolaborasi untuk menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS. Antara lain memperhatikan variabel-variabel yang berpotensi membuat pelemahan nilai tukar mata uang Garuda lebih dalam.
"Kami di Kementerian Keuangan bekerja sama dengan Bank Indonesia, OJK, dan juga LPS dalam konteks kognitif stabilitas sistem keuangan untuk menjaga stabilitas variabel-variabel yang mempengaruhi kondisi ekonomi kita," ujar dia.
Advertisement